Dari TGPF Independen, Hingga Tudingan Berpolitik Warnai Peringatan 2 Tahun Kasus Novel
Berita

Dari TGPF Independen, Hingga Tudingan Berpolitik Warnai Peringatan 2 Tahun Kasus Novel

Sempat ada aksi demonstrasi yang menuding peringatan ini berbau politik.

Oleh:
Aji Prasetyo
Bacaan 2 Menit
Foto: RES
Foto: RES

Kamis 11 April 2019, tepat 2 tahun peristiwa penyiraman air keras terhadap penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan terjadi. Namun hingga kini, diketahui bersama belum ada upaya signifikan yang dilakukan aparat kepolisian untuk mengungkap perkara ini termasuk menangkap pelaku dan aktor intelektual di balik kejadian tersebut. 

 

Dalam acara peringatan 2 tahun peristiwa ini, ada sejumlah kegiatan yang dilakukan seperti pernyataan sikap dari Wadah Pegawai (WP) KPK, pembacaan deklarasi yang dihadiri mantan pimpinan KPK Abraham Samad, Bambang Widjojanto serta Busyro Muqoddas, harapan Novel Baswedan sendiri, pertunjukan seni, hingga adanya aksi bakar ban. 

 

Berikut beberapa peristiwa dalam peringatan 2 tahun penyiraman air keras terhadap Novel:

 

1. Desak TGPF

WP KPK bersama Koalisi Masyarakat Sipil menggelar serangkaian kegiatan pada Kamis (11/4). Peringatan ini digelar salah satunya untuk mendesak Presiden Joko Widodo (Jokowi) membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Independen. Rangkaian acara ini diawali dengan aksi bersama yang dimeriahkan dengan penampilan musik, mimbar bebas dan orasi dari berbagai elemen masyarakat.

 

"Gerakan mahasiswa hingga aktivis buruh termasuk deklarasi anti teror terhadap pemberantasan korupsi oleh tokoh-tokoh Nasional," kata Ketua WP KPK Yudi Purnomo dalam siaran persnya.

 

Rangkaian peringatan dua tahun teror terhadap Novel berlanjut hingga malam hari dengan dialog budaya untuk mendorong penuntasan kasus Novel. Dialog ini akan dipimpin oleh Cak Nun bersama Novel serta dimeriahkan musikalisasi puisi oleh Najwa Shihab.  

 

Peringatan dua tahun teror terhadap Novel ini didukung oleh berbagai elemen tanpa mempersoalkan afiliasi terhadap pilihan presiden. Yudi juga menegaskan aksi ini tak memiliki tujuan politik tertentu. "Untuk itulah hari ini, apapun pilihan politikmu mari berkumpul di KPK untuk mendukung Presiden berani membentuk TGPF independen agar teror terhadap KPK berhenti," terang Yudi. 

 

2. Tudingan berpolitik

Ketika sejumlah mahasiswa yang berasal dari Yogyakarta berorasi untuk mendukung penuntasan perkara Novel, ada sejumlah demonstran lain yang menggelar aksi tandingan. Sekelompok pemuda yang menamakan diri mereka Aliansi Pemuda Pengawas KPK mendatangi area Gedung KPK dengan menggunakan dua mobil komando. Kehadiran kelompok pemuda ini membuat kelompok mahasiswa yang sedang berorasi memilih membubarkan diri dan memilih masuk ke area Gedung KPK.

Tags:

Berita Terkait