Anisah Shofiawati: Sang Pengawas Hakim yang Doyan Masak
Srikandi Hukum 2018

Anisah Shofiawati: Sang Pengawas Hakim yang Doyan Masak

Ibunya adalah kekuatan bagi Anisah Shofiawati untuk terus bersemangat dalam berkarir. Semuanya untuk ibunya.

Oleh:
Aida Mardatillah
Bacaan 2 Menit
Anisah Shofiawati. Foto: RES
Anisah Shofiawati. Foto: RES

Ada slogan mengatakan “suara hakim adalah suara Tuhan” karena hakim dianggap “wakil Tuhan” di muka bumi. Begitu mulia dan agung profesi ini, tapi tanggung jawab pun besar. Apalagi, jika profesi hakim ini dilakoni oleh seorang perempuan sejatinya memiliki tanggung jawab lebih besar ketimbang kaum laki-laki.

 

Inilah sedikit gambaran Anisah Shofiawati yang dikenal sebagai hakim perempuan muda yang berintegritas. Makanya, tak heran saat ini ia dikenal sebagai hakim pengawas di Badan Pengawas Mahkamah Agung (Bawas MA) sejak tahun 2016. Sebab, untuk dapat menjadi hakim pengawas, harus benar-benar hakim yang bersih dan memiliki track record (rekam jejak) yang baik.

 

Sebelum menjadi hakim, wanita kelahiran Jakarta 24 Februari 1975 ini sempat menjadi aktivis di sebuah LSM Koalisi Kebebasan untuk Memperoleh Informasi Publik pada 2001. Tak lama, Anisah diterima seleksi CPNS pada MA pada tahun 2002 untuk calon hakim. Penugasan pertamanya menjadi calon hakim di Pengadilan Negeri (PN) Cibadak.

 

Sedari awal, Anisah memang berkeinginan menjadi seorang hakim ketimbang aparat penegak hukum lain. Selain karena ayahnya seorang hakim, Anisah beralasan karakteristik hakim itu independen dan tidak bisa dipengaruhi siapapun. “Berbeda dengan penegak hukum lain yang memiliki garis komando dengan atasannya,” tutur Anisah di Gedung Sekretariat MA.

 

Anak pertama dari empat bersaudara lahir dari rahim seorang ibu rumah tangga dan ayah seorang hakim. Jabatan terakhir ayah Anisah, Ketua Pengadilan Tinggi Agama Kalimantan Barat bernama Drs. Supangat Atmowijoyo. Meski begitu, Anisah berjuang sendiri untuk dapat menjadi seorang hakim karena ayahnya meninggal saat Anisah duduk di bangku kelas 2 SMAN 8 Jakarta.  

 

“Saya menjadi hakim, delapan tahun setelah ayah saya meninggal. Untuk menjadi seorang hakim yang seperti apa? Saya melihat figur ayah saya saat menjalani profesi ini,” kata Anisah.

 

Dia merasa profesi hakim merupakan amanah dari Tuhan yang harus dijalani sebaik-baiknya dengan penuh tanggung jawab. “Saya merasa dipilih oleh Tuhan untuk memegang amanah ini, makanya saya harus berupaya sebaik mungkin menangani dan memutus perkara secara adil dan benar,” kata dia.

Tags:

Berita Terkait