MPR Nilai Persatuan Nasional Jadi Kunci Keselamatan Bangsa
Pojok MPR-RI

MPR Nilai Persatuan Nasional Jadi Kunci Keselamatan Bangsa

Bentang sejarah di tanah air membuktikan bahwa persatuan nasional melahirkan peristiwa-peristiwa besar.

Oleh:
RED
Bacaan 2 Menit
Foto: Humas MPR
Foto: Humas MPR

Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) Ahmad Basarah menekankan pentingnya persatuan nasional sebagai kunci menjaga keselamatan bangsa. Menurutnya, bangsa Indonesia bisa lepas dari cengkraman penjajah dan memproklamasikan kemerdekaanya pada 17 Agustus 1945 tidak lain karena bersatu padu dan tidak mau dipecah belah Belanda lagi dengan politik devide et impera-nya.

 

"Bentang sejarah di tanah air membuktikan bahwa persatuan nasional melahirkan peristiwa-peristiwa besar. Sebut saja kebangkitan nasional tahun 1908, Kongres Pemuda Pertama dan Kedua pada tahun 1926 dan 1928 hingga Proklamasi tahun 1945. Bahwa pemudalah yang menjadi pelopor persatuan nasional," ujarnya saat memberikan kuliah umum dalam acara Peringatan 90 Tahun Sumpah Pemuda bertajuk "Implementasi Nilai-Nilai Sumpah Pemuda di Era Milenium" bersama Menpora Imam Nahrowi dan Dosen UB Ali Safaat di Universitas Brawijaya Malang Jawa Timur, Senin (5/11).

 

Basarah yang juga menjabat Wasekjen Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan melanjutkan bahwa upaya menggalang Persatuan Nasional terlihat jelas. Yakni ketika Bung Karno pada tahun 1927 mendirikan PNI, sejumlah tokoh agama mendirikan NU tahun 1926, dan berdirinya Muhammadiyah tahun 1912.

 

Tahun 1928 terjadilah Kongres Pemuda II, yang dikenal sebagai Sumpah Pemuda. Bahkan menjadi titik tolak peleburan identitas kedaerahan berbagai organisasi pemuda. Segenap pemuda dan pemudi sepakat menanggalkan ikatan primordial dan menggemakan semangat persatuan nasional.

 

"Karena itulah pemuda merupakan tulang punggung perjuangan kemerdekaan Indonesia. Pemuda yang bersatu telah melahirkan rentetan peristiwa-peristiwa besar.  Dan persatuan nasiomal adalah kunci dalam menghadapi berbagai bentuk ancaman dan penjajahan," kata anggota DPR dari dapil Malang Raya itu.

 

Di sisi lain peringatan 90 tahun momentum sumpah pemuda harus dijadikan refleksi dan proyeksi perjalanan bangsa ke depan. Dikatakan demikian, karena pada tahun 1928 segenap pemuda dan pemudi mengenyahkan perbedaan dan mencari titik temu. Sebaliknya di era milenium seperti saat ini fenomena yang nampak pemuda justru memperdebatkan perbedaan. Dulu, kata Basarah, pemuda sepakat menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Namun kini, banyak pemuda yang bangga berbahasa asing.

 

"Sumpah Pemuda tahun 1928 melahirkan ide dan terobosan besar. Yang menjadi inisiatornya adalah para pemuda. Segenap pemuda sepakat menjunjung persatuan nasional. Inilah teladan yang bisa kita petik. Warisi api sumpah pemuda, jangan sia-siakan pengorbanan para pejuang dan syuhada bangsa yang telah mewariskan kemerdekaan bangsa Indonesia ini. Warisilah api dan semangat persatuan nasional jangan kita kembali jaman kegelapan ketika bangsa kita mudah diadu-domba kekuatan asing," pungkas Basarah.

Tags:

Berita Terkait