Semangat Persatuan Menggeliat di Air Kumbang
Pojok MPR-RI

Semangat Persatuan Menggeliat di Air Kumbang

Dalam rangka membumikan empat hal pokok di negara ini yang tidak boleh dilangkahi, yakni Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara, UUD 1945 sebagai konstitusi negara, NKRI sebagai bentuk negara, dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan negara.

Oleh:
Info MPR
Bacaan 2 Menit
Foto: Humas MPR
Foto: Humas MPR

Pagelaran Wayang Kulit di Desa Cintamanis Baru, Kecamatan Air Kumbang, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan, Sabtu (13/10) malam berlangsung meriah. Antusiasme luar biasa dari masyarakat setempat. Warga masyarakat asal Jawa berbaur dengan masyarakat asli di sana, berada dalam satu tenda besar yang terbentang di sebuah tanah lapang di Desa Cintamanis Baru. Bahkan tenda berkapasitas 1000 tempat duduk tak mampu menampung arus penonton hingga meluber ke luar tenda.

 

Kepala Biro Humas Setjen MPR Siti Fauziah mengatakan rasa bangganya melihat antusiasme masyarakat ingin menyaksikan pagelaran wayang kulit tersebut. Apalagi pagelaran seni budaya trasional ini adalah dalam rangka sosialisasi Empat Pilar MPR. “Saya bangga karena malam ini penontonnya cukup padat. Ini adalah pertanda bahwa masyarakat di sini sangat menyukai wayang kulit, dan tampaknya juga mereka kangen akan kehadiran wayang,” kata Siti Fauziah selaku ketua penyelenggara pentas seni budaya Wayang Kulit.

 

Maklumlah warga masyarakat Desa Cintamanis Baru itu hampir 65% warga transmigran  dari berbagai daerah di Jawa. Generasi transmigran pertama datang ke sana pada tahun 1971, dan kini jumlah penduduk desa itu telah mencapai 900 KK atau sekitar 3000 jiwa.  Mereka umumnya adalah petani karet dan kelapa sawit. Warga masyarakat di sana mengaku jarang menyaksikan pagelaran kesenian tradisional nenek moyang mereka ini. Itulah sebabnya sambutan masyarakat terhadap kesenian wayang kulit dalam rangka sosialisasi Empat Pilar ini begitu besar.

 

Dikatakan Siti Fauzia, dalam memasyarakatkan Empat Pilar, MPR menggunakan berbagai metode. Dan, sasarannya juga berbagai elemen masyarakat. Untuk anak-anak Sekolah Dasar misalnya, sosialisasi dilakukan melalui komik; buat siswa SLTA menggunakan metode Lomba Cerdas Cermat; lalu untuk guru dan pejabat-pajabat daerah melalui FGD atau seminar; sementara untuk mahasiswa menggunakan metode Kemah Empat Pilar dan Training of Trainers (ToT), serta masih banyak metode lainnya.

 

MPR memilih seni budaya sebagai salah merode sosialisasi, menurut Siti Fauziah, karena di dalam seni budaya tradisional, seperti wayang kulit ini, mengandung filosofi yang berisi tuntunan dan dapat dijadikan panutan, selain sebagai tontonan. “Mudah-mudahan cerita wayang  yang disampaikan dalang, Ki Seno Aji, melalui lakon Wahyu Makutoromo, memberi manfaat untuk masyarakat, dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,” harap Siti Fauziah.

 

Pagelaran wayang kulit di tahun politik  yang dibuka oleh Ketua Fraksi Gerindra di MPR Edhy Prabowo atas nama Pimpinan MPR RI ini, diwarnai semangat persatuan. Buktinya, di bawah tenda besar yang dijadi tempat pementasan wayang kulit ini, selain berkumpul para pejabat daerah bersama warga  dan tokoh masyarakat dari berbagai elemen, juga hadir para calon legislatif asal Kabupaten Banyuasin dari lintas partai.

 

“Inilah tujuan diadakannya pagelaran wayang kulit, untuk menyatukan semua kekuatan. Karena kita sama-sama menyadari bahwa yang kita urus adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia, bukan negara milik satu kelompok. Dan, inilah makna kita berbeda,” kata pria kelahiran Tanjung Enim, Sumatera Selatan, itu.

Tags:

Berita Terkait