Ahmad Basarah Ingatkan Peran Guru Sebagai Benteng Ideologi Pancasila
Pojok MPR-RI

Ahmad Basarah Ingatkan Peran Guru Sebagai Benteng Ideologi Pancasila

Dalam menghadapi banjir informasi yang bersifat transnasional, para guru diharapkan dapat memperkuat aspek kognitif siswa dengan ideologi Pancasila.

Oleh:
Tim Publikasi Hukumonline
Bacaan 3 Menit
Wakil Ketua MPR sekaligus Anggota Komisi X DPR RI Ahmad Basarah. Foto: Istimewa.
Wakil Ketua MPR sekaligus Anggota Komisi X DPR RI Ahmad Basarah. Foto: Istimewa.

JAKARTA  - Wakil Ketua MPR sekaligus Anggota Komisi X DPR RI Ahmad Basarah menyebutkan peran guru di era revolusi industri 4.0 menjadi lebih berat. Guru tidak saja sekadar mengajarkan teori, tapi juga bisa menjadi bagian dari benteng ideologi yang menjaga penerus bangsa dari ancaman ideologi transnasionalisme.

“Teknologi membuat guru dan buku bukan satu-satunya sumber ilmu dan informasi. Tekologi membuat para siswa sekarang bisa mengakses informasi secara bebas tanpa batas. Ini bagus dari sisi pengembangan siswa dalam belajar, tapi bukan tanpa ancaman. Ada penumpang gelap dalam banjir informasi berupa ideologi transnasional,” kata Ahmad Basarah, di Jakarta, memperingati Hari Guru Nasional 2021 yang jatuh Kamis (25/11/2021).

Dalam menghadapi banjir informasi yang bersifat transnasional itu, Ketua Fraksi PDI Perjuangan itu berharap para guru dapat memperkuat aspek kognitif siswa dengan ideologi Pancasila. Menurut Ahmad Basarah, setidaknya ada dua ideologi transnasional yang secara masif menjadi penumpang gelap kemajuan teknologi informasi yang terus bekerja menghancurkan generasi muda Indonesia, masing-masing liberalisme dan fundamentalisme pasar serta fundamentalisme agama.

‘’Paham individualisme dan liberalisme menegasikan kepentingan komunal dan mengedepankan kepentingan individu. Dari sinilah antara lain lahir pembelaan atas paham yang melegalkan pernikahan sejenis di beberapa negara barat yang berpangkal dari paham individualisme liberalisme tersebut. Aktivitas ini banyak  yang membela atas nama Hak Asasi Manusia (HAM) dunia,’’ jelas Ahmad Basarah.  

Di sisi lain, lanjut Ahmad Basarah yang juga berprofesi sebagai ‘’guru’’ di Universitas Islam Malang itu, fudamentalisme dan radikalisme berbasis agama juga muncul. Dia menunjuk berbagai temuan lembaga survei nasional tentang adanya sikap intoleran dan penolakan terhadap Pancasila oleh sementara kalangan di tengah masyarakat Indonesia.

Jika fakta ini dibiarkan, Ahmad Basarah pesimis para guru akan menjadi benteng ketahanan ideologi nasional. Karena itu dia berharap, dalam peringatan Hari Guru Nasional yang memajang tagline 'Bergerak dengan Hati, Pulihkan Pendidikan' ini, semua guru hendaknya mengingat kembali pesan Bung Karno dalam tulisannya ‘’Menjadi Guru di Masa Kebangunan’’.

“Jika guru-guru perguruan kita itu hanya guru-guru yang "tahu mengajar menulis dan menghitung" saja, maka alangkah besarnya bencana yang dapat menjangkit, berupa penyakit-penyakit masyarakat international kepada tubuh masyarakat. Kalau guru-guru kita tidak orang-orang yang geestelijk weerbaar (tangguh secara mental) terhadap kepada berjangkitnya penyakit-penyakit itu, maka bolehlah bangsa Indonesia dari sekarang sedia-sedia akan menerima hari kemudian yang kelam hitam sama sekali,” kata Ahmad Basarah, mengutip tulisan Bung Karno itu.

Untuk itu Ahmad Basarah, yang menulis buku ‘’Bung Karno, Islam dan Pancasila’’, berharap para guru mendalami Pancasila karena ideologi ini terbukti telah mempersatukan keragaman Indonesia. Bangsa Indonesia yang berpenduduk hampir 270 juta jiwa ini memang ditakdirkan hidup dalam keragaman. Terdapat sekitar 1.340 suku, 718 bahasa, 17.504 pulau, serta enam agama dan aliran kepercayaan.

Ahmad Basarah melanjutkan, ketika program merdeka belajar menekankan kebebasan untuk berinovasi, kebebasan untuk belajar dengan mandiri dan kreatif, seharusnya program ini diikuti dengan penguatan dari sisi mental ideologis. Salah satunya dengan memasukkan  Pancasila sebagai mata pelajaran wajib di sekolah.

“Sebagai dasar dan ideologi negara, Pancasila harus diajarkan kepada generasi penerus bangsa. Bisa dibayangkan betapa mengerikannya kalau kebebasan dalam berinovasi, kebebasan untuk belajar dengan mandiri dan kreatif tidak berpedoman pada nilai-nilai ideologi Pancasila. Di situ diajarkan tentang ketuhanan, keadilan sosial, persatun bangsa dan seterusnya,” kata Basarah.

Tags: