Dalam rekaman percakapan tanggal 22 Juli 2016 pukul 19.00 WIB tersebut, Irman menyampaikan kepada Djarot bahwa ada permintaan gula dari Sumatera Barat (Sumbar). Bahkan, Irman merekomendasikan seorang teman lamanya bernama Memi alias Meme yang merupakan pemilik CV Semesta Berjaya, distributor gula di Sumbar. (Baca Juga: Pengacara Ungkap 13 Kekeliruan Prosedur Penanganan Perkara Irman Gusman)
Irman | Jadi kebetulan ada orang yang sudah berpengalaman sana yang bisa saya rekomendasi |
Djarot | Oke, oke |
Irman | Ha ah. Bagus, oke pokoknya semuanya oke. Pokoknya Rapi dia |
Djarot | Iya ha ah. Nggih |
Irman | Ha ah. Asal Pak Djarot bina saja |
Djarot | Oh, baik pak |
Irman | Ha ah. Jadi, saya namanya Bu Meme. Sebetulnya saya temen lama itu |
Djarot | He em. Nggih pak |
Irman | Saya ketemu kemarin di Padang. Dia itu betul-betul melakukan operasi pasar pak |
Djarot | Oh iya |
Irman | Pak Gubernur mendukung, semua mendukung, Sekjen Perdagangan mendukung. Kalau dia kerja nggak bagus saya kan nggak enak kan sama Pak Djarot. Nanti kan, oh ini Pak Irman nih, tapi karena saya tahu orangnya bagus dan memang dia hidupnya di sana. |
Djarot | Iya pak. Iya pak |
Irman | Jadi, kalau bisa Pak Djarot bina dia tuh. Menurut saya, apa saya sangat rekomen sekali |
Djarot | Baik kalau gitu saya minta. Apa, SMS nomor telepon sama nama ya pak. Nanti biar saya |
Irman | Jadi, nanti saya minta nomornya. Saya namanya Bu Meme, CV Terbuka (suara tidak jelas). Nanti saya kasih nomornya Pak Djarot. Nomor Pak Djarot boleh ya saya kasih dia |
Djarot | Oh siap siap pak. Siap |
Irman | Iya kan. Jadi, ha ah. Mohon dibantu, kebetulan Pak Benhur disana. Dia ini cuma kan namanya Kadis. Sama Kabulog kan jauh bener kan. Kayak lihat matahari. |
Djarot | (tertawa) Nggak berani dia. Haha |
Irman | Dia bilang sudah lewat Pak Irman aja katanya. Ah ya sudah nanti saya bilang kerjanya yang bagus ya. Saya bilang begitu |
Djarot | Hhmm. Baik, baik |
Irman | Ha ah. Karena orang ini yang sudah saya yakini anu-nya selama ini dapatnya dari Medan, dari Jakarta. Berapa ongkosnya pak? Tapi, kalau Pak Djarot bisa menjadi dia tuh kan tangan kanan, dia bisa disuruh operasi. Dia bisa jadi tangan kanan kita. Kalo semuanya bisa dia ikutin secara aturannya kan |
Djarot | Ya, ya |
Irman | Ha ah. Dan bahkan dia punya niat juga untuk bisa lebih berkembang lagi untuk gula lebih baik gitu lho |
Djarot | Baik pak. Nanti jadi perhatian tuh |
Irman | Ha ah. Jadi, ha ah. Jadi perhatian. Ya bagus lah |
Djarot | Nggih |
Irman | Saya kebetulan mau ke, malam ini saya ke Jepang. Kembali baru tanggal 1 Pak Djarot. Jadi, saya langsung kasih nomor saja ya, nama Ibu Meme |
Djarot | Nanti saya hubungi |
Irman | Boleh, saya suruh dia kontak Pak Djarot. Kalau bisa ketemu bagus sekali |
Djarot | Jadi, kalau boleh saya dikasih nomornya biar nanti saya telepon dia juga |
Djarot pun mengakui jika rekaman yang diperdengarkan penuntut umum itu adalah percakapannya dengan Irman. Djarot menjelaskan, kala itu, harga gula di wilayah Sumbar masih tinggi. Irman menyampaikan jika dia memiliki teman pengusaha besar di Padang bernama Memi, sehingga Djarot meminta kontak Memi.
Setelah itu, Djarot menghubungi Memi. Ia ingin memastikan siapa sebenarnya Memi, apakah benar Memi merupakan kawan Irman, dan apakah benar Memi memiliki latar belakang pengusaha. Untuk mengkonfirmasi, Djarot juga menghubungi anak buahnya, Kepala Divisi Regional (Divre) Bulog Sumatera Barat, Benhur Ngkaime. (Baca Juga: Demi Fee, Irman Gusman Disebut Manfaatkan Pengaruhnya Terhadap Dirut Bulog)
Menurut Djarot, berdasarkan konfirmasi dari Benhur, Memi memang pengusaha besar dan salah satu mitra untuk pendistribusian gula di Sumbar. Memi sudah mengajukan purchase order (PO) gula impor sebanyak 3000 ton ke Perum Bulog Divre Sumbar, tetapi belum dapat dipenuhi karena stok gula di Bulog Sumbar sedang kosong.
Mengingat harga gula masih cukup tinggi dan penugasan pemerintah terhadap Bulog untuk untuk menstabilkan harga gula, Djarot langsung menindaklanjuti pembicaraannya dengan Irman. Namun, ia membantah jika permintaan Irman yang merekomendasikan Memi mempengaruhi tindakannya tersebut.
“Penugasan daripemerintah kepadasayawaktu itu, bisamenekan di kisaran Rp16ribu. Artinya,siapapun yang menelepon atau tidak ditelepon pun, sepanjang ada orang yang mau membantu mendistribusikan,dengan catatan tidak melampaui harga yang kitainginkan sampaike konsumen,tentu kamiakan lakukan,” katanya.
Walau begitu, Djarot mengakui telepon Irman mendorongnya bertindak lebih cepat, karena Irman adalah orang terhormat yang mempunyai konstituen di daerah. “Ada pengaruhnya dibanding kalau dapat telepon dari orang yang tidakyang tidak ada kaitannya dengan Sumbar maupun orang yang kewibawaan jabatannya tidak setinggi beliau,” imbuhnya. (Baca Juga: “Tamu” Irman Gusman Ternyata Berstatus Tahanan Kota)
Mengenai respon Djarot yang selalu menyebut kata “siap” saat berbicara dengan Irman, Djarot mengungkapkan, itu hanya karakternya untuk menghormati jabatan Irman. Djarot menegaskan, setiap berbicara dengan orang terhormat, ia biasanya tidak memanggil nama dan selalu mengatakan “siap” untuk hal yang tidak prinsip.
Setelah menerima telepon Irman, serta menelepon Memi dan Benhur, CV Semesta Berjaya akhirnya mendapatkan pembelian gula sebesar ton dari Bulog. Akan tetapi, lanjut Djarot, gula itu buka berasal dari gudang Divre Sumbar, melainkan Divre Bulog DKI Jakarta. Dan, jumlahnya tidak langsung 3000 ton, melainkan bertahap 1000 ton.
Bicara Bulog dengan Jokowi
Selain merekomendasikan Memi, ternyata Irman juga sempat menyinggung pembicaraannya dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat berbicara dengan Djarot di telepon. Sebagaimana isi rekaman, Irman mengatakan dirinya sudah berbicara dengan Jokowi mengenai kelembagaan Bulog. (Baca Juga: Kronologi Penangkapan Irman Gusman di Kediaman)
Irman | Boleh, boleh Bang djarot. Eh gimana, di Bulog bagus kan? Sesuai kebijakan dulu kan? |
Djarot | Ya alhamdulillah, cuma ini kelembagaannya belum bapak |
Irman | Makanya oke kalau gitu, pulangnya ketemu saya lagi. Saya sudah ketemu Pak Jokowi, sudah bicara. |
Djarot | Oh, baik, baik |
Irman | Saya bilang gini, "Pak, Bulog itu tidak boleh orientasinya profit, harus menjadi stabilisator." Profit ndak profit itu hanya efisiensi, "Ya Pak Irman iya, setuju sekali Pak". Jadi apa di Inggris itu mungkin dalam rangka penanganan pangan ini, mungkin mereka akan danai dan jadikan Bulog itu langsung ke Presiden. |
Djarot | Emm.. Kalau itu lebih bagus artinya.. |
Irman | Lho memang, saya terus terang saja, kan saya bicara soal sistem. Kalau Bulog ini dijadikan Perum segala macam, bagaimana? |
Djarot | Iya pak, iya |
Irman | Jadi betul-betul menjadi stabilisator, nanti cara-cara bagaimana penanganan belinya, kan ya Pak Djarot orang BRI kan |
Djarot | Iya |
Irman | Pasti rapi lah, uang seratus ribu aja bisa aman kok di BRI itu kan |
Djarot | Iya |
Irman | Apalagi uang sepuluh miliar, bagaimana kan, transaksi Bulog itu mana hebat daripada BRI hayo? |
Djarot | Iya betul pak |
Irman | Loh ndak, betul kan? |
Djarot | Betul-betul |
Irman | Coba dihitung semua. Transaksi Bapak tu hitung, berapa sih? Ha? |
Djarot | Emm oh iya |
Irman | Dibandingin Bapak waktu di BRI ya kan? |
Djarot | Wah jauh Pak, jauh sekali Pak |
Irman | Ahh jadi kan, berapalah di ini, dan gede-gede lagi kan? |
Djarot | Ya Pak betul |
Irman | Urusannya puluhan nih, puluhan juta, ratusan rupiah, miliaran begitu urusannya kan? |
Djarot | Iya iya |
Irman | Nggak ada urusan sepuluh ribu transfer ini, nggak ada itu. Hanya teknologi aja yang harus ditingkatkan nanti |
Djarot | Betul betul |
Irman | Kemudian luas cakupannya juga. Nah, jd nanti Mas Djarot, kalau saya sudah pulang, kita duduk lah sambil makan kek gitu lho. Pulang dari jepang sy |
Djarot | Siap, pak siap |
Irman | Lain-lain, gimana? Yang lain apa? |
Djarot | Nggak ada yang lain, aman, aman |
Irman | Aman ya |
Djarot | Aman pak |
Irman | Jadi, terima kasih nih Mas Djarot ya |
Djarot | Monggo pak. Saya tunggu nomornya tuh pak |
Irman | Iya boleh. Assamualaikum |
Djarot | Ya, waalaikumsalam |
Percakapan ini kembali dibenarkan oleh Djarot. Namun, ketika ditanyakan penuntut umum Ahmad Burhanudi mengenai apa maksud Djarot saat mengatakan “Kalau itu lebih bagus” saat Irman menyinggung usulan “Bulog langsung ke Presiden”, Djarot mengaku dirinya hanya mengamini ucapan Irman.
“Sayakira, posisi saya di telepontidak dalam rangka diskusi apakah itu sebuah usulan yangbagus atautidak. Tapi,paling tidak, itu adalah niat baik dariseorang pemimpin, Ketua DPD,tentu sayaakan iya-kan. Toh,itu bukan kewenangan sayasekaligus jugabukan kewenangan Pak (Ketua) DPD,” tuturnya.
Sebagaimana diketahui, Xaveriandy Sutanto dan Memi didakwa memberikan hadiah uang sebesar Rp100 juta kepada Irman. Keduanya didakwa melanggar Pasal 5 ayat (1) huruf b atau Pasal 13 UU Tipikor jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. Sementara, dalam sidang terpisah, Irman juga didakwa dengan Pasal 12 huruf b atau Pasal 11 UU Tipikor.
Dalam dakwaannya, Irman disebut penuntut umum menerima hadiah Rp100 juta dari Memi dan Xaveriandy karena mengupayakan CV Semesta Berjaya mendapat alokasi pembelian gula yang diimpor Bulog untuk disalurkan di Sumbar dengan memanfaatkan pengaruhnya terhadap Direktur Utama Bulog.