Penyerangan Novel Baswedan Terorganisasi, Ketua KPK: Teror Salah Sasaran
Berita

Penyerangan Novel Baswedan Terorganisasi, Ketua KPK: Teror Salah Sasaran

Ketua KPK Agus Rahardjo mengatakan pimpinanlah yang bertanggung jawab terhadap setiap langkah upaya penanganan perkara korupsi yang dilakukan penyidik-penyidik KPK, termasuk Novel.

Oleh:
NOV
Bacaan 2 Menit
Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Agus Rahardjo (tengah) didampingi Wakil Ketua KPK Laode Muhammad Syarif (kiri) dan Alexander Marwata saat jumpa pers terkait penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan di Gedung KPK, Selasa (11/4). Foto: RES
Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Agus Rahardjo (tengah) didampingi Wakil Ketua KPK Laode Muhammad Syarif (kiri) dan Alexander Marwata saat jumpa pers terkait penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan di Gedung KPK, Selasa (11/4). Foto: RES
Sejumlah tokoh dan lembaga swadaya masyarakat yang tergabung dalam Koalisi Masyarakat Sipil menduga ada perencanaan matang dalam insiden penyiraman air keras penyidik senior Komisi Pemberantasan Koupsi (KPK) Novel Baswedan. Dugaan itu berdasarkan temuan awal yang dikumpulkan oleh Tim Investigasi Masyarakat Sipil.

Setelah insiden penyerangan Novel pagi hari tadi, Tim Investigas Masyarakat Sipil mengumpulkan informasi dari berbagai sumber. Anggota Tim Investigasi Masyarakat Sipil yang juga koordinator KontraS (Komisi Untuk Orang Hilang Dan Korban Tindak Kekerasan) Haris Azhar mengatakan, Tim telah memperoleh temuan awal.

Pertama, kompleks perumahan kediaman Novel terlihat sunyi dan senyap sebelum insiden penyiraman terjadi. Kedua, tetangga, dalam beberapa hari terakhir sudah memiliki informasi bahwa ada orang-orang mencurigakan atau asing di sekitar tempat tinggal Novel. Ketiga, orang-orang tidak dikenal itu sudah berada di sekitar Novel sejak berhari-hari.

Bahkan, menurut Haris, orang-orang tak dikenal itu sampai ikut berada di sekitar Novel saat sedang melakukan aktivitas ibadah (shalat). Selain insiden penyerangan, Tim mendapatkan informasi mengenai adanya intensitas penyerangan yang dialami penyidik KPK, termasuk Novel dan orang-orang yang bekerja bersama Novel, dalam beberapa waktu terakhir.

"Seperti percobaan tabrakan lalu lintas, seolah-olah mau dibikin seperti kecelakan lalu lintas. Atau misalnya, serangan terhadap teman-teman penyidik yang bekerja bersama Novel. Jadi, memang yang terjadi pagi ini bukan tunggal, tapi berupa rentetan panjang peristiwa terhadap penyidik KPK," katanya di KPK, Selasa (11/4/2017). Baca Juga: Presiden Kutuk Keras Penyiraman Air Keras terhadap Novel

Haris melanjutkan, setelah insiden penyerangan, Tim mendapatkan informasi, Novel meminta istrinya melakukan hubungan telepon dengan beberapa orang. Namun, tidak banyak orang yang bisa dihubungi. Berdasarkan sejumlah temuan awal tersebut, Tim mengambil kesimpulan awal yang mengarah pada adanya dugaan perencanaan.

Pertama, Novel sudah diprofil sejak beberapa hari sebelum kejadian. Kedua, penyerang memiliki informasi yang sangat detil mengenai aktivitas Novel sampai ke aktivitas personal. Ketiga, alat yang digunakan untuk melakukan kejahatan sangat spesifik, yaitu air keras. Keempat, serangan dilakukan secara profesional yang diarahkan secara spesifik ke arah mata dan muka.

"Terakhir, serangan dilakukan secara terorganisasi dengan pembagian tugas yang sangat spesifik. Lalu, dari satu layer ke layer, dimana Novel bergerak atau beraktivitas, dilakukan bukan sekadar pada hari H (hari insiden penyerangan berlangsung), tetapi berhari-hari (sebelumnya)," imbuh Haris.

Mantan Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas yang juga tergabung dalam Koalisi Masyarakat Sipil menganggap penyerangan terhadap Novel sebagai perbuatan biadab. "Bahkan, saya memberikan satu statement, itu langkah nyata bentuk terrorizing terhadap KPK melalui kekerasan yang direncanakan dengan menggunakan air raksa," ujarnya.

Ia berpendapat, serangan yang dialami Novel bukan dalam posisi sebagai pribadi, melainkan sebagai penyidik senior KPK. Seperti diketahui, saat ini, Novel sedang menangani sejumlah kasus korupsi besar, salah satunya kasus korupsi e-KTP. Serangan pagi tadi juga tidak dapat dilepaskan dari posisi kasus-kasus terdahulu yang ditangani Novel bersama sejumlah penyidik lain.

Busyro membeberkan, serangan terhadap Novel bukan kali pertama terjadi. Sejak bertugas di KPK, Novel sudah beberapa kali mengalami penyerangan. Namun, tidak pernah ada upaya penanganan serius untuk menindaklanjuti penyerangan itu. Ia meminta negara "hadir" memberikan perlindungan dan memburu pelaku penyerangan Novel.

"Mudah-mudahan Presiden Jokowi (Joko Widodo) bisa segera mengambil langkah, misalnya membentuk tim gabungan antara Polri dengan unsur-unsur masyarakat sipil lain untuk melakukan pemburuan terhadap pelaku. Saya kira tidak sulit bagi kepolisian memburunya. Asal itu dilakukan bersama-sama unsur pemerintah dengan masyarakat sipil," terangnya.

Senada, mantan pimpinan KPK Bambang Widjajanto sepakat melihat insiden Novel sebagai bentuk terrorizing. Artinya, siapapun pelakunya harus dikualifikasi sebagai "teroris". Apabila negara absen menghadapi terorisme terhadap pihak-pihak yang justru ingin membangun pemberantasan korupsi secara utuh, ia menganggap negara gagal memberikan perlindungan.

Lebih lanjut, Bambang menggarisbawahi hasil temuan awal Tim Investigasi Masyarakat Sipil yang menunjukkan adanya perencanaan sebelum penyerangan Novel. Ia menduga ada kesengajaan untuk menaklukan Novel. Sebab, kasus ini tidak berdiri sendiri karena Novel secara pribadi, tetapi karena profesi Novel sebagai penyidik KPK.

"Artinya memang sudah ada kesengajaan untuk menaklukan Novel. Kalau sampai pimpinan KPK, lembaga KPK, civil society mendiamkan kasus ini, itu artinya kita telah menyepakati kejahatan yang begitu sempurna mengepung Indonesia, dan selamat datang kegelapan," terangnya. Baca Juga: Usut Tuntas Pelaku Penyiraman Air Keras Novel, KPK Juga Mesti Introspeksi

Bambang menyatakan, pemberantasan korupsi tengah berada di ujung jalan dan terus menerus "dihajar". Menurutnya, inilah saatnya pimpinan dan struktural KPK membuktikan bahwa terrorizing tidak menjadi halangan yang mengakibatkan ketakutan. "Buktikan, ini tidak membuat takut KPK," pintanya.

Teror salah sasaran
Pasca insiden penyerangan, Ketua KPK Agus Rahardjo bersama pimpinan lain langsung mengecek kondisi Novel di Rumah Sakit Mitra Keluarga, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Saat ini, Novel telah dirujuk ke Rumah Sakit Jakarta Eye Center untuk mendapatkan penanganan lebih intensif guna penyembuhan.

Agus menganggap insiden penyerangan Novel sebagai musibah yang menimpa keluarga besar KPK. Atas nama seluruh pimpinan dan pegawai KPK, Agus mengutuk keras teror dan perbuatan keji yang dilakukan terhadap Novel. Ia memastikan, KPK tidak akan surut dan terpengaruh atas teror tersebut.

Ia menegaskan, seluruh pimpinan dan pegawai KPK akan terus berjuang dalam pemberantasan korupsi dengan terus melanjutkan proses penanganan perkara-perkara yang sedang ditangani KPK. Kalau tujuan teror ini berkaitan dengan penanganan kasus perkara, Agus menilai, salah sasaran.

"Kamilah sebagai pimpinan KPK yang bertanggung jawab terhadap setiap langkah upaya penanganan perkara pemberantasan korupsi yang dilakukan oleh penyidik-penyidik KPK, termasuk Novel, bekerja berdasarkan perintah kami. Dan, kami mengambil alih dan siap menanggung semua risiko," tandasnya.

Pagi tadi, sekitar pukul 05.10 WIB, Novel mengalami insiden penyerangan oleh dua orang tidak dikenal yang mengendarai motor. Novel disiram air keras di bagian wajah dan mata. Ketika itu, Novel baru pulang shalat subuh dari masjid sekitar rumahnya di daerah Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Saat Novel ke luar masjid, jemaah tidak begitu banyak. Situasi pun masih gelap. Tiba-tiba muncul pelaku menggunakan motor dan helm. Semula Novel mengira penyerang adalah tetangga yang akan menyapanya. Namun, ternyata, mereka menyiramkan air keras langsung ke arah muka dan mata dengan sekali siraman.

Sesaat setelah penyerangan, Novel langsung membuka baju panjangnya. Lalu, Novel lari mencari air dan berteriak minta tolong. Posisi Novel masih seorang diri ketika insiden penyiraman. Sampai akhirnya jemaah lain berdatangan dari dalam masjid setelah mendengar teriakan minta tolong Novel.
Tags:

Berita Terkait