Mahasiswi STHI Jentera Raih Juara 3 Lomba Esai Agraria
Berita

Mahasiswi STHI Jentera Raih Juara 3 Lomba Esai Agraria

Lomba esai tingkat nasional ini diadakan oleh STPN, Yogyakarta.

Oleh:
RIA
Bacaan 2 Menit
Poster lomba. Foto: blog.bststpn.org
Poster lomba. Foto: blog.bststpn.org
Mahasiswa Sekolah Tinggi Hukum Indonesia (STHI) Jentera, Lovina Soenmi, berhasil memenangkan Juara 3 Lomba Esai Agraria Tingkat Nasional Tahun 2016 yang dilaksanakan oleh Sekolah Tinggi Pertanahan Negara (STPN) beberapa waktu lalu. Hal ini disampaikan oleh Jentera lewat rilis yang diterima oleh hukumonline, Minggu (17/4).

Lovina berhasil menyabet posisi tersebut melalui esainya yang berjudul Pengabaian Hak Masyarakat Adat Demi Pembangunan.Dalam tulisan ini, Lovina mengangkat konflik yang terjadi antara Suku Sakai, suku Asli Riau yang masih tersebar di beberapa titik seperti Kampar, Bengkalis, dan Indigari Hulu dengan anak perusahaan Sinar Mas PT Arara Abadi.

Diceritakan dalam rilis tersebut, bahwa awalnya esai ini ditulis hanya sebagai bagian dari tugas akhir mata kuliah Hukum dalam Masyarakat yang diambil Lovina di kampus. Namun, mahasiswa tingkat pertama ini tak mau melewatkan kesempatan untuk mengikutsertakan karya tulis yang sudah dikerjakannya dalam perhelatan yang diadakan dalam rangka ulang tahun STPN itu.

“Esai tersebut memang mulai digarapnya sebagai bagian dari tugas akhir kuliah, tetapi ketika mendapat informasi tentang adanya lomba esai agraria dari Learning Management System kami, Lovina langsung terpikir untuk mengirimkan tulisan yang pernah dibuatnya itu,” tulis pihak STHI Jentera dalam rilisnya.

Melalui pengerjaan yang serius dan juga berkesempatan mewawancarai masyarakat Suku Sakai, Lovina berhasil menjawab pertanyaan para juri dengan baik saat mendapat kesempatan untuk mempresentasikan esainya di Kampus STPN Yogyakarta, 8 April 2016 silam. Waktu sepuluh menit untuk presentasi dilalui oleh penerima Beasiswa Munir Said Thalib ini dengan lancar.

Untuk diketahui, selain Lovina, terdapat 14 peserta lain yang harus berhadapan langsung dengan juri Eko Teguh Paripurno yang merupakan Dosen UPN Veteran Yogyakarta, Dosen UGM Rika Harini, dan Dosen STPN Ahmad Nashih Luthi. Para peserta berasal dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia seperti Universitas Indonesia, Institut Pertanian Bogor, Universitas Gadjah Mada, Universitas Airlangga, Universitas Negeri Semarang, Universitas Hasanudin, dan Universitas Jember.

Menurut pihak penyelenggara, ujar STHI Jentera, 15 peserta ini berhasil menyisihkan sekitar 60 esai lain. “Terdapat lebih dari 70 esai yang masuk yang akhirnya dipangkas oleh juri hingga jadi lima belas, dan Lovina adalah salah satu yang ada dalam daftar tersebut,” sebut STHI Jentera.

Bersyukur, perjalanan Lovina pun akhirnya berbuah manis. Saat pengumuman tanggal 9 April 2016, nama Lovina keluar sebagai juara ketiga. Dalam kesempatan tersebut dewan juri mengatakan bahwa esai yang baik adalah tulisan yang menunjukkan keberpihakan dan memberikan tawaran solusi.

“Itulah yang dilakukan oleh Lovina dalam esainya. Tawaran Lovina dalam esai yang ditulisnya adalah agar digunakan metode Free, Prior, and Informed Consent (FPIC) untuk mengantisipasi konflik antara perusahaan dengan masyarakat adat. Seperti yang juga sudah dilaksanakan di Sulawesi Tengah dan diatur dalam Peraturan Gubernur Sulawesi Tengah Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan FPIC pada Reducing Emission From Deforestation and Forest Degradation Plus,” pihak STHI Jentera menerangkan.

Lovina mengatakan, kesuksesannya dalam lomba ini tak lepas dari peran kampus yang telah memberikan materi dan praktik yang diperlukan selama perkuliahan juga bantuan dari para pengajar yang bersedia mendengarkan ia berlatih serta memberi tanggapan sebelum terbang dari Jakarta.

“Kita (mahasiswa STH Indonesia Jentera), pada semester satu memang sudah dapat mata kuliah Pengembangan Kemampuan Akademik (PKA). Di situ kami diajarkan bagaimana caranya membuat makalah dan melakukan presentasi yang baik; mulai dari gagap presentasi sampai bisa menggunakan alat. Nah, pada saat ikut acara seperti ini, terasa sekali gunanya,” tuturnya.

Diakui Lovina, kebahagiaan dirasakannya bukan hanya karena ia berhasil membawa pulang sertifikat sebagai juara, tetapi juga karena pengalaman yang sudah didapatkannya dan kesempatan bisa bertemu dengan partisipan lain. Lovina berharap bisa terus mengikuti kegiatan serupa ke depannya.
Tags:

Berita Terkait