Sebanyak Ini Proyek yang Lagi Dipantau BKPM
Berita

Sebanyak Ini Proyek yang Lagi Dipantau BKPM

Beleid jasa konstruksi diperbaiki. Dampak positifnya, memperbaiki neraca perdagangan.

Oleh:
FNH
Bacaan 2 Menit
Gedung BKPM. Foto: RES
Gedung BKPM. Foto: RES

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) memantau dan mengawal 200 perusahaan dalam tahap konstruksi sepanjang 2015. Hingga kini, nilai proyek yang sudah terealisasi mencapai Rp264,7 triliun atau 51,4 persen dari total rencana investasi senilai Rp512,6 triliun untuk 200 proyek. Yang sudah direalisasikan antara lain ada di bidang industri, pembangkit tenaga listrik, dan real estate.

Kepala BKPM Franky Sibarani menjelaskan dari 200 proyek investasi yang sedang dikawal BKPM, sebanyak 59 proyek sudah selesai konstuksi dan siap untuk memulai kegiatan produksi, dengan nilai investasi Rp108 triliun. Ke-59 proyek tersebut diprediksi menyerap 14.679 tenaga kerja langsung. Sisanya, 141 perusahaan, masih melanjutkan konstruksi.

Dari realisasi investasi 200 perusahaan tersebut, lanjut Franky, menunjukkan dua hal penting. Pertama, investasi tetap positif saat terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi yang dikhawatirkan akan menunda proses realisasi investasi. Kedua, pengawalan terhadap proyek investasi yang sedang konstruksi dapat mendorong pencapaian target realisasi tahun 2016 sebesar Rp594,8 triliun.

Untuk mendukung proyek-proyek konstruksi, Pemerintah sudah menerbitkan PP No. 79 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi. “Proyek yang masih dalam tahap konstruksi ini akan terus kami kawal dan diproyeksikan dapat menyerap tenaga kerja langsung hingga 65.012 orang,” kata Franky saat konferensi pers di Jakarta, Rabu (2/3).

Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Azhar Lubis pemantauan 200 proyek investasi bertujuan untuk memonitor realisasi investasi. Memang belum seluruh proyek dikunjungi langsung, namun BKPM sudah datang ke lokasi terhadap 108 proyek. “Dari 200 yang kami pantau, yang kami kunjungi 108 proyek. Dari kunjungan Pak Franky itu 80 proyek. Staf-staf lain sisanya 28 proyek,” kata Azhar.

Realisasi tersebut, lanjut Azhar, memberikan banyak dampak positif. Azhar mencatat ada lima dampak positif dari realisasi investasi yang sudah berjalan. Pertama, investasi terus bergerak naik, terutama di daerah luar Pulau Jawa. Dari 59 proyek investasi yang sudah selesai, sebagian besar (33) berada di luar Pulau Jawa.

Kedua, penyerapan tenaga kerja. Jika seluruh proyek selesai konstruksi dan siap produksi, maka dapat menyerap tenaga kerja langsung sebesar 65.012. Ketiga, memberi optimisme realisasi investasi listirk akan berhasil jika terus dikawal. Azhar menjelaskan, beberapa perusahaan juga akan membangun pembangkit tenaga listrik sendiri dengan rencana akan menghasilkan listrik sebesar 4.190 MW. Sebagian akan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan. Namun ada juga perusahaan yang bekerjasama dengan PLN dengan skema Power Purchase Agreement (PPA). “Selain itu, beberapa perusahaan juga akan menjual listrik melalui PPA dengan PLN, sehingga perlu mendpatkan perhatian khusus,” imbuhnya.

Keempat, optimisme untuk memperbaiki neraca perdagangan. Kelima, BKPM memahami secara langsung permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh investor saat realisasi investasi. “Banyak dari proyek kami bantu tentang perizinan daerah, pembebasan lahan, listrik ada yang ga bangun sendiri, ada yang jaringan belum ada, penyediaan tenaga kerja di Jateng, beberapa fasilitas supaya realisasi cepat terlaksana. Percepatan jalur hijau, KLIK, kita harap cepatkan realisasi,” kata Azhar.

Franky menambahkan nilai strategis pengawalan investasi 200 perusahaan adalah proyeksi potensi nilai subsitusi impor AS$634 juta dan nilai ekspor AS$15,2 miliar. Dari total 59 perusahaan yang sudah selesai konstruksi dan siap untuk produksi komersil, potensi nilai subsitusi impor mencapai AS$453 juta dan potensi nilai ekspor sebesar AS$7,1 miliar. Sedangkan nilai subsitusi impor dari perusahaan yang saat ini masih dalam tambah konstruksi sebanyak 141 perusahaan sebesar AS$181 juta dan potensi nilai ekspor sebesar AS$8,1 miliar.

Potensi nilai subsitusi impor dan rencana ekspor, lanjut Franky, dapat meningkatkan perekonomia Indonesia. Sehingga, pengawalan proyek konstruksi akan terus diakukan oleh BKPM sejalan dengan rencana pemerintah untuk dapat mengurangi impor dan memanfaatkan barang-barang produksi dalam negeri, selain tetap meningkatkan ekspor.

“BKPM akan terus bekerjasama dengan kementerian atau lembaga terkait untuk dapat menganalisis hambatan dan permasalahan yang dihadapi perusahaan, untuk kemudian mencari opsi terbaik penyelesaiannya,” pungkasnya.
Tags:

Berita Terkait