Peringati Maulid, Gus Jazil: Nabi Teladan Mengelola Keragaman
Pojok MPR-RI

Peringati Maulid, Gus Jazil: Nabi Teladan Mengelola Keragaman

Nabi Muhammad SAW tidak hanya hidup berdampingan dengan umat lain, namun juga membuat perjanjian dengan mereka.

Oleh:
Tim Publikasi Hukumonline
Bacaan 2 Menit
Wakil Ketua MPR Dr. H. Jazilul Fawaid SQ., MA. Foto: Istimewa.
Wakil Ketua MPR Dr. H. Jazilul Fawaid SQ., MA. Foto: Istimewa.

JAKARTA - Wakil Ketua MPR Dr. H. Jazilul Fawaid SQ., MA,  mengajak umat Islam untuk menjadikan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW sebagai jalan untuk semakin meneladani apa-apa yang dicontohkan oleh Nabi. Maulid Nabi merupakan perayaan atas kelahiran Nabi Muhammad SAW. Peringatan ini biasa dilakukan setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriyah. Dalam kalender Masehi, Maulid Nabi tahun ini jatuh pada 19 Oktober 2021 namun oleh Pemerintah hari liburnya digeser menjadi tanggal 20 Oktober.

Menurut politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), ummat Islam penting untuk meningkatkan meneladani perilaku Nabi Muhammad SAW sebab Rasul terakhir itu merupakan panutan hidup. “Sudah selayaknya apa yang kita lakukan sesuai dengan apa yang dituntunkan oleh Nabi,” ujar pria yang akrab dipanggil Gus Jazil itu, Jakarta, 18 Oktober 2021.

Dikatakan pria kelahiran Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, itu Nabi tidak hanya memberi teladan kepada ummatnya bagaimana cara beribadah dan urusan akhirat saja, namun dalam urusan keduniawian banyak sekali Nabi memberi contoh dan memberi solusinya bila ada masalah atau persoalan. “Dalam urusan dagang, Nabi banyak memberi resep bagaimana dagangan kita laris tanpa berbuat curang atau merugikan orang lain. Intinya adalah menekankan kejujuran,” ujar Gus Jazil.

Diungkapkan, Nabi membawa umatnya kepada kehidupan yang terbuka dan berdampingan dengan umat-umat lain. Pada masa kehidupan Nabi, di sana juga ada kehidupan kaum Nasrani, Yahudi, dan penganut-penganut kepercayaan yang lain.

Untuk hidup berdampingan dengan ummat yang lain, dikatakan oleh alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) itu, Nabi juga punya resep bagaimana caranya.  “Nabi tidak hanya hidup berdampingan dengan umat yang lain namun juga membuat perjanjian dengan mereka,” ungkapnya.

Diceritakan oleh Gus Jazil, pada masa itu di Madinah hidup berbagai macam umat beragama dan kepercayaan . Di kalangan umat Islam sendiri juga ada dua kelompok yakni kamu Muhajirin dan Anshar. Perbedaan yang ada oleh Nabi ingin dipersaudarakan, disatukan, dengan ikatan hukum yang disepakati bersama. “Sebelum mempersaudarakan umat Islam dengan umat yang lain, Nabi lebih dahulu mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar. Jadi Nabi lebih dahulu menyelesaikan masalah internal umat Islam,” katanya.

Setelah sesama umat Islam saling bersaudara, selanjutnya Nabi membuat perjanjian dengan umat beragama lain. "Perjanjian itulah yang disebut dengan Piagam Madinah. Piagam itu menjadi aturan bersama seluruh umat yang tinggal di Madinah. Isi Piagam Madinah berisi mengenai persamaan hak, kewajiban, dan saling tolong menolong dalam kebaikan,” ujar Gus Jazil.

Sejarah kehidupan di Madinah hingga lahirnya Piagam Madinah menurut Gus Jazil merupakan pengalaman hidup yang tepat dilakukan di tengah masyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sama seperti di Madinah pada masa itu, di Indonesia pun kehidupan juga beragam. "Nah, kita hidup di tengah keragaman. Keragaman yang ada bisa dikelola dengan cara musyawarah seperti yang pernah dilakukan Nabi di Madinah,” ujar Koordinator Nasional Nusantara Mengaji itu.

Tags: