Dukung Budi Gunawan, IPW Tuai Kecaman
Calon Kapolri

Dukung Budi Gunawan, IPW Tuai Kecaman

Pernah tersangkut isu rekening gendut dan kepergok bertemu dengan Timses Jokowi di tengah suasana Pilpres.

Oleh:
Ali
Bacaan 2 Menit
Neta S Pane dari IPW (kedua dari kiri) dalam diskusi bertajuk
Neta S Pane dari IPW (kedua dari kiri) dalam diskusi bertajuk "Mencari Figur Kapolri Berjiwa Reformis" di Jakarta, Senin (5/1). Foto: RES
Diskusi yang digelar oleh Komite Aksi Mahasiswa dan Pemuda untuk Reformasi dan Demokrasi (KAMERAD) berlangsung panas. Pasalnya, dalam diskusi yang bertajuk “Mencari Figur Kapolri Berjiwa Reformis”, si penyelenggara diskusi dan beberapa narasumber seakan telah memiliki calon orang nomor satu di tubuh kepolisian itu.

Koordinator Presidium KAMERAD Haris Pertama menegaskan dukungannya terhadap Komjen Pol Budi Gunawan dalam siaran pers yang diberikan oleh peserta. Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane selaku pembicara juga terang-terangan mendukung mantan ajudan Presiden Megawati Soekarnoputri itu.

Neta menegaskan dukungannya terhadap Budi Gunawan. “IPW mendukung penuh,” dalam diskusi yang diselenggarakan di Jakarta, Selasa (6/1).

Lebih lanjut, Neta memaparkan tiga alasan mengapa IPW berani menunjuk satu nama Budi Gunawan untuk didukung sebagai calon Kapolri. Pertama, Budi Gunawan dinilai sebagai bukan tipe jenderal pengkhianat. “Lima tahun dia dipendam, tetapi tetap berkarya. Itu luar biasa,” ujarnya. 

Kedua, Budi Gunawan disebut sebagai sosok yang menggagas visi dan misi Kapolri sebelumnya. “Karena itu, pada 2015 ini sudah giliran bagi dirinya atas visi dan misi yang dia buat di era sebelumnya,” tambah Neta.

Ketiga, Budi Gunawan dikenal sebagai sosok yang mudah bergaul. “Dia bergaul ke bawah. Banyak polisi berpangkat Kompol dan AKBP jadi karibnya. Dia tipe yang mau menerima masukan,” jelasnya.

Neta mengakui Budi Gunawan sempat tersandung isu rekening gendut petinggi Polri. Namun, Budi telah dinyatakan memiliki transaksi wajar oleh Direktur Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Mabes Polri Kombes Pol Arief Sulistyanto pada 20 Oktober lalu. Neta bahkan melampirkan surat tersebut dalam makalah yang dibagikannya kepada peserta diskusi.

Namun, dukungan KAMERAD dan IPW ini menuai kecaman dari para hadirin yang hadir dalam diskusi. Alih-alih berdiskusi mencari sosok Kapolri yang reformis, penyelenggara dan sebagian pembicara malah seakan ‘mengkampanyekan’ sosok satu nama.

Raswan Manurung, salah seorang aktivis yang hadir dalam diskusi, itu menyampaikan kekecewaannya terhadap IPW. “Saya kecewa dengan Neta (IPW,-red) dan KAMERAD. LSM itu harusnya independen. Kita ini kan sedang diskusi tentang sosok Kapolri yang reformis,” semprotnya saat sesi tanya jawab.

Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa setiap orang mungkin memiliki calon-nya masing-masing untuk diusung, tetapi bukan kapasitasnya bila LSM yang harusnya independen menyebut satu nama. Apalagi, IPW selama ini dikenal sebagai LSM yang mengawasi Kepolisian.

“Saya juga memiliki calon, tetapi tidak perlu disebutkan karena yang kita cari dalam diskusi ini adalah sosoknya seperti apa,” ujarnya lagi.

Manurung mengatakan bahwa Budi Gunawan bukan tanpa cela. Selain isu rekening gendut, lanjutnya, Budi Gunawan pernah kepergok bertemu dengan salah seorang timses capres-cawapres Joko Widodo-Jusuf Kalla, Trimedya Pandjaitan di tengah musim kampanye. Ini membuat keraguan sebagian orang terhadap netralitas Polri dalam pilpres lalu.

Aktivis yang lain pun tak ketinggalan memanfaatkan sesi tanya jawab itu untuk menyemprot sikap IPW. Salah seorang aktivis bahkan menggunakan teori hegemoni milik Gramsci. “KAMERAD telah berhasil menghegemoni Neta S Pane untuk ikut mendukung Budi Gunawan,” sebutnya.

Neta terlihat tenang menghadapi kekecewaan para aktivis itu. “Terima kasih atas saran dan kritiknya,” ujarnya.

Ia menejelaskan IPW punya alasan tersendiri mengapa mendukung Budi Gunawan. “Saya sejak 1984 sudah mengamati kinerja kepolisian. Bila Anda tanya sosok si A, atau si B di kepolisian, insya Allah saya bisa jawab. Satu per satu track recordnya saya tahu persis,” jelasnya. 

Neta berpendapat saat ini giliran bagi angkatan kepolisian 1983 untuk maju sebagai Kapolri. Ia berpendapat di antara angkatan 1983 yang masih ada, sosok Budi Gunawan adalah yang terbaik. “Kami tak sembarangan mendukung,” ujarnya.

Meski begitu, Neta memastikan bahwa IPW akan tetap mengawasi Polri siapapun pemimpinnya. “Percayalah, kalau Budi Gunawan jadi Kapolri, ada hal-hal melenceng, kami akan tetap kritisi. Dia mudah diajak diskusi. Mungkin teman-teman ngga rela kami dukung satu orang, kita ada di jalur permainan berbeda, tetapi kami akan tetap kritis,” pungkasnya.
Tags:

Berita Terkait