Aksi unjuk rasa di depan gedung Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) berakhir ricuh. Seusai buka puasa bersama dan shalat maghrib di jalan raya, aparat sudah meminta massa agar membubarkan diri dan menjauhi dari kantor bawaslu.
Sebagian massa pun mengikuti imbauan aparat tersebut. Tapi tidak bagi sebagian massa lainnya yang tetap bertahan melakukan aksi unjuk rasa di depan gedung Bawaslu.
Sejumlah massa melempar botol air minum dan menyalakan petasan serta kembang api usai shalat Maghrib dan mengarahkannya ke aparat yang berjaga.
Kondisi ini terus terjadi hingga malam hari. Beberapa kali polisi menembakkan gas air mata untuk menahan massa yang melakukan tindakan anarki.
Namun kericuhan tetap terjadi. Massa pendemo 22 Mei melempar semua benda yang dipegangnya kea rah aparat kepolisian, mulai dari bambu, batu hingga petasan.
Bentrokan ini bermua dari sekelompok orang yang berasal dari arah jalan Abdul Moeis melempari polisi menggunakan botol air mineral.
Situasi tak kunjung reda. Sejumlah peserta aksi 22 Mei malah naik ke lantai 2 pusat perbelanjaan Sarinah. Di sana, mereka melempar petasan, botol kaca dan botol air kemasan, dan benda lainnya kepada petugas yang berjaga di bawah.