Ratusan nelayan Matras hingga Pesarean, Kecamatan Riau Silip dan Sungai Laut, Kabupaten Bangka, Kepulauan Bangka Belitung diberitakan menduduki Kapal Isap Produksi di perairan Bedukang, Senin 12 Juli lalu. Menurut keterangan dari Jaringan Advokasi Tambang (JATAM), aksi ratusan nelayan ini mewakili ribuan nelayan setempat yang wilayahnya rusak akibat aktivitas tambang PT. Timah. Nelayan di wilayah ini sejak 2015 telah menuntut pemerintah untuk membebaskan wilayah tangkap hingga ruang hidup nelayan dari operasi tambang.
Sebelumnya, sejumlah menteri pada pertengahan bulan Juni 2021 mengunjungi Indonesia Weda bay Industrial Park di Halmahera Tengah, Maluku Utara. Dalam kunjungan tersebut, diresmikan proyek High Pressure Acid Leaching (HPAL). Menurut JATAM, ini adalah proyek kotor dan padat polusi dengan teknologi hidrometalurgi yang akan disokong ribuan megawatt listrik batubara dalam pengolahan lanjutan nikel.
Diprediksi dari proyek ini akan membuang dan menumpuk limbah tailing ke laut dan perairan pulau Obi. Saat ini telah ada 14 perusahaan tambang nikel yang mengeruk daratan pulau kecil seluas 3.048 meter persegi tersebut. Sementara di saat yang sama, daratan pulau kecil tersebut merupakan masa depan kehidupan 3.343 keluarga nelayan perikanan tangkap.
Sementara itu, bertempat di sungai Palakan dan sungai Santan, Kalimantan Timur, Jatam Kaltim melakukan pengambilan sampel air pada tiga titik lokasi. Hasil pengujian sampel air dari tiga titik yang diambil tersebut menunjukkaan rata-rata tingkat keasaman air atau pH sangat asam. Setelah diuji mencapai 2,57 (titik pertama), 2,73 (titik kedua), dan 2,69 (titik ketiga).
