Partai Hijau Sulit Berkembang di Indonesia
Berita

Partai Hijau Sulit Berkembang di Indonesia

Lantaran kesadaran politik lingkungan masyarakat Indonesia masih rendah.

Oleh:
FAT
Bacaan 2 Menit
Pengamat Kebijakan Publik Andrinof Chaniago (kiri) dan Direktur Komunikasi dan Advokasi WWF Indonesia Nyoman Iswarayoga (kanan) dalam acara peluncuran hasil survei persepsi masyarakat terhadap isu lingkungan dan partai politik dalam Pemilu 2014, Jakarta (10/02). Foto: RES
Pengamat Kebijakan Publik Andrinof Chaniago (kiri) dan Direktur Komunikasi dan Advokasi WWF Indonesia Nyoman Iswarayoga (kanan) dalam acara peluncuran hasil survei persepsi masyarakat terhadap isu lingkungan dan partai politik dalam Pemilu 2014, Jakarta (10/02). Foto: RES
Agenda partai politik (parpol) yang masih rendah terkait isu lingkungan memicu wacana terbentuknya parpol yang concern di bidang lingkungan atau Partai Hijau. Alhasil, pada pertengahan tahun 2012 silam, sejumlah petani, buruh dan aktivis lingkungan mendeklarasikan Partai Hijau.

Partai Hijau didirikan sebagai sarana perjuangan politik di sektor lingkungan. Partai Hijau tersebut memiliki agenda untuk mengontrol kebijakan pemerintah terkait kebijakan lingkungan maupun kesejahteraan rakyat. Salah satu lembaga swadaya masyarakat yang mendukung keberadaan Partai Hijau adalah Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi).

Pengamat Kebijakan Publik Andrinof Chaniago mengatakan, isu lingkungan adalah isu yang dipahami oleh kalangan tertentu, khususnya menengah ke atas. Alasannya, karena isu lingkungan yang dikaitkan dengan bencana, korupsi maupun pertumbuhan ekonomi membutuhkan penjelasan yang sistematis.

Pertumbuhan ekonomi yang dipuji pemerintah selama ini, terlebih dengan meratanya pembangunan secara tak langsung juga menyumbang rusaknya ekosistem. Contohnya dalam bisnis properti. Pembangunan properti di sebuah daerah dapat menyumbang bencana banjir apabila berkurangnya wilayah resapan, berkurangnya kebutuhan drainase dan mendorong urbanisasi sehingga tempat tinggal menjadi lebih padat.

“Jadi mata rantainya itu rumit. Untuk menuju ke sana kita harus membuka masyarakat, dimulai dari sederhana. Banjir ini disebabkan oleh pemerintah membiarkan pembangunan dengan alasan pertumbuhan ekonomi,” katanya di Jakarta, Senin (10/2).

Apalagi, lanjut Andrinof, isu lingkungan bukanlah isu publik yang sering diwacanakan. Agar masyarakat luas aware dengan isu lingkungan, maka perlu diingatkan secara berulang-ulang. “Ini perlu diingatkan berulang-ulang, bangsa yang tertinggal dengan memperlakukan masyarakat seperti itu. Pertumbuhan itu processing balas jasa, bukan penjualan harta,” katanya.

Maka dari itu, keberadaan Partai Hijau di Indonesia dinilai akan sulit berkembang. Hal ini dikarenakan kesadaran politik lingkungan pada masyarakat Indonesia masih sangat rendah. “Isu lingkungan adalah isu menengah atas, karena tidak muncul di tengah masyarakat secara global,” katanya.

Apalagi, lanjut Andrinof, aktor yang berperan dalam kebijakan di Indonesia adalah birokrat atau pemerintah, politisi dan pengusaha. Dari tiga aktor tersebut, lebih banyak yang tidak mendukung kelestarian lingkungan.

“Jangan mengharapkan politisi punya kesadaran politik lingkungan,” katanya.

Belum lagi, kata Andrinof, pengikut Partai Hijau di negara lain biasanya harus mengetahui secara jelas asal usul barang yang akan dikonsumsi. Jika barang tersebut dibuat dengan merusak hutan, maka hal itu haram bagi pengikut Partai Hijau mengkonsumsi. Untuk hal seperti ini, Indonesia masih jauh.

“Misalnya pensil dibuat dari pabrik mana, merusak hutan seperti menggunakan kayu ilegal apa tdiak, di Indonesia itu masih jauh,” katanya.

WWF Indonesia menilai, keberadaan partai hijau merupakan agenda politik khusus di bidang lingkungan. Atas dasar itu, lanjut Direktur Komunikasi dan Advokasi WWF Indonesia Nyoman Iswarayoga, pembentukan partai hijau merupakan pilihan politik dari setiap orang. “Itu pilihan politik seperti dideklarasikan PKB,” katanya.

Menurutnya, pilihan politik bisa dimasukkan ke dalam agenda parpol secara menyeluruh atau setidaknya, dalam tiap agenda parpol. Ia sadar, keberadaan Partai Hijau penting dalam mengusung agenda lingkungan di Indonesia.

“Partai Hijau menarik, namun trennya mengecil di Eropa,” pungkasnya.
Tags: