Juansih: Polwan Bintang Satu Bergelar Doktor Cumlaude
Srikandi Hukum 2018

Juansih: Polwan Bintang Satu Bergelar Doktor Cumlaude

Berasal dari keluarga pengajar, membuat orang tuanya meminta agar menjadi guru. Sempat terpikir bercita-cita menjadi atlet, namun takdir menuntunnya justru menjadi penegak hukum.

Oleh:
Aji Prasetyo
Bacaan 2 Menit
Brigjen Pol. Juansih. Foto: RES
Brigjen Pol. Juansih. Foto: RES

Menjadi wanita yang berkarir di bidang hukum, mengurus rumah tangga, menempuh pendidikan doktor, dan mendapat nilai cumlaude dijalani sekaligus, memang bisa? Ya itulah sosok Juansih. Lengkapnya Brigjen Pol. Dr. Dra. Juansih, SH, M.Hum, wanita yang saat ini menjabat Direktur Pemberdayaan Alternatif Badan Narkotika Nasional (BNN).

 

Ibu dari tiga anak ini menjalani karir sebagai polisi wanita sejak 1989. Mulai jabatan Inspektur Muda pada Sepolwan dengan pangkat Letnan Satu (Lettu), karirnya terus menanjak. Hanya selang 14 tahun, Juansih menjadi Kapolres Surabaya Timur, wilayah masuk kategori tipe A, dan baru berpangkat Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) pada 2004.  

 

Di wilayah ini stadion kebanggaan warga Surabaya, Gelora 10 November bercokol dengan supporter sepakbola setianya Bonek Mania yang terkenal 'garang'. Tetapi, bagi Juansih, mereka (Bonek) dianggap biasa saja. “Mereka justru memanggil saya Bunda,” kata Juansih sambil tertawa lepas ketika mengingat momen tersebut.

 

Istri dari Tedi Supriadi ini menceritakan awal mulanya mengetahui panggilan tersebut. “Waktu itu saya lagi jalan aja, tiba-tiba ada orang tatoan, terus ditindik ngeliatin saya. Jujur aja saya sempet takut. Tapi, kemudian dia manggil Bunda. Saya lihat di depan saya enggak ada orang, di samping juga enggak ada orang,” tutur Juansih yang baru sadar jika panggilan “Bunda” itu dialamatkan kepadanya.

 

Juansih juga berbagi cerita ketika ia menjabat Kapolres Surabaya Timur dalam kurun waktu hampir dua tahun. Dia mewajibkan seluruh supporter atau penonton untuk membeli tiket pertandingan ketika Persebaya bermain. Hingga ada beberapa supporter bertanya kepadanya, apakah mereka bisa membeli satu tiket untuk beberapa orang?

 

“Tidak boleh, kalau kamu mau begitu, ya sudah kamu gendong tuh mereka semua,” tegas Juansih ketika itu. Namun, penolakan ini bukan tanpa kompensasi. Juansih memerintahkan anak buahnya untuk memberikan makanan ringan kepada setiap penonton yang membeli tiket pertandingan.

 

Cerita lain, saat ia menangani perkara kekerasan rumah tangga yang dilakukan seorang supir angkutan umum. Sang supir mempunyai sebelas orang istri yang salah satunya dipukul dengan menggunakan benda tumpul. Setelah itu supir tersebut melarikan diri. “Ada wartawan nanya sama saya, kalau ketemu mau diapain itu Bu? Saya jawab aja, nanti saya sunatin! Eh enggak taunya bener ditulis begitu, hahaha,” tutur Junarsih sambil tertawa terbahak-bahak mengingat kejadian tersebut.

Tags:

Berita Terkait