Moch. Zainal: Dari ‘Pulau Borneo’ ke Ibukota, Kejar Mimpi Jadi PPAT
Berita

Moch. Zainal: Dari ‘Pulau Borneo’ ke Ibukota, Kejar Mimpi Jadi PPAT

Kini ia tinggal menunggu hasil ujian PPAT yang telah digelar beberapa hari lalu.

Oleh:
NNP
Bacaan 2 Menit
Notaris Kabupaten Berau Kalimantan Timur, Moch. Zainal (kiri) dan Notaris kabupaten Pandeglang, Banten, Mohamad Nuh (pakai topi) bercengkrama bersama usai ujian PPAT Minggu (6/11) kemarin di Universitas Trisakti, Jakarta Barat. Foto: NNP
Notaris Kabupaten Berau Kalimantan Timur, Moch. Zainal (kiri) dan Notaris kabupaten Pandeglang, Banten, Mohamad Nuh (pakai topi) bercengkrama bersama usai ujian PPAT Minggu (6/11) kemarin di Universitas Trisakti, Jakarta Barat. Foto: NNP
Jarak bukan hambatan. Semangat itulah yang digenggam satu dari ribuan peserta ujian Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) tahun 2016 yang digelar beberapa hari lalu. Berangkat dari kawasan yang dulunya disebut Pulau Borneo menuju ibukota Jakarta, ia mengejar mimpi menjadi seorang PPAT.

Adalah Moch. Zainal, salah seorang peserta yang cukup jauh dari lokasi asalnya di Berau, salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia. Sesampainya di Jakarta tiga hari sebelum ujian digelar, Zainal sementara menumpang di salah satu rumah kerabat yang kebetulan tidak terlalu jauh dengan lokasi ujian.

“Kamis kemarin (berangkat) pake pesawat. Nginep di rumah saudara,” ujarnya kepada hukumonline usai ujian di kampus Universitas Trisakti, Jakarta Barat, Minggu (6/11).

Besar kemungkinan, ada banyak peserta ujian PPAT lain yang sama-sama punya daerah asal yang jauh dari lokasi ujian. Menurut Dirjen Hubungan Hukum Keagrariaan pada Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), RB Agus Widjayanto memang dominasi peserta tahun ini mayoritas berasal dari wilayah Jawa Barat.

Bahkan, khusus daerah-daerah sekitar lokasi seperti Jabodetabek pun jumlahnya boleh dikatakan tidak terlalu signifikan. Namun, lanjut Agus, peserta terjauh yang tercatat oleh panitia penyelenggaraan ujian PPAT berasal dari Papua. Sayangnya, hukumonline belum berhasil bertemu dan berbincang dengan peserta yang dimaksud. (Baca Juga: Pesan Pejabat BPN Buat Calon PPAT: Jangan Cuma ‘Investasi Jabatan’)

Dari pantuan hukumonline di sejumlah lini masa media sosial, terekam sejumlah kiriman gambar yang merekam tiket keberangkatan pesawat seperti dari Bali menuju Jakarta. Selain tiket keberangkatan pesawat, ada sejumlah cuitan status keberangkatan dari peserta ujian PPAT lain dari stasiun Lempuyangan, Yogyakarta menuju ke Jakarta. Hampir seluruhnya bernada semangat ingin ikut ujian PPAT di Jakarta.

“Total-total tiket pulang pergi itu Rp2,5 juta,” kata Zainal yang baru diangkat menjadi Notaris Kabupaten Berau sejak April 2016 kemarin.

Lebih lanjut, ada sedikit kekhawatiran yang sempat menjadi kepikiran ketika akan menentukan hari apa ia mulai berangkat ke Jakarta. Sebagaimana diketahui, ratusan ribu masa dari Ormas Islam menggelar aksi damai di depan Istana Negara, Jumat (4/11) pekan lalu. Dalam hatinya, Zainal sempat berpikiran mengenai adanya kemungkinan aksi itu pecah dan terjadi chaos sehingga membuat akses dari Kalimantan Timur menuju Jakarta melalui bandar udara ditutup.

“Saya kepikiran takut ada anarkis, kalau ada sesuatu. Pecah kan nanti Jakarta tutup, kita kan berangkatnya nanti harus dari kota lain, Bandung misalnya. Nah itu waktunya lama (kalau harus transit ke Bandung), ya kalau waktunya nyampe, kalau engga,” ujarnya khawatir. (Baca Juga: Ujian PPAT 2016 akan Digelar Satu Hari Penuh)

Di tengah kesibukannya menjalani pekerjaan sebagai notaris, Zainal tetap menyempatkan untuk membaca materi untuk ujian. Setiap akhir pekan, Sabtu dan Minggu itulah waktu luang untuk persiapan ujian. Meski porsinya sedikit, Zainal mengaku sangat memanfaatkan dua hari itu secara totalitas untuk membaca dan memahami setiap materi ujian.

Tantangan belum usai, tinggal di daerah yang cukup jauh dari pusat kota Kalimantan Timur, Samarinda membuat akses terhadap pelatihan-pelatihan jelang ujian PPAT bak ‘oase di padang pasir’. Sementara di daerah lain, seperti ibukota Jakarta dan sekitarnya, berbagai pelatihan atau tentir jelang ujian PPAT boleh dikatakan menjamur dan selalu ramai dipenuhi para calon PPAT.

Alhasil, Zainal mempelajari itu semua sendiri. Untungnya, ia sedikit terbantu dengan bahan-bahan bacaan yang diberikan oleh rekan yang mengikuti pelatihan atau tentir di kota lain. Selain itu, ia tetap belajar dan mendalami jabatan PPAT melalui regulasi-regulasi terkait. (Baca Juga: Resmi Digelar, Ujian PPAT ‘Patok’ Passing Grade Minimal 7)

“Selama ini saya belum dapat informasi (soal pelatihan atau tentir jelang ujian PPAT), di daerah ngga ada. Cuma karena saya ada di Kabupaten Berau, jauh mau akses kemana-mana jadi saya lebih memilih belajar dari aturan undang-undang dan kebetulan yang saya pelajari banyak yang keluar juga,” katanya.

Kini, ujian yang nyata telah ia lewati. Hasilnya, tinggal ia pasrahkan kepada Yang Maha Kuasa. Sisa beberapa hari di Jakarta, tak lupa ia sempatkan untuk melepas penat dan mencari hiburan. Sengaja tak menyusun agenda serius, agaknya berjalan ke pusat perbelanjaan menjadi cara jitu bersantai sebelum kembali beraktivitas di Kalimantan.

“Santai-santai dulu menikmati hiburan karena di Kalimantan ngga ada mall. Di Berau ngga ada mall,” pungkasnya.
Tags:

Berita Terkait