Usia Muda Bukan Halangan Vulkania Pimpin Transaksi Fintech Skala Besar
Hukumonline's NeXGen Lawyers 2020

Usia Muda Bukan Halangan Vulkania Pimpin Transaksi Fintech Skala Besar

Selain membangun pengetahuan hukum dan kemampuan risetnya, pengalamannya semasa kuliah juga membiasakan dirinya dengan ekspektasi yang tinggi dan jam kerja yang panjang yang dihadapi di kantor hukum.

Oleh:
CT-CAT
Bacaan 2 Menit
Vulkania Neysa Almandine, Associate di UMBRA Strategic Legal Solutions. Foto: istimewa.
Vulkania Neysa Almandine, Associate di UMBRA Strategic Legal Solutions. Foto: istimewa.

Awalnya, praktik hukum adalah hal yang asing bagi Vulkania Neysa Almandine, Associate di UMBRA Strategic Legal Solutions. Pasalnya, ia tumbuh di suatu kota kecil manakala keluarganya tidak ada yang berprofesi sebagai pengacara. Meski demikian, dirinya jatuh hati dengan bidang hukum dan memutuskan untuk berkiprah di dalamnya. Bagi Vulkania, hukum memiliki peran yang unik dalam hampir semua disiplin ilmu.

 

“Hukum memberikan struktur untuk mengatasi berbagai masalah, untuk menyampaikan argumentasi dengan cara yang runtun, terorganisasi, efisien, dan untuk mencari titik ekuilibrium dalam konflik untuk mencapai penyelesaian,” katanya.

 

Vulkania lulus pada 2015 dari Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan IPK 4.0. Ini adalah suatu pencapaian akademik yang terbilang langka. Namun, lebih luar biasa lagi, Vulkania berhasil mempertahankan performa akademik ini sambil menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan ekstrakurikuler serta bekerja paruh waktu. Bahkan, dosen dan teman sering kali bercanda bahwa kampus adalah rumah keduanya.

 

Pada pagi dan siang, Vulkania menggunakan waktunya untuk berkuliah. Sementara sore harinya, ia bekerja paruh waktu sebagai asisten riset beberapa dosen universitasnya serta mengurus event organisasi, seperti komunitas Peradilan Semu Internasional UGM, The Community for International Moot Competition. Malam hari akan ia gunakan untuk berlatihdan menyiapkan materi untuk perlombaan-perlombaan atau menyiapkan materi riset untuk publikasi pribadi.

 

Tidak heran, dirinya kerap mewakili UGM dalam berbagai perlombaan moot court di ajang nasional dan internasional, di antaranya dalam kompetisi Foreign Direct Investment International Arbitration Moot yang diadakan di Boston, Amerika Serikat. Dalam kompetisi tersebut, Vulkania dan tim berhasil meraih peringkat Third Highest Ranked Team; peringkat yang lebih tinggi dibandingkan berbagai universitas unggul dunia. Tak hanya dalam perlombaan moot court, Vulkania juga sempat menyabet penghargaan seperti Best Delegate United Nations Security Council dalam Mannheim Model United Nations yang dilangsungkan di Jerman.

 

Vulkania berpendapat, selain membangun pengetahuan hukum dan kemampuan risetnya, pengalamannya semasa kuliah juga membiasakan dirinya dengan ekspektasiyang tinggi dan jam kerja yang panjang yang dihadapi di kantor hukum. Hal inilah yang kemudian memperkuat tekadnya untuk menjadi praktisi hukum.

 

“Memang capek men-juggle semua itu, tapi saya senang. Pembelajaran di dalam kelas dan luar kelas, semuanya bagi saya menarik. Selain itu, saya rasa waktu sebenarnya sumber dayayang paling tidak renewable yang kita miliki. Jadi saya benar-benar ingin melatih diri untuk menggunakannya sebaik mungkin,” ujar Vulkania.

Tags:

Berita Terkait