Banyak Gaul, Kiat Sukses Notaris Gaet Klien
Berita

Banyak Gaul, Kiat Sukses Notaris Gaet Klien

Menjaga kualitas dan meningkatkan pengetahuan juga penting.

Oleh:
RIA
Bacaan 2 Menit
Herlien Boediono. Foto: RES
Herlien Boediono. Foto: RES
Sama halnya seperti profesi advokat, profesi notaris pun dilarang beriklan. Hal tersebut telah diatur tegas dalam Pasal 4 ayat (3) Kode Etik Notaris yang pada intinya berisi larangan notaris dan orang lain yang memangku dan menjalankan jabatan notaris untuk melakukan publikasi atau promosi diri.

Lalu bagaimana cara kalangan notaris untuk memperoleh klien? Notaris MJ Widyatmoko memberi tips yang sederhana, yakni banyak bergaul. Seorang notaris, kata dia, harus banyak bergaul dengan berbagai kalangan jika ingin mudah mendapatkan klien. Prinsipnya bagi Widyatmoko “harus jadi notaris gaul tetapi yang tidak menggauli”.

“Banyak bergaul dengan siapa saja dan dari segala lapisan. Dengan bergaul berarti dia akan punya banyak teman. Setelah banyak teman, otomatis ya banyak order yang datang,” ujarnya kepada hukumonline.

Widyatmoko berbagi tempat-tempat yang memungkinkan notaris untuk bertemu dan bergaul dengan lebih banyak orang yang akhirnya berpotensi menjadi klien. Tempat-tempat itu di antaranya mal, kampus, acara seminar, dan organisasi-organisasi yang mengikutsertakan keterlibatan banyak orang.

“Ya kenalan yang banyak itu kan pertama kalau main-main ke mal, nongkrong di coffeeshop gitu. Yang kedua, nongkrong di seminar-seminar. Ikut seminar, ikut diskusi. Kemudian bisa kuliah lagi, melanjutkan sekolah. Bisa juga dengan ikut kegiatan-kegiatan seperti LSM, ormas, parpol, kan dari situ temannya makin banyak,” tutur notaris yang berkantor di daerah Otista, Jakarta.

Widyatmoko sendiri mengaku tidak terganggu dengan adanya aturan yang melarang notaris beriklan. Menurut dia, aturan larangan beriklan memang seharusnya demikian. Widyatmoko dengan percaya diri mengatakan dirinya tak perlu mencari-cari klien.

“Saya sih nggak pernah nyari klien ya dari pertama buka kantor, karena memang saya notaris gaul. Kemudian digauli sama klien dikasih order gitu. Jadi memang sudah banyak gaul, kemudian begitu buka kantor ya sudah,” ceritanya.

Yang kemudian sangat penting untuk diperhatikan pula, sebut Widyatmoko, adalah kualitas dari para notaris. “Setelah jadi notaris gaul harus jadi notaris yang berkualitas dan profesional. Kalau cuma gaul doang tetapi goblok ya percuma,” urainya dengan logat khas Jawa.

Notaris itu harus bisa menjaga dengan baik kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki, ujar Widyatmoko. Tidak cukup hanya dari bangku kuliah, notaris harus meningkatkan kualitas diri baik dengan cara membaca, mengikuti kegiatan-kegiatan keilmuan seperti diskusi. Kalau bisa sekolah lagi silakan sekolah lagi, lanjutnya.

Notaris senior Herlien Boediono mengamini apa yang disampaikan oleh Widyatmoko. “Kita itu nggak boleh diam. Belajar terus. Membaca, belajar, mengikuti perkembangan jaman,” tutur Herlien.

“Kita harus tahu knowledge. Artinya kita harus tahu apa itu? Mengapa bisa begitu? Itu yang harus kita pegang. Kita juga harus punya skill untuk menerapkan apa yang kita sebut knowledge tadi,” lanjutnya

Pengabdian
Dihubungi melalui sambungan telepon, Herlien juga mengatakan untuk bisa sukses di dunia ini, notaris harus memiliki keinginan yang besar untuk mengabdi. Karena itulah tujuan utama notaris, imbuhnya.

“Undang-undang kita mengatur akta notaris yang dibuat oleh pejabat itu sebagai alat bukti tertinggi. Pemerintah ngga bisa bikin aktanya jadi dia terpaksa menyerahkan sebagian kekuasaan itu kepada notaris,” tutur notaris senior yang juga tercatat sebagai pengajar di program magister Fakultas Hukum Universitas Parahyangan.

Dengan berlandaskan pengabdian, maka salah satu cara yang menurut Herlien juga penting untuk dilakukan agar klien ‘tak lari’ adalah rajin-rajin berada di kantor untuk memberikan pelayanan terbaik kapanpun klien atau calon klien mencari kita.

“Jangan sampai ya karena itu dapur kita, kemudian kita nggakpernah nongol di kantor. Hanya munculnya kalau ada klien. Semua yang ngerjain karyawan lain. Ya nggak begitu,” ungkap Herlien.

Kalau kita tidak ada di tempat, bagaimana mau dapat klien, Herlien menegaskan. “Masa’ tiap kali klien datang, kita nggakada. Mereka akan berkomentar ‘oh notarisnya belum datang’, ‘oh notarisnya nggak di tempat’. Ya sudah calon klien kita yang ada justru kecewa,” pungkasnya.

Kalau sudah begitu, notaris akan susah. Padahal kan advertising yang paling bagus itu adalah dari mulut ke mulut, kata Herlien yang mengaku sejak pertama buka kantor hingga pensiun enam tahun lalu tak pernah mencari klien melainkan hanya duduk menunggu klien yang datang menghampirinya.
Tags:

Berita Terkait