KPK Tekankan Pentingnya 9 Nilai Integritas
Berita

KPK Tekankan Pentingnya 9 Nilai Integritas

Integritas dianggap salah satu masalah yang menghambat pemberantasan korupsi.

Oleh:
Aji Prasetyo
Bacaan 2 Menit
Foto: RES
Foto: RES

Kegiatan dalam rangka peringatan Hari Antikorupsi Sedunia (Hakordia) yang jatuh pada 9 Desember 2018 masih terus dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Setelah mengadakan acara selama dua hari di Hotel Bidakara, Jakarta pada 4-5 Desember, ada kegiatan lain berupa pendidikan antikorupsi yang berlangsung di Hotel Kartika Chandra, Jakarta.

 

Dalam sambutannya, Wakil Ketua KPK Saut Situmorang sempat menanyakan kepada para hadirin yang datang, apakah salah satu dari mereka ingin menjadi pimpinan KPK? "Kalau enggak gw pulang nih bener. Ada? Ada satu? Kalau nggak saya pulang nih. Ada tiga," ujar Saut yang disambut tawa pengunjung, Selasa (11/12/2018).

 

Saut sempat berpikiran masyarakat saat ini beranggapan orang jujur sulit mendapat sesuatu yang diinginkannya; peduli dengan orang lain dianggap mencampuri urusan; mandiri dianggap sombong; tanggung jawab dianggap sok suci; hidup sederhana dianggap miskin; berani dianggap sok jago; dan adil dianggap sok tau soal hukum.

 

"Ini pertanyaan besar sekarang di negara ini. Yang saya sebut jujur, peduli, disiplin, mandiri, tanggung jawab, sederhana, bersih (kerja keras), adil, berani. Sembilan nilai di KPK, apakah kalau mempunyai nilai itu memperlemah dirinya sehingga tidak punya daya saing di negara kita?" Baca Juga: Catatan Menarik Survei Integritas KPK-BPS di 36 Instansi

 

Hal yang disebut diatas, mulai dari jujur, peduli, mandiri, tanggung jawab dan lainnya akan mulai diajarkan dari pendidikan Sekolah Dasar (SD) hingga mereka pensiun dari pekerjaannya. Bahannya sendiri sudah disiapkan, diantaranya 9 nilai yang disebutkan diatas tadi yang dikategorikan sebagai integritas. 

 

Dalam kesempatan ini, Saut sempat menceritakan mengenai kedua anaknya. Ia mempunyai seorang putri yang tidak mau belajar matematika, kerjaannya hanya menggambar. Bahkan, ia tidak mengerti perbedaan antara walikota dengan bupati dan kelurahan dengan desa. Hal itu terus terjadi ketika dirinya ditugaskan ke Singapura selama 3,5 tahun dan Australia selama 3 tahun, putrinya tetap hanya bisa menggambar.

 

Berbeda dengan putranya yang tidak ahli dalam matematika, kemudian masuk jurusan elektronik. Setelah lulus kuliah, putranya sempat menganggur selama satu tahun lebih. Menariknya, putri Saut yang dibilang hanya bisa menggambar itu hanya menganggur selama dua hari, ia sempat bekerja di perusahaan Inggris, namun sekarang di perusahaan Singapura dan gajinya pun lebih besar dari putranya.

Halaman Selanjutnya:
Tags:

Berita Terkait