Mr. Budhyarto, Sarjana Hukum dari Markas Palang Merah
Berita

Mr. Budhyarto, Sarjana Hukum dari Markas Palang Merah

Tokoh pejuang yang kiprahnya tercatat di banyak lembaga. Bukan orang yang ambisius.

Oleh:
MYS
Bacaan 2 Menit
Mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie berpidato dalam peluncuran buku Mr RS Budhyarto Martoatmodjo. Foto: MYS
Mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie berpidato dalam peluncuran buku Mr RS Budhyarto Martoatmodjo. Foto: MYS
“Berpikir tentang jabatan itu merusak mental kita”. Begitulah kalimat yang disampaikan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Jimly Asshiddiqie, Rabu (27/7). Banyak orang setelah duduk di suatu jabatan tak melakukan apa-apa, tak bisa berperan. Tapi ada juga orang yang berperan banyak meskipun tak punya kedudukan apa-apa di pemerintahan.

Pernyataan itu disampaikan saat Jimly didaulat berpidato dalam peluncuran buku pejuang kemerdekaan dan pendidik tiga zaman, Mr. R. Sundoro Budhyarto Martoatmodjo di aula gedung Mahkamah Konstitusi. Mr. Budhyarto adalah tokoh pejuang yang tak minta kedudukan apa-apa, tetapi tercatat berperan di banyak tempat. Namanya diabadikan menjadi pada gedung transfusi darah di kantor Palang Merah Indonesia (PMI) Jakarta di jalan Kramat Raya Jakarta.

Budhyarto adalah seorang sarjana hukum, lulusan dari kota Leiden Belanda, yang puluhan tahun berkiprah di palang merah. Ia mengembuskan nafas terakhir pada usia 83 tahun ketika masih tercatat sebagai bendahara PMI Jakarta. Berkat kiprahnya itu pula, negara memberikan penghargaan. Ketua Umum PMI, Jusuf Kalla, juga memberikan kata pengantar untuk biografi Mr Budhyarto yang diluncurkan, Rabu (27/7) kemarin.

Menurut Jimly, tokoh nasional seperti Mr Budhyarto layak dijadikan teladan dalam berperan. Setelah memperoleh gelar meester in de rechten (Mr) dari Rijkuniversiteit Leiden ia kembali ke Indonesia. Ia punya kesempatan bekerja dengan pemerintahan Hindia Belanda. Tapi Mr. Budhyarto menolak. Ia lebih memilih tinggal di Bandung, bekerja sebagai advokat partikelir bersama Mr Iskaq Tjokrohadisoerjo. Mr Iskaq adalah rekan sekamar Budhyarto sewaktu kuliah dan aktif di Perhimpunan Indonesia (PI).

Di Perhimpunan Indonesia pula Budhyarto aktif berorganisasi, dan membentuk sikapnya yang pro perjuangan kemerdekaan. Sikap itu pula yang kemudian dituangkan Budhyarto di sebuah artikel di Koran Daja Oepaja yang terbit di Semarang. Gara-gara tulisan itu dianggap menghasut dan mengobarkan semangat menentang Belanda, Budhyarto dimasukkan ke penjara pada tahun 1936.

Dalam buku KNIP, Komite Nasional Indonesia Pusat karangan Deliar Noer dan Akbarsyah (2005), nama Budhyarto –tertulis Mr Budiarto- tertera pada urutan ke-212 dari 227 nama dalam daftar anggota KNIP yang akan bersidang di Malang tahun 1947. Tertulis di situ, Mr Budhyarto tidak berpartai, asal Yogyakarta. Dalam buku biografinya yang ditulis Ibnu Muft dan Muhtar Said disebut Mr Budhyarto adalah orang di balik janji anggota KNIP yang dibacakan saat pelantikan: “mencurahkan segala pikiran dqan tenaga, harta benda dan jiwa raga untuk (membela) Negara Kesatuan Republik Indonesia merdeka yang adil, kekal, makmur, dan berdasarkan kedaulatan rakyat”.

Nama Mr. Budhyarto juga tercatat dalam sejarah pendirian Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada, cikal bakal kampus UGM. Bahkan menurut Hiramsyah Sambudhy Thaib, cucu Mr. Budharto, nama kakeknya  tercatat berkiprah dalam pendirian organisasi olah raga tenis lapangan (Pelti), pendirian badan usaha Jakarta Lloyd, rumah sakit Husada, dan pernah menjadi anggota DPR/MPR. “Sangat aktif di berbagai bidang yang berbeda,” kata Hiramsyah, mengenang sang kakek.

Peneliti muda, Yance Arizona, mengungkapkan Mr. Budhyarto tercatat pernah menjadi advokat yang konsen membantu masyarakat secara probono. Bertahun-tahun Mr Budhyarto menjalankan profesi advokat meskipun sempat meninggalkan dunia advokasi itu. Selembar surat kepada Menteri Kehakiman dimuat dalam buku biografinya, yang menjadi salah satu bukti kembalinya Mr. Budhyarto ke dunia advokat.

Anak ketiga Mr. Budhyarto, Tri Budhy Hartaty Budhy Rahayu mengenang sang ayah sebagai orang yang jujur dan konsisten berprinsip. Seorang ayah dan pahlawan yang selama hidup ‘banyak tenaga dan pikirannya yang beliau sumbangkan untuk bangsa, tanpa pamrih, dan jauh dari sikap ambisius’.

Nama Mr. Budhyarto dikenang dalam aksi-aksi kemanusiaan, khususnya di Palang Merah Indonesia. Namanya juga tercatat dalam sejarah advokat Indonesia.
Tags:

Berita Terkait