Andri Rizki Putra, Millennial Lawyer yang Having Fun jadi Aktivis Sosial
Utama

Andri Rizki Putra, Millennial Lawyer yang Having Fun jadi Aktivis Sosial

Seimbang dalam berkarier, bersenang-senang, dan berkontribusi bagi masyarakat luas.

Oleh:
Norman Edwin Elnizar
Bacaan 2 Menit
Andri Rizki Putra. Foto: Istimewa
Andri Rizki Putra. Foto: Istimewa

Muda, kaya, penuh gaya tapi tenggelam dalam urusan kerja. Mungkin itu yang pertama bisa dibayangkan saat membahas sosok milenial di kalangan corporate lawyer. Sudah menjadi rahasia umum soal budaya kerja di corporate law firm yang banyak menyita waktu bahkan kehidupan sosial para personelnya. Tuntutan kerja lembur bagai kuda bahkan tak lagi terdengar istimewa buat mereka karena bisa terjadi hampir tiap hari.

 

Sulit membayangkan ada sosok milenial lawyer mampu membangun gerakan sosial seperti yang dilakukan Andri Rizki Putra. Lawyer muda berwajah bak idola KPop ini nampak sukses mematahkan dua stereotip sekaligus. Pertama, bahwa generasi milenial berwatak narsistik sehingga cenderung apatis. Kedua, bahwa berprofesi lawyer tak menyisakan ruang sama sekali untuk menjadi aktivis sosial.

 

Faktanya, Rizki adalah corporate lawyer dari kalangan milenial sekaligus pegiat gerakan sosial skala nasional. Gerakan sosial bidang pendidikan yang digagasnya sejak tahun 2012 telah mendapatkan sederet pengakuan dan penghargaan nasional. Tanpa harus menunggu sampai merasa mapan, Rizki justru mendirikan Yayasan Pemimpin Anak Bangsa (YPAB) di awal kariernya.

 

“Waktu itu masih bekerja di Assegaf Hamzah & Partners dengan usia relatif muda, baru usia 20 tahun,” kata Rizki mengawali ceritanya kepada hukumonline. Perbincangan siang itu berlangsung usai Rizki menjadi narasumber acara penyambutan mahasiswa baru Universitas Indonesia.

 

YPAB adalah gerakan pendidikan yang berbasis relawan dan bebas biaya bagi kalangan marginal. Warga putus sekolah karena alasan ekonomi dan tidak bisa lagi kembali ke sekolah formal dapat belajar gratis untuk mendapatkan ijazah pendidikan kesetaraan. Mereka akan diajar oleh para relawan tutor dari kalangan profesional.

 

Tercatat ratusan relawan dari berbagai latar profesi melibatkan diri dalam gerakan sosial yang digagasnya tujuh tahun lalu itu. Mulai dari para eksekutif perusahaan, dokter, insinyur, akuntan, programmer, lawyer, jurnalis hingga para profesional lainnya bergabung sebagai relawan tutor.

 

(Baca juga: Jadi Lawyer Itu Berat? Simak Dulu Curhat Mereka)

 

Berawal dari lahan garasi rumah warga, kini ada tiga rumah belajar YPAB tersebar di Tanah Abang (DKI Jakarta), Bintaro (Banten), dan Medan (Sumatera Utara). Lulusan dari YPAB diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidupnya melalui modal pendidikan. Beberapa alumninya ada yang telah berhasil diterima di perguruan tinggi negeri dan swasta.

Halaman Selanjutnya:
Tags:

Berita Terkait