Ma'ruf Cahyono: Banyak Negara Lain  Ingin Menerapkan Sifat Gotong Royong 
Pojok MPR-RI

Ma'ruf Cahyono: Banyak Negara Lain  Ingin Menerapkan Sifat Gotong Royong 

Sebaliknya bila Indonesia berhenti merealisasikan gotong royong, nilai dan karakter bangsa asing bakal masuk menggantikan nilai-nilai budaya asli.

Oleh:
RED
Bacaan 2 Menit
Foto: Humas MPR
Foto: Humas MPR

Seluruh mahasiswa mestinya tak henti-henti  menginternalisasi dan melaksanakan jatidiri bangsa Indonesia, seperti yang tercantum dalam Pancasila. Karena sesungguhnya, internalisasi jatidiri dan karakter bangsa itu tidak boleh berhenti selama-lamanya.

 

Demikian disampaikan Sektetaris Jenderal (Sekjen) MPR Ma'ruf Cahyomo di hadapan civitas akademika Universitas Hasanudin Makasr, saat menjadi pembicara kunci pada sosialisasi Empat Pilar dan seminar  dengan tema Membangun Pamahaman Agama Yang Konstruktif Terhadap NKRI, Minggu(22/10). Seminar hasil kerjasama MPR RI dengan Fisip Unhas, itu berlangsung di Auditorium prof. A. Amirudin Fakultas Kedokteran Unhas Makasar.

 

"Sebentar saja kita lalai, tidak melakukan internalisasi dan melaksanakan jatidiri bangsa, niscaya karakter bangsa asing akan masuk menggantikannya. Padahal, nilai-nilai asing itu belum tentu sesuai dengan jatidiri bangsa kita," ujarnya.

 

Menurutnya, kalau bangsa Indonesia berhenti merealisasikan sikap gotong royong dan tolong menolong, maka bakal muncul generasi individualistis. Yakni mengutamakan kepentingamnya sendiri. Begitu pula sopan santun itu dilupakan, maka suatu hari nanti bangsa Indonesia tidak akan memiliki tata krama dan saling hormat menghormati, satu dengan sesama. Karena itu menurut Ma'ruf, upaya menginternalisasi jatidiri bangsa Indonesia itu harus terus dilakukan, tidak ada akhirnya. 

 

Apalagi, banyak negara-negara di dunia yang kagum dan iri terhadap jatidiri dan karakter bangsa Indonesia. Bahkan banyak negara yang ingin menerapkan nilai-nilai seperti gotong royong, saling hormat menghormati, tolong menolong dan sopan santun yang selama ini menjadi ciri bangsa Indonesia, di negara mereka sendiri.

 

"Tidak ada kata lain bagi generasi muda, kecuali terus mempertahankan dan melaksanakan jatidiri bangsa itu dalam kehidupan sehari-hari, terus menerus, never ending," pungkasnya.

Tags:

Berita Terkait