Mencari Solusi Kebijakan yang Tepat Menuju “Kota Pintar” Jakarta
Berita

Mencari Solusi Kebijakan yang Tepat Menuju “Kota Pintar” Jakarta

Penerapan teknologi tidak cukup menjadikan Jakarta sebagai kota pintar. Diperlukan gagasan konkret dalam menyelesaikan berbagai permasalahan.

Oleh:
Mochammad Januar Rizki
Bacaan 4 Menit
Proyek Smart Change mengadakan konferensi virtual yang terbuka untuk umum bertajuk Smart Change Conference 2020 – Urban Data, Rabu (16/12).
Proyek Smart Change mengadakan konferensi virtual yang terbuka untuk umum bertajuk Smart Change Conference 2020 – Urban Data, Rabu (16/12).

Kota Jakarta sebagai ibu kota sekaligus pusat bisnis Indonesia memiliki permasalahan lebih kompleks dibandingkan daerah lain. Penggunaan teknologi tinggi dianggap menjadi salah satu jalan keluar untuk menyelesaikan berbagai persoalan tersebut. Pengusungan Jakarta sebagai kota pintar atau smart city menjadi jargon yang terus dimunculkan dalam beberapa tahun terakhir.

Meski demikian, penerapan teknologi tersebut tidak cukup menjadikan Jakarta sebagai kota pintar. Diperlukan gagasan konkret dalam menyelesaikan berbagai permasalahan tersebut. Dengan kata lain, teknologi hanya bertindak sebagai alat pendukungnya. Untuk dapat terus mengembangkan solusi inovatif untuk perancangan kota yang berkelanjutan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dan Pemerintah Negara Bagian Berlin berkolaborasi dalam proyek “Smart Change – Pengembangan Tata Kelola Perkotaan, Kesejahteraan, dan Inovasi di Jakarta”.

Program Smart Change tersebut baru saja mengadakan konferensi virtual yang terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya. Dengan daftar pembicara yang cukup panjang- tidak hanya ahli dari Jakarta dan Berlin, tetapi juga dari Bangkok, Singapura, serta kota-kota Eropa lainnya. (Baca Juga: Perpres Tata Ruang, Pemantapan Jakarta Sebagai Pusat Ekonomi)

Konferensi ini mengusung topik pembicaraan 'Urban Data' dengan menampilkan para pembicara yang membahas praktik-praktik dalam mengembangkan pengelolaan data terkoneksi, sebagai bagian integral dari tata pemerintahan yang baik (good governance). Bersamaan dengan ini, konferensi juga mengadakan enam diskusi individu yang masing-masing didedikasikan untuk salah satu dari enam indikator Jakarta Smart City, yaitu: Smart People, Smart Government, Smart Environment, Smart Living, Smart Economy, dan Smart Mobility.

“Secara keseluruhan, konferensi online ini juga akan meningkatkan apa yang ingin ditingkatkan oleh Jakarta Smart City, yakni kolaborasi cerdas dengan warga. Tidak hanya warga negara individu, tetapi juga organisasi yang menangani kesejahteraan dan layanan di Jakarta: organisasi non-pemerintah (NGO), universitas, serta perusahaan startup yang ingin membangun model bisnis untuk kemajuan Jakarta," lanjut Helen,

"Inilah mengapa kami mengumpulkan cukup banyak isu berbeda yang selaras dengan konsep City 4.0 dari Jakarta Smart City yang melihat warga sebagai kolaborator dan indikator kota cerdas. Untuk setiap indikator, kami ingin mengajukan satu tantangan. Setelah konferensi online ini, kami berharap dapat meluncurkan dialog permanen, bila para pemangku kepentingan masih tertarik untuk mengatasi masalah tersebut dalam dua tahun mendatang,” tambah Helen.

Meskipun konsep kota pintar itu sendiri sering merupakan istilah yang didasarkan secara longgar, ada baiknya untuk fokus pada ide atau topik yang konkret. Helen lebih lanjut menegaskan, fokusnya tidak hanya pada penerapan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam layanan publik yang ada, tetapi juga dalam memfasilitasi musyawarah pendekatan baru serta layanan baru. Diskusi tersebut akan memunculkan challenge-owner dari Jakarta yang bakal menjelaskan masalah yang mereka miliki. Sementara pihak lain yang hadir mungkin akan mengajukan solusi baru dan mendiskusikan apakah cara-cara tersebut realistis untuk menyelesaikan masalah itu atau tidak.

Tags:

Berita Terkait