Berpikir analitis, piawai berargumentasi, lihai bernegosiasi, adalah sebagian dari ciri khas alami para sarjana hukum. Maka tak salah selain punya cita-cita berkarier sebagai lawyer, banyak pula mahasiswa hukum yang ingin terjun ke sektor publik sebagai diplomat. Berikut hukumonline sajikan tips dari 3 diplomat karier bergelar S.H. yang sukses hingga menjabat Direktur Jenderal di Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia.
Hal pertama yang perlu diingat, ada persaingan ketat dalam berkarier sebagai diplomat. Tak semua yang lolos menjadi calon diplomat bisa moncer kariernya hingga ke puncak.
“Mungkin anda bisa masuk Kemenlu, tapi persaingan juga tidak mudah. Dari 3.500 diplomat di Kemenlu saat ini, yang bisa jadi eselon 2 itu 50, eselon I sekitar 10,” kata Andri Hadi, Direktur Jenderal Protokol dan Konsuler Kementerian Luar Negeri/ Kepala Protokol Negara di hadapan ratusan Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjajaran (FH UNPAD).
Pada Kuliah Umum bertajuk “International Law and Relations in Challenging Times: Where’s Indnesia’s Place?”, Senin (26/3), di Gedung Bale Sawala Kampus Jatinangor, FH UNPAD menghadirkan 3 orang diplomat alumninya yang sukses mencapai puncak jabatan karier di Kementerian Luar Negeri.
Andri Hadi adalah lulusan sarjana hukum UNPAD angkatan 1980. Hadir pula Damos Dumoli Agusman, Direktur Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional yang menamatkan sarjana hukum di UNPAD angkatan 1982. Terakhir adalah Cecep Herawan, Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik yang juga alumni sarjana hukum UNPAD angkatan 1985.
“Kalau kemampuan bahasa Inggris sudah nggak akan ditanya di Kemenlu, sudah taken for granted, persaingannya juga akan banyak dengan lulusan luar negeri,” lanjut Andri.
Ia menegaskan bahwa kelancaran dalam berbahasa Inggris yang merupakan bahasa internasional utama saat ini hanyalah modal dasar. Semua yang melamar sebagai diplomat mutlak harus menguasainya.