Prediksi Profesi Lawyer 10 Tahun ke Depan di Mata Idwan Ganie
Utama

Prediksi Profesi Lawyer 10 Tahun ke Depan di Mata Idwan Ganie

Lawyer yang bisa bertahan di masa depan adalah lawyer yang mampu bertahan di tengah ketatnya persaingan antara manusia dengan teknologi.

Oleh:
Hamalatul Qurani
Bacaan 3 Menit
Mohamed Idwan Ganie dalam acara Festival of Alumni Leadership Camp dengan tema ‘From Obstacles to Opportunities From Challenge to Success’ yang diadakan ILUNI FHUI, Sabtu (3/4). Foto: HMQ
Mohamed Idwan Ganie dalam acara Festival of Alumni Leadership Camp dengan tema ‘From Obstacles to Opportunities From Challenge to Success’ yang diadakan ILUNI FHUI, Sabtu (3/4). Foto: HMQ

Kemajuan teknologi di era revolusi industri 4.0, praktis mengubah cara interaksi manusia dengan hukum. Begitu banyak temuan yang berlomba-lomba dihasilkan mengingat cara-cara kerja manual cepat atau lambat diyakini akan segera ditinggalkan.

Terlebih masa-masa pandemi yang semakin mempercepat proses transformasi kebutuhan mutlak akan teknologi semakin terpampang nyata. Hal itu diakui seorang lawyer senior yang namanya telah malang-melintang di dunia lawyering selama bertahun-tahun, Mohamed Idwan Ganie.

Di matanya, lawyer yang bisa bertahan di masa depan adalah lawyer yang mampu bertahan di tengah ketatnya persaingan antara manusia dengan teknologi. Saat ditanya Andi Gunawan soal bagaimana proyeksi beliau soal profesi lawyer dalam 10 tahun ke depan.

Paling tidak di bidang korporasi AI akan menggantikan lawyer. Seperti untuk hal-hal yang simple mereka tidak bertanya ke lawyer lagi. Dulu lawyer berguna hanya untuk mengatakan apa isi hukum, tapi sekarang saat klien datang mereka sudah well-informed,” kata Idwan Ganie dalam acara Festival of Alumni Leadership Camp dengan tema “From Obstacles to Opportunities From Challenge to Success” yang diadakan Ikatan Alumni Fakultas Hukum Universitas Indonesia (ILUNI FHUI), Sabtu, (3/4).

Menurutnya, profesi corporate lawyer jauh lebih besar kemungkinan diambil alih AI ketimbang lawyer litigasi. Tak ada hal baru sebetulnya di corporate, semuanya dinilai Idwan Ghani sudah sangat standardize. Karena sudah tidak ada hal yang baru maka harganya akan drop karena banyak hal bisa tergantikan AI, salah satu contohnya sebut saja dalam review kontrak. Idwan sempat menceritakan bahwa dalam pertarungan AI dengan lawyer terbaik AS dalam mereview kontrak, bahkan dimenangkan oleh AI.

Berbeda dengan corporate, lawyer litigasi malah dipandang Idwan Ganie lebih sulit digantikan mengingat dalam litigasi yang diperlukan dan sangat diandalkan adalah bagaimana meng-handle suatu masalah yang sudah terjadi, berperkara di pengadilan, bahkan berhadapan dengan media. Skill dan kreativitas itulah yang akan sulit digantikan AI. (Baca: Pengorbanan Tuti Hadiputranto Jadi Top Lawyer: Dikritik Anak Hingga Dicibir Rekan Advokat)

“Banyak orang beranggapan Lawyer litigasi itu lawyer kelas 2, sedangkan lawyer corporate lawyer kelas 1. Saya kira tak begitu. Banyak corporate lawyer tak mengerti mesin, tak tau kalau masalah jadi sengketa hasilnya apa. Tapi kalau litigator, dia mengerjakan soal korporasipun dia tau,” jelas Idwan yang juga merupakan Founding Partner dari firma hukum Lubis Ganie Surowidjojo (LGS).

Halaman Selanjutnya:
Tags:

Berita Terkait