Robot Pengacara: Semakin Dekat Menuju Masa Depan Hukum Tanpa Lawyer?

Robot Pengacara: Semakin Dekat Menuju Masa Depan Hukum Tanpa Lawyer?

Pada suatu masa, profesi lawyer hanya akan diisi oleh lawyer-lawyer yang berkualifikasi di posisi Top of the Pyramid.
Robot Pengacara: Semakin Dekat Menuju Masa Depan Hukum Tanpa Lawyer?
Ilustrasi robot. Foto: pexels.com

Kucurkan 155 triliun untuk OpenAI, Microsoft tampak tak main-main dengan ambisi barunya terhadap Artificial Intelligence (AI). Microsoft bahkan gusur 10.000 pegawainya untuk memfokuskan diri pada investasi besarannya di area strategis AI. Kini terasa semakin nyata, bahwa masa depan akan dibayang-bayangi dengan kompetisi sengit manusia dan robot. Robot dengan memori canggih kini sudah bisa dengan cepat merangkai kata bahkan berargumentasi di persidangan, bukan tidak mungkin akan bisa juga menciptakan analisis terbaik dengan ide brilian.

Salah satu teknologi yang dapat dipergunakan adalah melalui chatbot. Teknologi canggih ini dapat membantu manusia dalam menjawab persoalan yang ditanyakan. ChatGPT merupakan teknologi chatbot canggih yang diterbitkan OpenAI pada 30 November 2022 lalu. Teknologi ini memungkinkan penggunanya dapat mendefinisikan ulang, membuat dan berinteraksi dengan informasi digital.

Penulis mencoba memerintahkan ChatGPT untuk membantu merangkai artikel dengan tema Profesi Hukum dan Masa Depan ChatGPT. Sebagai kalimat pembuka untuk penulisan artikel, hasil penulisan ChatGPT dirasa Penulis cukup baik. Ajaibnya, kalimat ini diciptakan robot yang bahkan tak sekolah hukum hanya dalam hitungan detik, berikut penggalan pertanyaan yang Penulis ajukan beserta jawaban dari ChatGPT.

Hukumonline.com

Dengan dahi sedikit mengkerut, Penulis kembali menantang ChatGPT untuk membuatkan puisi tentang rasa cinta terhadap hukum. Sejauh ingatan Penulis, para pujangga kerap mengatakan bahwa menulis puisi itu melibatkan rasa, emosi yang kuat dan seni mengolah kata. Dengan mata sedikit terbelalak, cukup mengagetkan ketika ternyata puisi yang dihasilkan ChatGPT cukup mampu mengolah rasa dan emosi manusia. Kendati hasilnya condong pada kondisi ideal hukum yang rasanya tak nyata, setidaknya ChatGPT di masa ini mampu menghasilkan ide penulisan yang melibatkan seni emosi.

Masuk ke akun Anda atau berlangganan untuk mengakses Premium Stories
Premium Stories Professional

Segera masuk ke akun Anda atau berlangganan sekarang untuk Dapatkan Akses Tak Terbatas Premium Stories Hukumonline! Referensi Praktis Profesional Hukum

Premium Stories Professional