Pradono P. Prasta, Lawyer Perusahaan yang Memilih Tinggal di Luar Jakarta
Berita

Pradono P. Prasta, Lawyer Perusahaan yang Memilih Tinggal di Luar Jakarta

Merasa mendapatkan sesuatu yang baru dan keluar dari kesumpekan Kota Jakarta.

Oleh:
YOZ
Bacaan 2 Menit
Pradono P. Prasta bersama keluarga di Townsite Batu Hijau. Foto: RES
Pradono P. Prasta bersama keluarga di Townsite Batu Hijau. Foto: RES
Mereka yang biasa bepergian ke Mall atau gemar dengan keramaian, mungkin akan berpikir ribuan kali meninggalkan Kota Jakarta. Namun, hal ini tidak berlaku bagi Pradono P. Prasta, Legal Counsel PT Newmont Nusa Tenggara (PTNNT).

Lahir dan besar di Jakarta, tak membuatnya alergi hidup di daerah lain. Sumpek dengan suasana Jakarta, menjadi salah satu alasan Pradono betah tinggal di Townsite Batu Hijau, di Sumbawa Barat. Ini bukan semata-mata ia bekerja di Newmont, tapi rasa tertantanglah yang membuat dirinya berani mengambil keputusan bekerja dan tinggal di sana.   

Tak terasa 7 tahun sudah Pradono tinggal di Townsite Batu Hijau. Ditemani istri dan dua anaknya, ia hidup bahagia di antara para pekerja tambang lainnya. Lingkungan aman, tertib, dan ramah turut mendukung kegiatannya sehari-hari, baik di keluarga maupun pekerjaan.

Sebelum bekerja di PTNNT, Pradono bekerja sebagai lawyer di Jakarta, tepatnya di Lawfirm Roosdiono and Partners. Namun, pada 2009, ia memutuskan resign setelah menerima tawaran bekerja di PTNNT sebagai Legal Counsel. Lokasi kerja tidak menjadi persoalan bagi anak pertama dari tiga bersaudara ini. Alasannya itu tadi, ingin menghindar dari kesemrawutan Kota Jakarta.

“Di sini saya seakan mendapatkan sesuatu yang baru dan keluar dari kesumpekan Jakarta,” kata Pradono.  

Awalnya, Pradono menginjakkan kaki sendirian di Townsite Batu Hijau Newmont karena saat itu ia belum bekeluarga. Rasa kesepian pasti dirasakan oleh alumni Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI) itu. Untuk mengusir rasa sepi, ia biasa mengisi waktu dengan bersepeda atau memancing bersama rekan-rekan kerjanya.

Setelah tiga bulan bekerja, Pradono memutuskan menikah dan membawa istri tinggal bersamanya. Kehidupannya bertambah lengkap setelah memiliki dua orang anak. Menurutnya, hal yang tidak bisa digantikan untuk kerja dan tinggal townsite Batu Hijau adalah memiliki waktu yang banyak untuk keluarga.

“Alhamdulillah waktu untuk istri dan anak jadi lebih banyak. Jadi saya merasa cocok di sini, uang dapat dan bisa dibilang kompetitif dengan kita bekerja di Jakarta,” ujarnya.

Sebagai pendatang, mulanya Pradono agak kesulitan untuk kenal dengan para pekerja tambang. Apalagi, ia tergolong masih muda saat bergabung di PTNNT. Namun, posisi legal perusahaan yang didudukinya sangat dihargai oleh semua departemen di perusahaan itu.

Dan kebetulan, di PTNNT ada perkumpulan tidak resmi antar departemen yang bernama Head Leadership Team. Setiap hari Selasa, ia bersama dengan head department mengadakan pertemuan dan dari situlah mereka mulai mengenal satu sama lain.    

Secara kasat mata, fasilitas yang disediakan PTNNT terhadap pekerjanya terlihat cukup memadai. Rumah sederhana yang rata-rata terbuat dari kayu sangat indah dipandang, telah disediakan untuk pekerja yang berasal dari luar kota. Dari segi kesehatan juga demikian. Perusahaan menyediakan hampir semua kebutuhan karyawannya. Begitu pula dengan sekolah.  

“Jadi, saya betah dan tak merasa kekurangan tinggal di sini,” kata Pradono.

Meski demikian, terkadang Pradono merasa kangen dengan orang tua dan sahabat-sahabatnya di Jakarta. Untuk menghilangkan kagennya itu, ia memanfaatkan teknologi yang saat ini telah berkembang. “Minusnya paling jauh dari orang tua, jauh dari teman-teman ‘nongkrong’. Tapi sekarang karena ada facebook, whatsapp, semua jadi tidak ketinggalan informasi dari Jakarta,” tuturnya.

Tinggal di Townsite Batu Hijau sangat menyenangkan bagi Pradono. Lokasinya yang menyatu dengan alam, seakan-akan membuat dirinya sulit untuk meninggalkan tempat itu. Akan tetapi, ia tetap memiliki harapan kembali ke Jakarta bila anaknya sudah besar nanti. Menurutnya, kompetisi dalam pendidikan sangat penting bagi perkembangan anak.

“Kalau di Jakarta kan akan banyak menemui persaingan. Saya sih berharap kalau anak saya sudah kelas 3 SD, bisa meninggalkan townside untuk kembali ke Jakarta. Tapi ya balik lagi, kalau memang nasib saya di sini sampai pensiun ya tidak apa-apa, saya bisa menikmati,” katanya.

Tags:

Berita Terkait