KlinikBeritaData PribadiJurnal
Personalisasi
Halo,
Anda,

Segera Upgrade paket berlangganan Anda.
Dapatkan fitur lebih lengkap
Profil
Ada pertanyaan? Hubungi Kami
Bahasa
id-flag
en-flag

Usaha Penukaran Valuta Asing

Share
copy-paste Share Icon
Bisnis

Usaha Penukaran Valuta Asing

Usaha Penukaran Valuta Asing
Tri Jata Ayu Pramesti, S.H.Si Pokrol
Si Pokrol
Bacaan 10 Menit
Usaha Penukaran Valuta Asing

PERTANYAAN

Apabila ada perusahaan valuta asing yang tidak memiliki izin usaha dari BI, apa sanksinya dan diatur di dalam perundang-undangan yang mana? Terima kasih.

DAFTAR ISI

    INTISARI JAWABAN

    ULASAN LENGKAP

    Artikel di bawah ini adalah pemutakhiran dari artikel dengan judul Tentang Valuta Asing” yang dibuat oleh Shanti Rachmadsyah, S.H. dan pertama kali dipublikasikan pada Rabu, 22 September 2010.

     

    Intisari:

    KLINIK TERKAIT

     

     

    Kami asumsikan perusahaan valuta asing yang Anda maksud adalah badan usaha bukan bank berbadan hukum Perseroan Terbatas yang melakukan Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing (“KUPVA”). Badan usaha ini merupakan Penyelenggara KUPVA Bukan Bank atau dapat disebut Money Changer.

     

    Badan usaha bukan bank yang akan melakukan kegiatan usaha sebagai Penyelenggara KUPVA Bukan Bank wajib terlebih dahulu memperoleh izin dari Bank Indonesia.

     

    Bagi Penyelenggara KUPVA Bukan Bank yang menjalankan kegiatan usaha tanpa mendapatkan persetujuan/izin dari Bank Indonesia terlebih dahulu, dapat dikenakan sanksi sebagai berikut:

    1.    Teguran tertulis;

    2.    Kewajiban membayar;

    3.    Penghentian kegiatan usaha; dan atau

    4.    Pencabutan izin.

     

    Dasar hukumnya adalah Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/20/PBI/2016 Tahun 2016 tentang Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 18/42/DKSP Tahun 2016 tentang Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank.

     

    Penjelasan lebih lanjut dapat Anda simak dalam ulasan di bawah ini.

     

     

    Belajar Hukum Secara Online dari Pengajar Berkompeten Dengan Biaya TerjangkauMulai DariRp. 149.000

     

    Ulasan:

     

    Terima kasih atas pertanyaan Anda.

     

    Berdasarkan keterangan Anda, kami asumsikan perusahaan valuta asing yang Anda maksud adalah badan usaha bukan bank berbadan hukum Perseroan Terbatas yang melakukan Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing (“KUPVA”) sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/20/PBI/2016 Tahun 2016 tentang Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (“PBI 18/2016”).

     

    Penyelenggara KUPVA

    Badan usaha sebagaimana Anda sebutkan merupakan Penyelenggara KUPVA Bukan Bank atau dapat disebut Money Changer. Penyelenggara KUPVA Bukan Bank atau dapat disebut Money Changer adalah badan usaha bukan bank berbadan hukum Perseroan Terbatas yang melakukan KUPVA. [1] Namun dalam konteks pertanyaan Anda, Money Changer tersebut tidak memliliki izin usaha penyelenggaraan KUPVA dari Bank Indonesia.

     

    Kegiatan Usaha Penyelenggara KUPVA Bukan Bank

    Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 18/42/DKSP Tahun 2016 tentang Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (“SEBI 18/2016”), Penyelenggara KUPVA Bukan Bank ini adalah badan usaha berbadan hukum Perseroan Terbatas bukan bank yang melakukan kegiatan usaha meliputi:[2]

    1.    kegiatan penukaran yang dilakukan dengan mekanisme jual dan beli Uang Kertas Asing (“UKA”);

    2.    pembelian Cek Pelawat; dan

    3.    kegiatan usaha lain yang memiliki keterkaitan dengan penyelenggaraan KUPVA sepanjang telah diatur dalam ketentuan Bank Indonesia.

     

    Larangan Bagi Penyelenggara KUPVA Bukan Bank

    Penyelenggara KUPVA Bukan Bank dilarang:[3]

    1.    bertindak sebagai agen penjual Cek Pelawat;

    2.    melakukan kegiatan margin trading, spot, forward, swap, dan transaksi derivatif lainnya baik untuk kepentingan Nasabah maupun kepentingan Penyelenggara KUPVA Bukan Bank;

    3.    melakukan transaksi jual dan beli UKA serta pembelian Cek Pelawat dengan Penyelenggara KUPVA Bukan Bank yang tidak memiliki izin dari Bank Indonesia;

    4.    melakukan kegiatan penyelenggaraan transfer dana; dan

    5.    melakukan kegiatan usaha lainnya (berupa kegiatan transaksi jual dan beli emas).[4]

     

    Selain larangan–larangan di atas, Penyelenggara KUPVA Bukan Bank dilarang:[5]

    a.    menjadi pemilik penyelenggara KUPVA tidak berizin;

    b.    melakukan kerja sama dengan penyelenggara KUPVA tidak berizin; dan

    c.    melakukan kegiatan usaha melalui penyelenggara KUPVA tidak berizin.

     

    Larangan ini berlaku untuk Direksi, Dewan Komisaris, dan/atau Pemegang Saham Penyelenggara KUPVA Bukan Bank.[6]

     

    Izin Penyelenggaraan KUPVA

    Badan usaha bukan bank yang akan melakukan kegiatan usaha sebagai Penyelenggara KUPVA Bukan Bank wajib terlebih dahulu memperoleh izin dari Bank Indonesia.[7]

     

    Jadi, untuk dapat menjalankan usaha sebagai Penyelenggara KUPVA Bukan Bank, harus mendapatkan izin/persetujuan dari Bank Indonesia terlebih dahulu. Bagi Penyelenggara KUPVA Bukan Bank yang menjalankan kegiatan usaha tanpa mendapatkan persetujuan/izin dari Bank Indonesia terlebih dahulu, dapat dikenakan sanksi sebagai berikut:[8]

    1.    Teguran tertulis;

    2.    Kewajiban membayar;

    3.    Penghentian kegiatan usaha;

    Sanksi penghentian kegiatan usaha diberlakukan terhadap:[9]

    a.    Kegiatan jual dan beli UKA;

    b.    Kegiatan pembelian Cek Pelawat; dan/atau

    c.    Kegiatan usaha lainnya yang memiliki keterkaitan dengan penyelenggaraan kegiatan usaha penukaran valuta asing;

    4.    Pencabutan izin.

     

    Dalam menerapkan sanksi administratif, Bank Indonesia mempertimbangkan:[10]

    1.    Tingkat pelanggaran;

    2.    Akibat yang ditimbulkan terhadap:

    a.    Aspek perlindungan konsumen; dan/atau

    b.    Aspek anti pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme; dan/atau

    3.    Faktor lainnya.

     

    Selain untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah, pengaturan mengenai perizinan Penyelenggara KUPVA Bukan Bank oleh Bank Indonesia juga bertujuan untuk melindungi masyarakat pada umumnya. Masyarakat dapat dirugikan oleh Penyelenggara KUPVA Bukan Bank yang tidak mengantongi izin dari Bank Indonesia karena Penyelenggara KUPVA Bukan Bank tidak berizin dapat menjadi sarana peredaran valuta asing palsu. Selain itu, Penyelenggara KUPVA Bukan Bank tidak berizin juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana kejahatan lain seperti misalnya pendanaan terorisme.

     

    Demikian jawaban dari kami, semoga bermanfaat.

     

    Dasar hukum:

    1.    Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/20/PBI/2016 Tahun 2016 tentang Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank;

    2.    Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 18/42/DKSP Tahun 2016 tentang Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank.

     



    [1] Pasal 1 angka 5 PBI 18/2016

    [2] Romawi I Huruf A SEBI 18/2016

    [3] Pasal 6 PBI 18/2016

    [4] Penjelasan Pasal 6 huruf e PBI 18/2016

    [5] Pasal 7 ayat (1) PBI 18/2016

    [6] Pasal 7 ayat (2) PBI 18/2016

    [7] Pasal 11 ayat (1) PBI 18/2016 dan Romawi III Huruf A SEBI 18/2016

    [8] Pasal 39 ayat (1) PBI 18/2016 dan Romawi XIII Huruf A SEBI 18/2016

    [9] Romawi XIII Huruf E Angka 1 SEBI 18/2016

    [10] Romawi XIII Huruf B SEBI 18/2016

    Tags

    jasa keuangan
    hukumonline

    Punya Masalah Hukum yang sedang dihadapi?

    atauMulai dari Rp 30.000
    Baca DisclaimerPowered byempty result

    KLINIK TERBARU

    Lihat Selengkapnya

    TIPS HUKUM

    Perancang Peraturan (Legislative Drafter) Harus Punya Skill Ini

    23 Jun 2022
    logo channelbox

    Dapatkan info berbagai lowongan kerja hukum terbaru di Indonesia!

    Kunjungi

    Butuh lebih banyak artikel?

    Pantau Kewajiban Hukum
    Perusahaan Anda Di Sini!