Tiga Aspek untuk Mencegah Korupsi
Berita

Tiga Aspek untuk Mencegah Korupsi

Manusia, budaya dan sistem. Ketiganya butuh sinergi dan kerja sama seluruh komponen bangsa.

Oleh:
NNP
Bacaan 2 Menit
Foto: RES
Foto: RES
Festival Antikorupsi 2015 resmi digelar. Dalam pidatonya, Pelaksana Tugas (Plt) Ketua KPK Taufiequrachman Ruki mengatakan, keinginan Indonesia terbebas dari korupsi merupakan jalan panjang yang mesti dilakukan. Setidaknya, upaya pencegahan menjadi salah satu cara agar keinginan tersebut dapat tercapai.

Ruki mengatakan, impian Indonesia untuk terbebas dari korupsi bisa terwujud apabila sinergi dan kerja sama antar lembaga dilakukan. Menurutnya, KPK tidak bisa bekerja sendiri untuk memberantas korupsi. Upaya ini mesti dilakukan dengan menggandeng seluruh komponen bangsa.

Setidaknya, lanjut Ruki, ada tiga aspek pencegahan korupsi yang bisa disasar seluruh stakeholder. Ketiganya adalah manusia, budaya dan sistem. Untuk aspek manusia dan budaya bisa ditangani dengan pendidikan, sosialisasi dan kampanye antikorupsi. Sedangkan aspek sistem, bisa dilakukan dengan cara memperbaiki kebijakan, aturan serta prosedur yang berpotensi memunculkan korupsi.

“KPK perlu sinergi dan kerjasama dengan seluruh komponen bangsa untuk mensukseskan pekerjaan besar mewujudkan Indonesia yang bebas korupsi  dan menjadi bangsa yang unggul dan terhormat dalam pergaulan dunia,” katanya di Bandung, Jawa Barat, Kamis (10/12).

Hal senada diutarakan Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan HAM, Luhut Binsar Panjaitan yang menyampaikan sambutan tertulis Presiden Joko Widodo. Menurut Luhut, sistem dan tata kelola pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi merupakan faktor yang penting dalam menuju Indonesia yang bebas dari korupsi.

Selain itu, lanjut Luhut, presiden juga menekankan bahwa penting untuk melakukan langkah yang komprehensif dalam mencegah dan memerangi korupsi. Terkait ini semua, partisipasi publik memiliki peran yang sangat penting. Menurutnya, sinergi antar institusi penegak hukum, lalu sinergi antara lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif juga dituntut semakin komprehensif.

“Korupsi tidak bisa dilawan oleh satu orang atau satu lembaga saja. Harus ada usaha kolektif dan partisipasi dari 250 juta rakyat. Kita juga mengajak seluruh warga dunia untuk melawan kejahatan kemanusiaan ini,” tutur Luhut.

Ia mengatakan, pencegahan tak kalah pentingnya dengan penegakan hukum. Menurutnya, untuk mencapai tata kelola pemerintahan yang baik itu, perlu dibangun sistem dalam mencegah peluang terjadinya korupsi. Cara ini sudah diterapkan Indonesia dengan melakukan percepatan reformasi birokrasi, termasuk di dalamnya reformasi pelayanan publik dan perizinan.

Ke depan, Luhut menambahkan, tantangan Indonesia tidaklah mudah. Era kompetisi antar negara semakin membuat Indonesia harus selangkah lebih maju dari negara-negara lain. Ini termasuk dengan dihilangkannya perilaku koruptif sehingga Indonesia bisa melaju pesat.

“Jelas korupsi akan menghambat visi kompetisi, menghambat kita berdiri sejajar dengan bangsa lain. peringatan hari antikorupsi seperti hari ini mengingatkan kita bahsa korupsi hanya bisa dilawan bila dilakukan bersama-sama,” tuturnya.

Untuk diketahui, pemilihan Kota Bandung sebagai tempat penyelenggaraan Festival Antikorupsi 2015 dilatarbelakangi karena kota kembang itu dianggap punya nilai lebih dalam partisipasi publik. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya komunitas yang terlibat dalam ajang ini.
Tags:

Berita Terkait