Melalui Seni Budaya Bali, Sosialisasi 4 Pilar di Pura Penulisan
Pojok MPR-RI

Melalui Seni Budaya Bali, Sosialisasi 4 Pilar di Pura Penulisan

Meski Bali mayoritas penduduk beragama Hindhu, namun di Kintamani terdapat banyak penganut agama lainnya, Islam dan Budha.

Oleh:
RED
Bacaan 2 Menit
Foto: Humas MPR
Foto: Humas MPR

Malam semakin larut. Udara dingin pun kian menusuk tulang. Sementara ratusan warga terus memenuhi Pura Puncak Penulisan, Desa Sukawana, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali. Meski udara dingin, warga tak beranjak dari tempat duduknya. Hiburan musik pop bali, lawak, dan tari yang disuguhkan oleh artis dan seniman dari Gianyar seolah menjadi daya tawar dari dinginnya udara yang membekap.

Tak hanya suasana ceria yang muncul di kerumunan masyarakat. Gelak tawa sering terdengar di sana ketika lawakan khas Bali, Petruk dan Dolar, tampil di depan mereka. Di saat musisi lokal mendendangkan lagu-lagu pop, di antara penonton pun ada yang ikut bernyanyi.

Acara yang digelar Minggu (30/9) malam, mampu menarik masyarakat yang tinggal di sekitar Gunung Batur. Acara itu merupakan salah satu bentuk Sosialisasi Empat Pilar MPR. Menggandeng Yayasan Kesenian Bali, MPR mengajak masyarakat pada malam itu tak hanya sekadar menikmati pentas seni dan budaya, namun juga mendengar, meresapi, dan selanjutnya melaksanakan nilai-nilai Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.

Di antara ratusan warga, hadir anggota MPR dari Fraksi PDIP, I Made Urip; anggota Fraksi PKB Neng Eem Marhamah Zulfa Hiz; anggota dari Kelompok DPD, I Kadek Arimbawa, dan Kabiro Humas Setjen MPR Siti Fauziah.

Dalam sambutan, mewakili pimpinan MPR, Kadek Arimbawa mengatakan, Puncak Penulisan merupakan kampung yang berada di ketinggian 1.340 meter di atas permukaan laut. Meski mayoritas penduduk Bali beragama Hindhu namun Kadek mengakui di Kintamani ada penganut agama lainnya. “Masyarakat Kintamani sangat universal, di sini juga ada yang menganut Islam, Budha, dan lainnya," ujarnya.

Lolak, nama panggung Kadek saat menjadi seniman, berharap dengan sosialisasi lewat pentas seni dan budaya bisa menambah rasa persatuan. Dikatakan, sosialisasi di Kintamani lewat pentas seni dan budaya sudah dilakukan sebanyak tiga kali. Ia ingin apa yang sudah dilakukan itu terus dilanjutkan. “Saya berharap demikian,” ujar anggota DPD dari Bali itu.

Dalam pesan-pesan Empat Pilar-nya, pria kelahiran Klungkung, Bali, itu mengingatkan pada generasi muda agar hati-hati ketika bermedia sosial. Dirinya mewanti-wanti saat masyarakat menerima informasi atau berita. Hoax saat ini sering betebaran disebut bisa mengganggu persatuan dan kesatuan masyarakat. Tentu hoax tidak diinginkan oleh semua. “Bali sebagai tujuan wisata, sangat membutuhkan rasa aman,” ujar ayah tiga putra itu.

Siti Fauziah, dalam kesempatan yang sama, di hadapan ratusan warga, menyebut pentas seni dan budaya yang malam itu digelar merupakan salah satu metode Sosialisasi Empat Pilar. Dirinya merasa bahagia pentas seni dan sosialisasi yang digelar malam itu diselenggarakan di lingkungan pura (tempat ibadah ummat Hindhu). Dikatakan, metode ini selain memberi penyegaran dan pemahaman nilai-nilai bangsa juga untuk melestarikan seni budaya tradisional.

“Seni budaya pada dasarnya mengandung tuntunan. Seni budaya bukan hanya tontonan dan hiburan semata tapi harus menjadi tuntunan karena di dalam nya tersirat nasehat-nasehat,” ujarnya.

Lebih lanjut, perempuan yang akrab dipanggil Bu Titik itu berharap kepada masyarakat di tahun politik, menjelang dan saat pelaksanaan Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden Tahun 2019, tetap menjaga persatuan dan kesatuan. Dirinya menyampaikan pesan Ketua MPR Zulkifli Hasan bahwa pilihan boleh berbeda namun merah putih tetap sama. “Beda pilihan tak boleh membuat kita bertengkar dan pecah. Untuk itu persatuan dan kesatuan bangsa harus diutamakan," pungkasnya.

Tags:

Berita Terkait