Negara Harus Berjalan Sesuai Rel Konstitusi
Pojok MPR-RI

Negara Harus Berjalan Sesuai Rel Konstitusi

Telah memiliki dua  lembaga negara yang bertanggung  jawab melaksanakan sosialisasi dan pembinaan ideologi Pancasila. Yaitu  Badan  Sosialisasi  4  Pilar  MPR dan BPIP.

Oleh:
RED
Bacaan 2 Menit
Foto: Humas MPR
Foto: Humas MPR

Beberapa saat lagi tahun 2018 akan  segera  berlalu dan berganti dengan  tahun  2019. Pergantian tahun merupakan momentum baik bagi segenap elemen  bangsa untuk melakukan refleksi atas kehidupan berbangsa dan bernegara. Sekaligus  menyiapkan  strategi  kenegaraan untuk  semakin memantapkan tercapainya cita-cita bernegara.

 

Pimpinan  Fraksi  PDI  Perjuangan  MPR   Ahmad Basarah dengan ini menyampaikan  beberapa  catatan  kebangsaan dan  kenegaraan di tanah  air  selama  tahun  2018 dan harapan di tahun 2019, sebagai  berikut: 

 

Pertama, dalam  bidang  Ideologi  Negara. Sepanjang  tahun 2018  menunjukkan  bahwa kinerja pemerintah melalui  perangkatnya  untuk  terus membumikan Pancasila secara terstruktur dan sistematis terlihat semakin terukur dengan telah dibentuknya Badan Pembinaan Ideologi  Pancasila (BPIP). Dengan demikian saat  ini telah memiliki dua lembaga negara yang bertanggung  jawab melaksanakan sosialisasi dan pembinaan ideologi Pancasila. Yaitu  Badan  Sosialisasi  4  Pilar  MPR   dan  BPIP. Kehadiran ke dua lembaga tersebut menjadi  pengganti atas ketidakhadiran negara untuk  menyosialisasikan dan membina sikap dan mental  ideologi  bangsanya  setelah dihapuskannya program  Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) tahun 1998 dan dibubarkannya Badan Pembina Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasia  (BP7) tahun 1999. Perkembangan menggembirakan lainnya adalah akan dimasukannya kembali mata pelajaran Pancasila sebagai mata pelajaran wajib dalam kurikulum pendidikan tingkat dasar hingga menengah  atas, setelah dihapuskan melalui UU Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Nomor  20  tahun  2003. Kemajuan  pembangunan  nasional di  bidang ideologi  ini  harus kita  dukung  agar  ke depan bangsa  Indonesia  benar-benar dapat  memiliki kedaulatan  dan  daya  tahan  ideologi nasional yang  kokoh  dari  ancaman  ideologi  transnasional seperti  ideologi ekstrimisme  agama  dan  juga  paham ideologi individualisme/liberalisme yang  saat  ini  bekerja di  Indonesia  yang salah  satu  modus operasinya  dengan  memanfaatkan kemajuan  teknologi  informasi dan media sosial.

 

Kedua, kata Basarah, terkait  kinerja  lembaga-lembaga  negara. Selama  2018 masing-masing  pelaku  dalam  cabang kekuasaan negara  telah  berfungsi sebagaimana perintah  konstitusi.  Presiden  sebagai  Kepala Pemerintahan  telah  bekerja  sebagaimana  perintah konstitusi  yaitu  memajukan  kesejahteraan umum melalui  berbagai  program  pembangunan  di berbagai  penjuru  negeri. Sementara lembaga legislatif  telah  menjadi  partner/mitramkerja yang kritis dan konstruktif bagi Presiden dalam memenuhi janji  politiknya kepada rakyat Indonesia. Adapun pelaku kekuasaan  kehakiman yaitu badan peradilan terus berusaha menegakkan hukum dan keadilan. "Termasuk penegakan  hukum  terhadap segala  penyelewenangan  keuangan  negara  yang dilakukan  oleh  para  penyelenggara  negara dan mantan  penyelenggara  negara  serta  pihak-pihak lainnya," ujarnya melalui keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (30/12/2018).

 

Ketiga, dalam  bidang  Pertahanan  dan  Keamanan. Sinergisitas  baik  antara  TNI-Polri  dan  lembaga terkait  telah  membuat  stabilitas  keamanan nasional  begitu  terjaga  sepanjang  2018. Sepanjang  tahun  2018, setidaknya  ada  2  (dua) isu  besar  yang  menyangkut  keamanan  nasional, yaitu kasus  Terorisme  dan  Separatisme. Khusus terorisme, pasca  terjadinya  serangan teroris di  beberapa  daerah  maka  Presiden  dan  DPR telah  berhasil  mencapai  kesepakatan  untuk memperkuat  perangkat  hukum yang  ada lewat revisi UU Pemberantasan  Tindak  Pidana  Terorisme, utamanya memperkuat  aspek pencegahan  oleh aparat  keamanan  dan  penegak  hukum sehingga dapat  efektif  menanggulangi  ancaman  terorisme dan  separatisme.

 

Keempat,  dalam  bidang  olitik  dalam  negeri. Menurutnya,  penyelenggaraan  Pilkada  serentak tahun 2018 telah berlangsung  aman  dan  damai.  Serta  telah menghasilkan  sejumlah  kepala  dan  wakil  kepala daerah  yang  dipilih  secara  demokratis.  Hal  ini menunjukkan  makin  matangnya masyarakat dalam  berdemokrasi.  Namun  demikian  di  beberapa tempat,  potret  politik  Indonesia  masih  belum menunjukkan  wajah  perkembangan  demokrasi yang  substansial  karena  agenda  konstestasi Pilkada  dan  kampanye  pemilu  masih  dijejali  dengan narasi-narasi  negatif,  khususnya  isu  politik  identitas yang  menggunakan  Perbedaan  Suku,  Agama,  Ras dan  Antar  Golongan  (SARA)  sebagai  alat  untuk merebut  kemenangan  dalam pilkada. Sementara proses  kampanye  Pileg  dan  Pilpres  tahun  2019 yang  akan  datang,  di  mana tahapan  masa kampanye  telah  dimulai  sejak  bulan  September 2018  lalu  secara  umum masih  berjalan  lancar dan  damai,  meskipun  secara  kualitatif  substansi kampanye  masih  belum menyentuh  esensi demokrasi karena  masih  terlihat  berbagai narasi  kampanye  yang  mengeksploitasi  isu-isu politik  identitas dan perdebatan yang kurang mendidik rakyat.

 

Kelima, salam  bidang  hubungan  luar  negeri. Berbagai  kemajuan  diplomasi  hubungan  luar negeri  Indonesia  di  tahun  2018  ini  banyak hal yang  menggembirakan.  Sebut  saja  konsistensi memperjuangan  kemerdekaan  Palestina  dengan cara  menolak  pengakuan  Yerusalem  sebagai ibukota negara Israel,  aktif    menyelesaikan  konflik Rohingnya  di  Myanmar  hingga  penyelenggaraan Annual  Meeting  IMF  –  World  Bank 2018  yang mengundang  investor  dari  berbagai  negara  dan Indonesia  mendapat  investasi  sebesar  Rp.202  Triliun. Diplomasi  Pemerintah  juga  semakin  meningkat pada  berbagai  forum-forum  internasional.  Terbukti pada  tahun  ini,  Indonesia  berhasil  menjadi  Anggota Tidak  Tetap  Dewan  Keamanan  PBB  untuk periode 2019  – 2020. Diujung  tahun  2018  ini  juga  ditandai dengan  keberhasilan  Pemerintah  Indonesia  merevisi Kontrak  Karya  PT.  Freeport  dengan  mengambil  alih 51% saham perusahaan  Amerika Serikat itu setelah  sejak  tahun  1967  kekayaan  tambang  emas, tembaga dan  sumber energi serta  mineral  lainnya di  tanah  Papua  itu  dikuasai  asing. Atas  berbagai  catatan  kehidupan  bangsa  di  tahun 2018 itu, maka ada beberapa hal yang  perlu  menjadi catatan  dan  perhatian  kita  bersama,  sebagai  berikut: 

Tags:

Berita Terkait