Yualita Widyadhari: Direktris yang Sukses Jadi Notaris
Srikandi Hukum 2018

Yualita Widyadhari: Direktris yang Sukses Jadi Notaris

Teguh dalam komitmen. Sosok organisatoris yang tak lelah belajar dan berkarya.

Oleh:
Norman Edwin Elnizar
Bacaan 2 Menit
Yualita Widyadhari. Foto: RES
Yualita Widyadhari. Foto: RES

Yualita Widyadhari, sosok Ketua Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia (PP INI) ternyata menyimpan segudang cerita wanita karier bertangan dingin. Notaris adalah profesi kedua Lita, sapaan akrabnya, setelah sebelumnya berkecimpung di dunia bisnis hingga puncak karier sebagai Direktris.

 

Beralih menjadi notaris sekaligus PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah), ia aktif berorganisasi mulai dari Pengurus Daerah (Pengda) sampai dengan PP INI. Tahun 2016, Lita kembali mencapai puncak dengan menjadi wanita kedua dalam sejarah yang menjabat Ketua Umum PP INI.

 

Dilahirkan dari ayah seorang polisi dan ibu seorang guru, Lita masuk kuliah hukum sebagai bakti pada orangtuanya. “Sebetulnya dulu mau masuk Psikologi UI, itu idaman saya. Bapak saya tidak menyetujui. Saya sudah pilih UI, tapi Bapak bilang ‘nggak, nomor 1 Hukum UGM’. Dulu kita mana berani dengan orangtua,” tutur Lita kepada hukumonline dalam wawancara di kantor notarisnya, Gedung TCC Batavia lantai 9, Jakarta Pusat.

 

Tak ada pilihan lain baginya yang ingin melanjutkan pendidikan tinggi selain mengikuti perintah ayahnya. Menurut Lita, ia pernah bertanya mengapa ayahnya meminta dirinya masuk kuliah hukum di Universitas Gadjah Mada.

 

“Ayah saya bilang saya punya kemampuan lebih, dia bilang di psikologi akan terbatas, di hukum bisa jadi apa saja. Saya bismillah jalan,” lanjutnya.

 

Dengan keyakinan akan ada kebaikan di balik pilihan orangtua, Lita memulai kehidupan mahasiswa di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (FH UGM). “Ternyata begitu masuk, menarik juga. Malah anak saya yang kedua ambil Hukum juga di UGM,” tambahnya sembari tertawa.

 

Lulus kuliah ia merantau ke Jakarta untuk berkarier. Pekerjaan pertama Lita dapatkan di PT. Bimantara Citra. “Sejak 1984 saya sudah bekerja di perusahaan mulai dari pekerjaan clerical. Hanya stempel-stempel, catat faksimili, telefaks, saya sudah ada di situ,” ceritanya.

Halaman Selanjutnya:
Tags:

Berita Terkait