‘Kecemplung’ Masuk Hukum, Bawa Asyik Saja!
Berita

‘Kecemplung’ Masuk Hukum, Bawa Asyik Saja!

Sarjana hukum itu bisa berkarir di berbagai bidang. Yang penting jalani dengan sungguh-sungguh.

Oleh:
Muhammad Yasin
Bacaan 2 Menit
Peluncuran buku Profesi Hukum Itu Asyik di kampus FH UI Depok, Jum'at (27/10)
Peluncuran buku Profesi Hukum Itu Asyik di kampus FH UI Depok, Jum'at (27/10)

Siapa bilang profesi hukum itu tidak mengasyikkan? Apapun jenis profesi di bidang hukum dapat dijalani dengan sungguh-sungguh. Bahkan di manapun lulusan fakultas hukum bekerja, mereka bisa menikmati pekerjaan itu dengan baik, dan memanfaatkan ilmu hukum yang mereka peroleh untuk menunjang karir. Ingat, sarjana hukum itu bukan sekadar pengacara dan hakim.

 

Asyiknya menjalankan profesi hukum itu diceritakan kembali oleh enam orang sarjana hukum dengan beragam latar pekerjaan di kampus Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok, Jum’at (27/10). Mereka adalah angkatan tahun 1992 Fakultas Hukum UI.

 

Tjut Riana Adhani kini dikenal sebagai editor, penulis buku, pengacara dan dosen. Bersama Andari Karina Anom, Tjut menulis buku ‘Selfie, Potret 2 Sahabat dan Cerita-Cerita Ngawur Lainnya’. Lulus dari Fakultas Hukum UI Tahun 1996, Tjut bekerja sebagai in-house counsel di dunia perbankan dan industry. Ia juga pernah mengepalai seksi hukum sebuah perusahaan joint venture di Jakarta, sebelum bergabung ke Rustriyandiraharjo Law Office. Tjut Riana mengatakan banyak hal yang bisa dikerjakan berbekal pengetahuan yang diperoleh di bangku Fakultas Hukum. Pelajaran tentang drafting, misalnya, melatih seseorang untuk pintar menulis. Latihan berdebat yang diajarkan di kampus juga mengajarkan dan membiasakan sarjana hukum kemampuan public speaking. Yang lain, kuliah di fakultas hukum mengajarkan pentingnya rasa percaya diri (confidence) dalam proses negosiasi kontrak atau tugas-tugas lain.

 

(Baca juga: Profesi Hukum Bukan Melulu Lawyer).

 

Meskipun sebenarnya berkeinginan kuliah di tempat lain, seseorang harus bawa asyik saja jika sudah ‘kecemplung’ ke fakultas hukum. Sari Amalia, seorang diplomat yang bekerja di Kedutaan Besar Palestina, bercerita sebenarnya ingin mendalami sastra China. Tetapi nasib berkata lain, ia diterima di Fakultas Hukum UI. Pengajar hukum internasional di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta ini menikmati betul profesi yang digelutinya, melayani kepentingan warga negara Palestian dalam masalah kekonsuleran, termasuk legalitas perkawinan antarbangsa. “Jika kita berpikir out of the box, seorang sarjana hukum tidak harus berkarir di dunia hukum dan keinginan untuk selalu belajar dan mempelajari hal baru harus selalu kita miliki,” tulis penyandang LLM dari University of Technology Sydney (UTS), Australia itu.

 

Anatomi Mulyawan seorang lulusan Fakultas Hukum UI yang sebenarnya bercita-cita menjadi sarjana peternakan. Bergabung dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sejak 1 September 2004, Tomi menemukan soliditas kerja yang tinggi di tengah minimnya jumlah pegawai. Tetapi bekerja sebagai tim hukum KPK sejak tahun-tahun awal berdiri Komisi itu mengajarkan banyak hal bagi Tomi. Di balik kesederhanaan, ada semangat yang tinggi. “Kursi juga masih ambil sendiri dari gudang,” jelasnya.

 

(Baca juga: Lawyer-Lawyer Ini Hobi Selami Keindahan Bawah Laut).

 

Dosen adalah profesi yang menyenangkan. Menjadi dosen menuntut seseorang untuk terus mencari tahu apa yang sebelumnya tidak diketahui dengan baik, dan menggali lebih dalam sesuatu yang sebelumnya sudah diketahui. Begitulah keyakinan Andri Wibisana, dosen yang menekuni hukum lingkungan. Meskipun pernah mendapat tawaran menjadi analis kebijakan di salah satu kementerian, Andri lebih memilih menjadi dosen. Setelah menjalani profesi ini dengan suka dukanya, Andri menilai profesi dosen adalah profesi yang menyenangkan dan bermutu. Peraih gelar PhD dari Maastricht University Belanda ini punya kesan bahwa kualitas mahasiswa sekarang kian naik sehingga dosen-dosen pun harus mempersiapkan diri dengan baik. “Dosen harus jauh lebih baik mempersiapkan kuliah,” ujarnya.

 

(Baca juga: Heru Susetyo, Dosen Hukum yang Menjejakkan Karya di 5 Benua).

 

Arman Suryaputra juga bisa disebut kecemplung memasuki profesi hakim. Ia mengaku pada waktu kuliah, tak punya bayangan akan menjadi hakim. Pria yang kini menjadi hakim yustisial di Mahkamah Agung itu menjalani profesinya dengan sungguh-sungguh setelah dinyatakan lulus calon hakim. Kala itu Arman memasukkan lamaran saat seleksi calon hakim masih dilakukan Kementerian Kehakiman dan Hak Asasi Manusia. Berasal dari calon hakim di PN Cibinong pada Agustus 1999, Arman sudah menjalani penugasan ke sejumlah daerah termasuk ke Meulaboh, Aceh. Kian beragam pula kasus yang pernah dia tangani dan putus. “Setiap kasus yang kita tangani punya nilai tersendiri bagi kita,” ujarnya.

Tags:

Berita Terkait