Yuk, Intip Persiapan Lawyer Keturunan Tionghoa Menjelang Perayaan Imlek
Utama

Yuk, Intip Persiapan Lawyer Keturunan Tionghoa Menjelang Perayaan Imlek

Mulai dari persiapan di tengah kesibukan hingga berkumpul bersama keluarga dan berbagi kepada sesama.

Oleh:
KAR
Bacaan 2 Menit
Foto: salisasaki.com
Foto: salisasaki.com
Tiga hari lagi, tepatnya Senin 8 Februari 2016, masyarakat Indonesia keturunan Tionghoa akan merayakan tahun baru Imlek. Tak terkecuali mereka yang berprofesi sebagai lawyer. Berbagai persiapan pun dilakukan untuk menyambut peruntungan di tahun monyet mendatang.

Pendiri kantor hukum Frans Winarta & Partners, Frans Hendra Winarta, mengatakan bahwa di tengah kesibukannya ia tak sempat melakukan banyak persiapan. Hanya saja, ia memastikan bahwa semua tradisi bisa dijalankan dengan baik. Misalnya, belanja untuk memenuhi lemari es dan stok beras di rumah.

“Sesuai dengan kepercayaan, beras dan lemari es tidak boleh kosong menjelang imlek. Supaya kita bisa mendapatkan peruntungan dan kemakmuran sepanjang tahun mendatang,” jelasnya kepada hukumonline, Jumat (5/2).

Dia juga tak khusus memasang dekorasi yang bernuansa Imlek. Hanya saja, tradisi menyapu rumah sebelum Imlek tetap ia pertahankan. Sebab, hal ini berkaitan dengan kepercayaan untuk mengusir keburukan dan menyambut tahun baru dengan rumah yang bersih.

Berbeda dengan Frans, Nadia Miranty Verdiana, associate pada kantor Melli Darsa & Co., mengaku memasang dekorasi di rumahnya. Hanya saja, menurut Nadia, dekor yang ia siapkan pun tidak terlalu kental dengan tradisi Imlek. Biasanya, saat Imlek rumah dihiasi dengan kain dan lentera serba merah. Sementara itu, Nadia hanya memasang angpao sebagai hiasan di pohon natalnya.

“Jadi, saat Natal kami memasang pohon terang di rumah. Kemudian pohon itu tidak kami bongkar sampai Imlek tiba. Cuma, hiasan Natal di pohon kami ganti dengan menggantungkan angpao. Biasanya, gantungan angpao dipajang di pohon bambu Tetapi keluarga saya tidak sekental itu dalam mempersiapkan Imlek,” tutur Nadia.

Selain itu, Imlek juga identik dengan pakaian baru. Hal ini sebagai simbol harapan baru dan peruntungan baru di tahun baru. Oleh karena itu, Frans maupun Nadia mengatakan membeli baju baru secara khusus untuk Imlek. Namun, keduanya menuturkan bahwa mereka tetap memilih baju yang juga bisa digunakan pada acara lainnya.

Persiapan lain yang tak luput dari daftar penyambutan Imlek adalah menyediakan kue-kue. Menurut Frans, ia menyiapkan kue keranjang dan kue lapis legit untuk dibagikan kepada kerabat dan sejawat. Sementara itu, Nadia lebih memilih jenis kue kering selain kue keranjang.

Kue-kue itu dibagikan kepada rekan-rekan di kantor sebagai bentuk berbagi rejeki. Nadia mengatakan, menurut tradisi bagi-bagi kue itu dilakukan seminggu sebelum Imlek atau dua minggu setelahnya. Nadia memilih untuk membagikan kue kepada rekan-rekan di kantornya sebelum Imlek tiba.

“Kalau dua minggu setelah Imlek takut kurang terasa saja suasana Imleknya,” ujarnya.

Di saat Imlek datang, Frans dan Nadia sama-sama menyambutnya dengan melakukan makan bersama keluarga. Nadia menuturkan, ia datang ke rumah kakek-neneknya untuk berkumpul bersama keluarga besar. Menu makan bersama adalah makanan khas Tionghoa, seperti capcay sayur-sayuran, sup, tak ketinggalan hidangan babi panggang atau babi goreng.

Sementara itu, Frans mengaku memilih makan malam di hotel. Sebab, keterbatasan waktu membuat keluarganya tak sempat mempersiapkan hidangan Imlek. Sedangkan di hotel ia bisa menyantap hidangan pilihannya tanpa repot melakukan persiapan apa-apa.

“Saya hanya makan dengan keluarga inti saja. Kebetulan karena saya tidak mau repot, kita makan di hotel saja yang praktis,” ujar Frans.

Selain makan bersama, tradisi lain yang biasa dilakukan saat Imlek adalah kunjungan kepada orang tua atau keluarga yang lebih tua. Berhubung Frans sudah memiliki cucu, justru dirinya yang dikunjungi oleh anak-anak dan cucunya. Ia pun menyiapkan angpao bagi cucu-cucunya.

Terkait dengan tradisi pemberian Imlek, Frans memang menganggarkan secara khusus. Tetapi, ia enggan menyebut jumlah yang dianggarkannya. Selain dibagikan kepada cucunya sebagai hadiah, ia pun membagikan angpao kepada fakir miskin.

“Ini kan saatnya kita berbagi rejeki. Sambil juga berharap semoga di tahun mendatang akan ada rejeki yang lebih banyak lagi,” ungkap Frans.

Sementara itu, Nadia mengaku dirinya tidak menyiapkan angpao. Sebab, berhubung belum menikah justru ia yang berhak menerima angpao. Tetapi, lantaran sudah bekerja dan memiliki penghasilan, keluarganya tak lagi memberinya angpao.

Tags:

Berita Terkait