Evy Harjono: Istri Mantan Menkumham Berjuang Berdayakan Potensi Narapidana
Berita

Evy Harjono: Istri Mantan Menkumham Berjuang Berdayakan Potensi Narapidana

Dengan cara mendorong warga binaan menghasilkan kerajinan yang bernilai tinggi.

Oleh:
RIA
Bacaan 2 Menit
Evy Harjono (Kedua dari Kiri) berdampingan dengan suaminya, mantan Menkumham Amir Syamsuddin (Paling Kiri) saat peluncuran buku
Evy Harjono (Kedua dari Kiri) berdampingan dengan suaminya, mantan Menkumham Amir Syamsuddin (Paling Kiri) saat peluncuran buku "Voicing the Voiceless" di Jakarta, Rabu (6/5). Foto: RES.

Turut mendampingi sang suami tercinta mengabdikan diri kepada negara nampaknya membuat istri Menteri Hukum dan HAM Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II Amir Syamsudin tergugah untuk melakukan sesuatu bagi narapidana yang notabenenya adalah pelaku tindak pidana yang telah diputus bersalah oleh hakim.

Bayangan suram, menakutkan, tak tersentuh, dan hal lain yang jauh dari kata baik yang melekat pada diri warga binaan yang mendekam di lembaga pemasyarakatan (lapas) hilang seketika saat perempuan ayu bernama Evy Harjono ini turut bersama suami mengunjungi lapas-lapas di Indonesia dan melihat petugas lapas yang membina para warganya untuk menggali potensi diri masing-masing.

“Saya melihat keberadaan narapidana di lapas masih sangat jauh dari apa yang kita sebut memadai. Namun, ketika saya menyaksikan bagaimana para petugas lapas berupaya memberdayakan potensi dan kreativitas warga binaan, saya pun menjadi tertarik dan merasa tertantang untuk terlibat,” sampai Evy.

Sebagai seseorang yang memiliki latar belakang sebagai pengusaha, Evy melihat potensi besar yang sangat mungkin dicapai oleh para warga binaan. Hingga tahun 2014 kemarin, sebut Evy, jumlah penghuni lapas mencapai 160.000 orang. “Jumlah itu bagi saya yang latar belakangnya pengusaha memiliki potensi yang sangat besar, dan saya berpikir kenapa ini tidak kita berdayakan,” ucapnya

Evy optimis bahwa lapas memiliki potensi ekonomi yang besar, yang bukan hanya dapat memperbaiki kualitas kehidupan warga binaan saja, melainkan juga untuk memperbaiki kualitas kehidupan masyarakat secara keseluruhan.

“Cukup banyak hasil karya warga binaan yang dapat dikategorikan unggul secara kualitas dan juga memiliki nilai ekonomis, meskipun karya tersebut diproduksi saat mereka tengah menjalani masa hukuman dengan segala keterbatasannya,” imbuh Evy.

Evy mengatakan walaupun mereka berstatus narapidana, mereka tetap tidak akan mau menyandang gelar tersebut selamanya dengan berbagai stigma negatif. Ia menambahkan setiap narapidana pasti memiliki keinginan untuk kembali menjadi manusia yang produktif dan dapat diterima kembali di lingkungannya sebagai seorang manusia yang bermartabat.

Tags:

Berita Terkait