Ini Tips untuk Maba Persiapkan Diri Belajar di Fakultas Hukum
Berita

Ini Tips untuk Maba Persiapkan Diri Belajar di Fakultas Hukum

Mulai dari punya buku ’babon’, ubah cara belajar, hingga rajin mengikuti magang.

Oleh:
CR19
Bacaan 2 Menit
Mahasiswa FH. Foto: SGP (Ilustrasi)
Mahasiswa FH. Foto: SGP (Ilustrasi)

Selepas menyelesaikan jenjang studi di sekolah menengah (SMA/SMK), melanjutkan pendidikan tinggi ke universitas menjadi pilihan bagi sebagian siswa. Dalam dunia kampus, calon mahasiswa tersebut dimanjakan dengan beragam pilihan konsentrasi studinya. Salah satunya adalah Fakultas Hukum (FH).

Secara umum, tidak ada yang berbeda antara FH dengan fakultas-fakultas lainnya. Namun, bagi mahasiswa baru (maba) tentu hal itu menjadi tidak lagi biasa. Beragam tantangan siap ‘menghadang’ para maba dalam menjalankan studinya di FH. Atas dasar itu, hukumonline coba menghimpun sejumlah informasi yang bermanfaat bagi maba agar di awal masa studinya tidak tersesat dan malah membuang-buang waktunya. Berikut ini sejumlah hal yang perlu dipersiapkan saat kamu masuk ke FH.

1.  Buku Wajib
Ada ungkapan ’Buku adalah gudang ilmu’, bagi Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Yayan Sopyan,  ungkapan itu masih relevan khusunya bagi maba di FH. Menurutnya, mahasiswa hukum wajib membaca buku-buku ’babon’ yang menjadi rujukan utama bagi maba. Artinya, buku-buku yang berisi teori-teori dasar terkait dengan ilmu hukum.

”Misalnya buku-buku pengantar ilmu hukum, dulu saya baca C.S.T Kansil, Wirjono, Uthrecht, itu jangan dilupakan yang seperti itu. Bicara hukum perdata, Subekti harus anda baca. Bicara Pidana, ya Wiryono. Itu harus baca dari aslinya, sumber aslinya,” katanya kepada hukumonline, Selasa (1/9).

Selain itu, dia mengkritik jika maba hanya membaca buku yang ’instan’ terlebih tanpa membaca buku-buku pokok yang menjadi teori dasarnya. Sebab, kata Yayan, buku instan itu akan membuat pemikiran maba tidak original serta membuat kerangka berpikir mahasiswa menjadi tidak berkembang optimal. ”Kalau kebiasaan instan, anak-anak tidak berpikir original. Jangan sedikit-sedikit cari definisi aja ke google,” katanya.

2.    Ubah Cara Belajar
Ada yang berbeda dengan pola belajar di perguruan tinggi dengan sekolah menengah. Umumnya, di sekolah menengah guru memiliki peran yang sangat besar bagi keberhasilan siswanya. Namun sebaliknya malah terjadi di perguruan tinggi. Di kampus, dosen hanya punya peran yang sangat kecil.

Atas dasar itu, lanjut Yayan, bahwa maba di FH perlu memiliki kedewasaan dalam belajar. Caranya, dengan memberikan dosen-dosen senior untuk memberikan materi kepada maba sejak minggu pertama masa studi berjalan. ”Sehingga perlu di minggu pertama yang mengajar adalah dosen-dosen senior yang bisa memberikan tutorial bukan dosen asisten atau dosen yang baru belajar,” katanya.

Tags:

Berita Terkait