Ketika Alumni Fakultas Hukum UI Berkumpul dan Diskusikan Masalah Anak
Berita

Ketika Alumni Fakultas Hukum UI Berkumpul dan Diskusikan Masalah Anak

Para narasumber menjelaskan kapan baiknya anak dibelikan telepon genggam.

Oleh:
Aji Prasetyo
Bacaan 2 Menit
Ketua Iluni FH UI, Ashoya Ratam (berkemeja kuning) bersama beberapa alumni dalam acara Family Gathering. Foto: AJI
Ketua Iluni FH UI, Ashoya Ratam (berkemeja kuning) bersama beberapa alumni dalam acara Family Gathering. Foto: AJI

Jika biasanya ikatan alumni fakultas hukum universitas mengadakan kegiatan yang juga bertemakan mengenai hukum, namun hal berbeda dilakukan Ikatan Alumni Fakultas Hukum UI yang mengadakan kegiatan dengan tema keluarga dalam acara Family Gathering.

Dalam kegiatan ini juga diselenggarakan sebuah diskusi dengan tema "Tantangan Orang Tua Zaman 'Now' Antara Kebutuhan Gadget/Internet dan Ketergantungannya" dengan pembicara psikolog anak dan remaja Vera Itibiliana Hadiwidjojo, Kepala Sekolah Sampoerna Academy Frida Dwiyanti, dan Hiro Whardana, Direktur Utama Passpod.com.

Dalam diskusi tersebut ada satu pertanyaan menarik yang diajukan seorang peserta yaitu pada usia berapa seorang anak boleh dibelikan telepon genggam? Para narasumber pun memberikan pandangannya atas pertanyaan ini.

(Baca juga: Pengurus Iluni FHUI 2018-2021Telah Dilantik: Siapa Saja Mereka?).

Vera, misalnya, memberikan analogi ketika anaknya baru boleh bermain Play Station (PS) saat kelas 3 Sekolah Dasar. Ketika itu pun waktu bermain dibatasi pada saat hari libur saja, sementara anaknya mengeluh karena teman sekolahnya diperbolehkan oleh orang tuanya untuk bermain setiap hari. "Saya tanya, nilainya yang main PS tiap hari itu bagusan mana sama kamu? Dia jawabnya ""Bagusan saya sih mah," kata Vera menirukan jawaban anaknya.

Vera memaparkan biasanya seorang anak ingin memiliki telepon genggam karena tidak mau dianggap kurang pergaulan dan membuktikan eksistensinya. Dan disitu pula orang tua harus bisa memberikan penjelasan dan menunjukkan kelebihan anaknya dibanding anak lain yang memiliki telepon genggam seperti prestasi akademik. "Saya berikan HP ke anak saya yang Nokia itu tapi cuma yang bisa sms dan telepon, paling sama radio padahal temen-temennya sudah ada yang pakai Iphone 6," terangnya.

Frida Dwiyanti mengatakan orang tua harus bisa tegas kepada anaknya untuk menolak membelikan telepon genggam jika memang belum dibutuhkan. Ia mencontohkan anaknya sendiri yang juga baru dibelikan telepon genggam pada saat masuk SMP. "Kita lihat kepentingannya untuk mencari informasi. Jadi semuanya tergantung kebutuhan," terangnya.

Lalu bagaimana jika anak itu sudah mempunyai telepon genggam? Frida pun memberikan masukan mengenai hal ini. Menurutnya orang tua adalah contoh bagi anaknya sendiri sehingga apa yang dilakukan orang tua secara otomatis akan dilakukan oleh anaknya. Misal orang tua memegang telepon genggam untuk bermain, maka anak itu juga akan bermain game dari telepon genggam. Lalu orang tua menggunakan telepon genggam saat sedang acara keluarga, maka anaknya pun akan mengikutinya.

Tags:

Berita Terkait