Menteri ESDM Akui Pengelolaan Energi Masih Bermasalah
Berita

Menteri ESDM Akui Pengelolaan Energi Masih Bermasalah

Pemerintah segera merumuskan kebijakan konservasi energi.

Oleh:
KAR
Bacaan 2 Menit
Menteri ESDM, Sudirman Said (kiri). Foto: www.esdm.go.id
Menteri ESDM, Sudirman Said (kiri). Foto: www.esdm.go.id
Pengelolaan energi di Indonesia masih menghadapi rangkaian persoalan yang belum teratasi. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Sudirman Said, menilai masih ada empat masalah krusial dalam pengelolaan energi di Indonesia. Menurutnya, keempat masalah tersebut membutuhkan penyelesaian yang segera dan komprehensif.

Sudirman mengatakan, empat aspek tersebut yaitu ketersediaan sumber daya energi, pengembangan energi baru dan terbarukan, ketersediaan infrastruktur, serta kompetensi antara pangan dan energi. Dalam memenuhi ketersediaan sumber energi, menurutnya, terlalu fokus pada energi fosil. Akibatnya, lupa mengembangkan energi baru terbarukan. Padahal, energi fosil merupakan energi yang terbatas.

"Mudah-mudahan bisa melakukan exercise yang bebas dan independen dalam tata kelola energi ke depan," katanya di Jakarta, Kamis (12/3).

Selain itu, Sudirman juga menilai masyarakat belum memikirkan upaya penghematan energi. Hal ini lantaran kebanyakan masyarakat di Indonesia beranggapan bahwa energi sebagai barang yang bisa dibeli dengan harga murah. Padahal, untuk menghadirkan energi murah pemerintah harus menggelontorkan dana besar dari anggaran negara.

"Paradigma kita masih menganggap energi itu murah," ungkapnya.

Dalam sepuluh tahun terakhir saja, negara telah menggelontorkan dana hingga Rp2.600 triliun untuk subsidi energi fosil.  Namun kebijakan subsidi tersebut menurut Sudirman tidak diimbangi dengan anggaran yang mencukupi untuk mengembangkan energi baru. Sementara cadangan energi fosil semakin lama akan semakin menurun.

"Kita tidak cukup serius alokasikan jumlah yang cukup baik untuk energi baru," tandasnya.

Menurut Sudirman, pengembangan energi baru hanya menjadi “lampiran”. Padahal, Sudirman yakin seharusnya pengembangan energi baru dan terbarukan menjadi agenda besar ke depan.

Ia khawatir, jika dalam sepuluh tahun pemerintah membelanjakan Rp2.600 triliun untuk membiayai subsidi BBM, kemudian BBM itu habis di masa depan. Oleh karena itu Sudirman juga menghimbau kepada seluruh pemangku kepentingan agar dapat mendukung kebijakan energi dan aspek fiskal nasional.

“Saya kira kita juga harus serius investasi dalam membangun energi baru dan terbarukan,” ujarnya.

Misalnya saja, potensi panas bumi Indonesia menurut Sudirman merupakan 40 persen cadangan dunia. Ia optimis jika cadangan dunia sebesar itu ada di Indonesia makan bisa menjadi modal besar bagi Indonesia untuk swasembada energi. Namun, ia menuturkan perlunya pengkajian terhadap data tersebut.

“Itu perlu dikaji ulang. Apakah betul sebesar itu? Apakah itu bisa dibangun?,” imbuh Sudirman.

Selain mengkaji ulang potensi yang ada, pihak yang menjadi pemegang konsesi proyek panas bumi pun perlu ditelisik kembali. Sebab, kata Sudirman, seluruh proyek panas bumi mengalami keterlambatan. Ia menegaskan, pada masa sekarang ini diperlukan percepatan pengembangan energi baru terbarukan, termasuk panas bumi.

Kemudian, ia juga menambahkan pelunya pemberian insentif untuk investasi energi baru terbarukan lainnya seperti hydro power dan tenaga matahari. Ia menjanjikan akan segera merumuskan kebijakan pengembangan energi baru terbarukan dalam waktu dekat ini.

“Setelah masalah migas dan batubara agak settle, kita akan kesana. Termasuk konservasi,” sambung Sudirman.
Tags:

Berita Terkait