Munir Fuady: Advokat dengan Mimpi Seribu Buku
Berita

Munir Fuady: Advokat dengan Mimpi Seribu Buku

“Kalaupun saya berhasil, saya bilang saya hanya berani melawan arus, istilahnya sekarang berani tampil beda”.

Oleh:
Hamalatul Qur'ani
Bacaan 2 Menit
Munir Fuady. Ilustrasi: HGW
Munir Fuady. Ilustrasi: HGW

Bukan alumni dari sebuah universitas besar, tak menyurutkan semangat Munir Fuady dalam menulis buku-buku hukum bernuansa bisnis. Kini, tak dapat ditampik bahwa namanya begitu ‘menggema’ di kalangan pegiat hukum lantaran begitu banyak buku-buku tulisannya tersebar dan tersimpan selama belasan hingga puluhan tahun di berbagai perpusatakaan hukum. Karya ilmiahnya banyak dijadikan rujukan mulai dari mahasiswa, praktisi hukum hingga dikutip dalam beberapa putusan pengadilan.

 

Padatnya jadwal Munir selama hampir 31 tahun menggeluti profesi advokat, ditambah lagi kesibukan sebagai kurator maupun dosen di beberapa perguruan tinggi, tak menghentikan upaya Munir untuk terus berkarya. Mimpinya, agar karyanya dikenang tersimpan ‘apik’ di perpusatakaan tanpa mengenal waktu, dijadikan banyak referensi untuk pengembangan ilmu pengetahuan sekaligus sebagai upaya pembaharuan.

 

Asal tahu, semasa S-1 di Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh, berkat prestasi akademiknya, semenjak semester tiga hingga lulus Munir berhasil menggondol Beasiswa Supersemar (1975). Tak hanya dari Supersemar, Munir juga merengkuh beasiswa dari berbagai organisasi lain. Ia pernah merebut beasiswa Ford Foundation, TMPD (Tim Manajemen Program Doktor), dan Fullbright (Beasiswa dari senat Amerika untuk Negara berkembang). Dengan beasiswa yang terakhir ini, ia meraih gelar LLM dari Law School, Southern University, Dallas, USA.

 

Berkat bekal pengetahuan mumpuni yang ia kumpulkan, mulai pada tahun 1996, Munir menantang rasa ‘kepercayaan dirinya’ untuk menulis buku pertamanya. Tak berjalan mulus, buku pertamanya sempat di kritik oleh banyak profesor di Indonesia. Tak goyah akan pendiriannya, Munir berhasil membalikkan ‘kritikan’ tersebut menjadi sebuah potensi besar yang bahkan sangat popular hingga kini.

 

Untuk mengetahui detail-detail perjalanan Munir Fuady dalam ‘menelurkan’ puluhan buku-buku hukum bernuansa bisnis, hukumonline berkesempatan mewawancarai beliau di sela-sela acara Diskusi Publik bertema ‘Strategi Advokat dalam Menangani Perkara Kepailitan’ yang diselenggarakan oleh Ikatan Alumni Hukum Unsyah Jakarta, Sabtu (14/1). Berikut kutipan wawancaranya:

 

Sudah berapa buku yang Anda ditulis sampai saat ini?

Saya sendiri tidak begitu menghitung, perkiraan hampir 50, sekitar 47-48 buku mungkin begitu, saya gak hitung.

 

Sejak kapan Anda mulai menulis buku?

Dulu awalnya saya menulis artikel di koran, sejak saya di daerah sudah mulai menulis di Koran daerah. Saya juga sudah masuk di segala koran nasional seperti Kompas, Majalah Tempo, dulu ada juga Info Bank dan segala macam, dulu itu juga sudah. Terus teman-teman bilang, Pak Munir kemarin nulis di Koran? Karena sudah terbit yang baru, jadi teman saya susah mencari apa yang sudah saya tulis di Koran itu. Akhirnya tulisan saya hilang, hanya dibaca sehari. Akhirnya dia sarankan saya untuk nulis buku. Lebih baik Pak Munir nulis buku, kan disimpan sampai bertahun-tahun di pustaka gak hilang-hilang. Nah di situ saya pikir, iya juga, saya nulis di Koran, dibaca cuman satu hari saja meskipun dibaca oleh banyak orang. Sedangkan kalau nulis buku bisa bertahun-tahun. Mulai pertama buku saya keluar itu tahun 1996, sebelum itu banyak di koran atau majalah saja.

Halaman Selanjutnya:
Tags:

Berita Terkait