Kisah Penyandang Disabilitas Rungu yang Termotivasi Kuliah Hukum
Utama

Kisah Penyandang Disabilitas Rungu yang Termotivasi Kuliah Hukum

Ingin memperjuangkan agar seluruh masyarakat Indonesia ramah disabilitas.

Oleh:
Normand Edwin Elnizar
Bacaan 2 Menit
Isro (berkerudung) saat menjawab pertanyaan hukumonline lewat juru bahasa, Selasa (28/8), di kampus STHI Jentera. Foto: Edwin
Isro (berkerudung) saat menjawab pertanyaan hukumonline lewat juru bahasa, Selasa (28/8), di kampus STHI Jentera. Foto: Edwin

Isro Ayu Permatasari tampak menyimak orasi ilmiah yang tengah diberikan oleh Prof. Komaruddin Hidayat, Guru Besar Filsafat Agama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, bagi para mahasiswa baru Sekolah Tinggi Hukum Indonesia (STHI) Jentera, Selasa, (28/8).

 

Hanya saja ada yang berbeda, pandangan Isro—begitu ia biasa disapa—tertuju pada sosok yang tampak memperagakan isyarat-isyarat dengan tangan tidak jauh dari podium tempat berorasi. Hukumonline baru menyadari bahwa sosok tersebut adalah juru bahasa yang tengah membantu menerjemahkan isi orasi ilmiah dalam bahasa isyarat. Rupanya Isro tunarungu.

 

Memahami hukum itu sulit. Ini kesan spontan yang dirasakan banyak orang saat membaca berbagai teks undang-undang atau teks hukum lainnya. Apalagi jika membaca berbagai literatur hukum yang menjelaskan beragam teori hingga filosofi dalam kalimat-kalimat panjang. Mendengarkan penjelasannya secara lisan pun tak langsung membantu lebih paham. Ini semakin menguatkan kesan bahwa hukum bukanlah objek yang mudah dipelajari. Faktanya, belajar hukum itu njelimet.

 

Namun siapa sangka bahwa kesan ini tak melunturkan semangat Isro yang memiliki kebutuhan khusus dalam berkomunikasi untuk memilih kuliah hukum. Mahasiswi baru STHI Jentera ini terlihat bersemangat saat menjelaskan kepada hukumonline tentang pilihannya mengambil kuliah hukum.

 

Wakil Ketua STHI Jentera, Inayah Assegaf, kepada hukumonline menjelaskan bahwa kehadiran Isro sebagai wujud komitmen STHI Jentera untuk membuka akses pendidikan hukum bagi seluruh lapisan masyarakat. Secara khusus, kampus yang memiliki visi menghasilkan pembaru hukum ini juga ingin membantu penyandang disabilitas melakukan advokasi hak-hak mereka dengan lebih baik.

 

“Dia bercita-cita melakukan advokasi bagi penyandang disabilitas dan merasa perlu bekal dengan belajar hukum,” kata Inayah menjelaskan tentang Isro yang lolos seleksi menjadi mahasiswa STHI Jentera.

 

Meskipun mengakui bahwa sarana dan prasarana di kampusnya belum sepenuhnya ramah disabilitas, Inayah menjelaskan komitmen STHI Jentera untuk mengupayakan penyandang disabilitas juga bisa terlibat dalam pembaruan hukum Indonesia. “Kami juga belum 100% lengkap, tapi harus dimulai. Kami akan bantu menghilangkan hambatannya dalam proses perkuliahan,” ujarnya.

Tags:

Berita Terkait