Bambang Rantam Sariwanto, dari Gotong Kursi Menuju Prestasi di Kursi Sekjen Kemenkumham
Profil

Bambang Rantam Sariwanto, dari Gotong Kursi Menuju Prestasi di Kursi Sekjen Kemenkumham

Modal pertama adalah disiplin. Kedua, ketekunan. Ketiga adalah mencintai pekerjaan. Jangan selalu memikirkan uang. Rezeki akan datang mengikuti.

Oleh:
Normand Edwin Elnizar
Bacaan 2 Menit
Sekretaris Jenderal Kemenkumham Bambang Rantam Sariwanto. Foto: RES
Sekretaris Jenderal Kemenkumham Bambang Rantam Sariwanto. Foto: RES

Tiga dekade mengabdi sebagai birokrat di Kementerian Hukum dan HAM, kisah Bambang Rantam Sariwanto tampak sebagai bukti nyata dari ketekunan yang berbuah keberhasilan. Perjalanan karier Bambang tak pernah sesuai dengan rencananya bahkan sejak awal memilih kuliah. Menjadi mahasiswa hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret (UNS) baru diputuskannya sekejap di depan loket pendaftaran kuliah hanya karena formulir itu yang masih tersisa.

 

Rencananya kembali pupus karena ditolak masuk lowongan kerja yang diincarnya sejak awal kuliah. Masuk ke Kementerian Hukum dan HAM pada unit di bawah Sekretariat Jenderal pun bisa dikatakan karena hanya itu peluang kerja yang terbuka lebar bagi Bambang. Belum selesai di sana, pilihan promosi jenjang karier pun diterima Bambang apa adanya dari jabatan yang tersisa karena didahului oleh rekannya.

 

Namun, Bambang berpegang teguh pada prinsip totalitas dan tekun pada apapun pekerjaan yang ada di depan mata. Tanpa banyak mengeluh, Bambang lebih memilih berdamai dengan takdir dalam setiap kejutan di episode hidupnya. “Saya ini merasa nggak pintar, jadi apa saja yang bisa saya kerjakan, ya saya kerjakan sebaik-baiknya,” katanya sembari tertawa di tengah wawancara bersama hukumonline di ruang kerjanya, Kamis (22/11).

 

Meskipun mengakui bahwa masuk bekerja di Kementerian Hukum dan HAM berawal dari ajakan sang Paman yang menjabat Menteri Kehakiman kala itu, Bambang menjelaskan bahwa Menteri Kehakiman Ismail Saleh sama sekali tak memberinya jalan pintas. Sebagai lulusan sarjana hukum yang berkesan mentereng di tahun 80-an, Pamannya menempatkan Bambang jauh dari pusat Kementerian. Bambang diterima bekerja pada Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) pegawai Departemen Kehakiman, Cinere, Depok.

 

“Kerjaan awal saya ngangkat meja, gotong kursi. Pusdiklat baru pindah ke sana tahun 1987, kantor baru di sana, masih sepi dan seram,” kata Bambang mengenang.

 

Perbincangan Bambang dengan hukumonline banyak diwarnai tawanya mengenang perjalanan bisa mencapai posisi orang nomor dua di Kementerian Hukum dan HAM saat ini. Apalagi sebagai sarjana hukum, keberhasilannya di Kementerian Hukum dan HAM justru dalam bidang manajemen organisasi.

 

Prestasi Bambang dibuktikan dengan berbagai penghargaan atas kinerja Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) dalam urusan manajemen sumber daya manusia dan keuangan di bawah kepemimpinannya. Tercatat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi memberi penghargaan Kemenkumham sebagai penyelenggara seleksi CPNS terbaik tahun 2017.

Tags:

Berita Terkait