BPJS Ketenagakerjaan Diminta Hati-Hati dalam Berinvestasi
Berita

BPJS Ketenagakerjaan Diminta Hati-Hati dalam Berinvestasi

Sebelum berinvestasi di pasar modal, sejumlah aspek perlu diperhatikan.

Oleh:
FAT
Bacaan 2 Menit
Foto: www.bpjsketenagakerjaan.go.id
Foto: www.bpjsketenagakerjaan.go.id
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan diminta untuk mengedepankan kehati-hatian dalam berinvestasi di pasar modal. Soalnya, dana yang digunakan dalam berinvestasi merupakan dana dari peserta BPJS Ketenagakerjaan yang sewaktu-waktu bisa diperlukan.

"Saya pertanyakan bagaimana kegiatan stakeholder untuk kembangkan BPJS, kita perlu kehati-hatian yang tinggi," kata Anggota Komisi IX DPR Andi Fauziah, di Komplek Parlemen di Jakarta, Senin (26/1).

Menurut politisi Partai Golkar ini, sikap kehati-hatian dalam berinvestasi penting untuk mencegah hilangnya dana peserta BPJS Ketenagakerjaan yang mayoritas berasal dari pekerja. Namun hingga kini, ia belum bisa memastikan berapa angka dana peserta BPJS Ketenagakerjaan yang hilang atau rugi saat dikelola melalui investasi.

Di tempat yang sama, Direktur Investasi BPJS Ketenagakerjaan, Jefri Haryadi, mengatakan investasi yang dilakukan telah melalui proses yang panjang. Prinsip kehati-hatian telah dilakukan BPJS Ketenagakerjaan sebelum melakukan investasi. Terlebih lagi, investasi yang dilakukan BPJS Ketenagakerjaan bersifat jangka panjang (long term).

"Sekarang dalam penempatan itu perlu memperhatikan aspek asset liability management-nya. Jadi, kita harus perhatikan likuiditas, solvabilitas dan sustainabilitas," kata Jefri.

Ke depan, lanjut Jefri, BPJS Ketenagakerjaan berencana untuk berinvestasi sebesar Rp45 triliun di pasar modal. Dari angka itu, sekitar 20 persennya akan ditempatkan di saham. Sisanya, ada dana yang ditempatkan di instrumen lain. Namun dana yang paling banyak adalah yang ditempatkan di obligasi pemerintah.

Untuk investasi saham, BPJS Ketenagakerjaan melihat sektor pertambangan memiliki masa depan yang bagus. Walaupun sekarang saham di sektor pertambangan mengalami penurunan, namun untuk jangka waktu beberapa tahun ke depan dinilai dapat membaik. Penurunan ini dianggap Jefri waktu yang tepat untuk membeli saham.

"Kalau kita lihat situasi makro ekonomi dalam beberapa tahun ke depan membaik, artinya kan sebetulnya saham-saham itu siap untuk beli," ujar Jefri.

Salah satu yang tengah dinantikan BPJS Ketenagakerjaan, kata Jefri, penerbitan obligasi pemerintah di sektor infrastruktur. Terlebih lagi, sektor infrastruktur masuk ke dalam program yang akan digenjot oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). "Kalau ada obligasi infrastruktur, kami akan sangat tertarik. Sepanjang sesuai kriteria, kami akan masuk," katanya.

Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Evlyn G Masassya mengatakan, sejak tahun 2008 hingga 2014, aset dana kelola BPJS Ketenagakerjaan naik sekitar 300 persen. Pada tahun 2008, aset dana kelola BPJS Ketenagakerjaan sebesar Rp61 triliun. Sedangkan di akhir tahun 2014, naik menjadi Rp187 triliun.

Ia menargetkan, untuk tahun 2015 aset dana kelola BPJS Ketenagakerjaan bisa mencapai Rp220,2 triliun. Terlebih lagi di pertengahan tahun program jaminan pensiun sudah bisa dilaksanakan BPJS Ketenagakerjaan. Evlyn optimis, aset dana kelola BPJS Ketenagakerjaan akan terus berkembang tiap tahunnya. "Lima tahun lagi kita harapkan bisa mencapai Rp500 triliun," pungkasnya.
Tags:

Berita Terkait