"Kasir" Tommy Mengaku Uang Rp 12 Miliar untuk Mendemo Gus Dur
Berita

"Kasir" Tommy Mengaku Uang Rp 12 Miliar untuk Mendemo Gus Dur

Dion Hardi, salah satu orang kepercayaan dan "kasir" Tommy Soeharto, menyatakan bahwa ia mengeluarkan uang sebesar hampir Rp12 miliar untuk membiayai demonstrasi terhadap Presiden Abdurrahman Wahid ke Gedung DPR/MPR. Uang itu diambil dari PT Mampang Nugraha Prima yang hampir seluruh sahamnya dimiliki oleh Tommy. Tommy malah membantah dirinya pernah melarikan diri. Lho?

Oleh:
Nay/APr
Bacaan 2 Menit
Hukumonline

Dalam persidangan hari ini (5/6), Dion membantah bahwa demo itu dilakukan atas perintah Tommy. Menurutnya, pengeluaran uang Rp12 miliar itu merupakan inisiatifnya sendiri. Ketika ditanya apa alasan menggerakan Demo, Dion menjawab "Saya nggak senqng Mas Tommy disakiti, karena Mas Tommy sudah cukup baik pada beliau (Gus Dur, red)."

Ketika JPU mempertanyakan bagaimana mungkin Dion yang hanya mempunyai saham 5 % di perusahaan itu mempertanggungjawabkan pengeluaran uang perusahan tanpa sepengetahuan terdakwa, Dion hanya menjawab enteng, "Itu urusan saya pribadi nanti."

JPU juga mempertanyakan mengapa Dion membuat laporan pertanggungjawaban pengeluaran uang Rp12 miliar itu kepada Tommy, jika memang uang itu dikeluarkan atas inisiatifnya sendiri. Terhadap pertanyaan ini Dion enteng juga menjawab, "Itu sebagai laporan saja."

Biaya demo 

Dalam laporan keuangan kepada Tommy yang menjadi barang bukti, terlihat adanya pengeluaran-pengeluaran uang terhadap beberapa orang. Namun, tidak disebutkan untuk apa penggunaan uang tersebut.

Menurut Dion, uang untuk biaya demo itu diberikan pada Bambang NA dan Darwin. Walaupun mengaku kenal dekat dengan dua orang itu, Dion mengaku tidak tahu tempat tinggal mereka. Dion juga membantah keterangannya dalam BAP. Dalam BAP, ia mengaku bahwa dirinya hanya memberikan uang pada orang yang diperintah Tommy untuk menemuinya dan meminta uang.  

Selain itu, Dion juga mengaku bahwa ialah yang memperkenalkan Tommy dengan Gus Dur. Dion juga mengaku ikut dalam pertemuan di Hotel Borobudur pada 5 Agustus 2000 dan di Hotel Regent pada 6 Agustus 2000. Serta pertemuan pada 10 Agustus 2000 dengan Menperindag Luhut Panjaitan. Dalam pertemuan dengan Luhut, menurut Dion, Tommy bercerita bahwa pemerintah meminta pabrik Timor.

Pertemuan di Borobudur dihadiri oleh Gus Dur, Noer Muhammad Iskandar, Dodi Sumadi, dan Tommy Soeharto. Sedangkan pertemuan di Hotel Regent lebih "ramai" lagi karena dihadiri oleh Gus Dur, Sinta Nuriyah, Alisa Qotrunada, Dodi sumadi, Noer Muhammad Iskandar, dan Siti Hardiyanti Rukmana.

Halaman Selanjutnya:
Tags: