BANI Gelar Peluncuran Buku dan CD Puisi Karya Advokat Senior
Utama

BANI Gelar Peluncuran Buku dan CD Puisi Karya Advokat Senior

Bersama dengan Lingkar Budaya Indonesia.

Oleh:
RIA
Bacaan 2 Menit
Acara peluncuran buku dan CD musikalisasi puisi, Sabtu (5/3). Foto: RIA
Acara peluncuran buku dan CD musikalisasi puisi, Sabtu (5/3). Foto: RIA
Bekerja sama dengan Lingkar Budaya Indonesia (LBI), Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) menggelar peluncuran buku dan CD musikalisasi puisi karya advokat senior yang kini juga menjabat sebagai Ketua BANI, M Husseyn Umar, di Hotel Le Meridien, Jakarta, Sabtu (5/3). 

Sekretaris Jenderal BANI, N Krisnawenda, BANI menyampaikan apresiasi tinggi atas apa yang sudah dilakukan oleh Husseyn. Menurutnya, di usia yang terbilang sudah senja, Husseyn tak pernah berhenti berkarya. Tak hanya membuat buku yang membahas persoalan hukum, tetapi ia juga menuliskan puisi dan cerpen tentang banyak hal.

“Sesungguhnya, kombinasi antara work hard dan play hard yang Pak Husseyn Umar motivasikan kepada kami para arbiter dan seluruh staf di BANI, ternyata mengandung filosofi yang dalam. Yang mengalirkan semangat bagi kami agar tiada henti berkarya bagi negeri tercinta, Indonesia,” tutur Krisnawenda dalam sambutannya.

Dalam usia 85 tahun, dirilisnya CD musikalisasi puisi berjudul “Alam yang Bernyanyi” bersama empat buku lain yakni “Kumpulan Puisi Angin Laut”, “Hukum Maritim dan Masalah-Masalah Pelayaran di Indonesia”, “Shipping in Indonesia; Law and Issues”, serta “A Brief on Arbitration in Indonesia”, menjadi bukti bahwa Husseyn masih belum berhenti menggoreskan tintanya.

Dari karya-karya yang diluncurkan, dapat dilihat bahwa sebagian besarnya bertemakan laut. Tak ketinggalan, kumpulan puisinya pun memiliki tema yang sama.  “Puisi di dalamnya bercerita soal keindahan laut, lalu bercerita tentang laut sebagai area perjuangan, juga laut sebagai tempat penuh konflik,” tutur Husseyn dalam sambutannya

Hal ini dikatakan Husseyn tak luput dari perkembangan zaman, di mana pemerintahan di bawah Presiden Joko Widodo ingin menjadikan Indonesia sebagai poros maritim. Hukum Maritim dan Masalah-Masalah Pelayaran di Indonesia – yang pertama dicetak tahun 2001 – bahkan dirilis kembali untuk memenuhi permintaan akan buku tersebut.

“Masalah maritim ini lagi hangat di Indonesia. Kita tahu kalau negara kita memiliki laut yang besar. Itu benar. Tetapi kita belum negara maritim. Untuk menjadi negara maritim harus ada syarat-syarat yang dipenuhi, terutama sekali memiliki kepentingan besar dalam perdagangan internasional laut dan memiliki armada laut yang cukup,” lanjutnya.

Setelah memberi “kuliah singkat” tentang apa saja syarat yang harus diperhatikan untuk menjadi negara maritim, Husseyn menutup sambutannya dengan mengimbau seluruh tamu undangan yang hadir untuk tetap aktif secara fisik, aktif dalam berpikir, aktif dalam mencintai.

“Dengan begitu semoga kita bisa terus mempertahankan kesegaran kita,” ujar mantan partner pada kantor hukum Ali Budiardjo Nugroho Reksodiputro (ABNR) ini, yang secara khusus ditujukan kepada kawan-kawan seangkatannya.

Pesan yang disampaikan Husseyn ini diamini oleh salah satu muridnya, pakar transportasi laut Tjuk Sukardiman sebagai falsafah hidup Husseyn yang sudah ia kenal selama ini. “Saya ingat betul, Pak Husseyn ini selalu bilang tiga hal itu: don’t stop working, don’t stop thinking, don’t stop falling in love,” ujar Tjuk.

“Falsafah hidup dari sosok Pak Husseyn, yang menurut saya merupakan pribadi yang romantis ya, adalah hal yang harus kita tanamkan betul dalam hidup,” imbuh pria yang pernah menjabat sebagai Direktorat Jenderal Perhubungan Laut ini.
Tags:

Berita Terkait