Pemerintah Harus Fokus Pada Pembangunan Infrastruktur
Berita

Pemerintah Harus Fokus Pada Pembangunan Infrastruktur

BKPM mengklaim arus investasi yang sudah masuk ke Indonesia cukup besar.

Oleh:
FNH
Bacaan 2 Menit
Sofjan Wanandi. Foto: Sgp
Sofjan Wanandi. Foto: Sgp
Infrastruktur yang minim dan pembangunan yang lambat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan mahalnya biaya logistik di Indonesia. Padahal, ketersediaan infrastruktur menjadi salah satu penopang laju pertumbuhan ekonomi nasional.

Sayang, hingga saat ini permasalahan infrastruktur di seluruh wilayah Indonesia belum terselesaikan. Ketua Tim Ahli Wakil Presiden Bidang Ekonomi Sofjan Wanandi mengakui hal tersebut. Laju perekonomian terhambat akibat persoalan ini karena produk Indonesia kalah bersaing dengan produk luar negeri.

“Paling besar itu logistik di mana ongkos kita kalah bersaing dengan negara luar,” kata Sofjan dalam dialog “Reformasi Perizinan untuk Percepatan Pembangunan Infrastruktur” di Kantor BKPM Pusat, Jakarta, Rabu (03/9).

Menurut Sofjan, infrastruktur Indonesia kalah jauh dibanding negara tetangga yakni Malaysia dan Singapura. Pada posisi ini, lanjutnya, pemerintah harus bertanggungjawab untuk infrastruktur yang harus segera dibangun dan dibenahi.

Pembenahan dan pembangunan infrastruktur merupakan hal yang harus menjadi fokus pemerintah saat ini. Terutama, infrastruktur jalan untuk menggenjot daya saing produk dalam negeri. “Karena dengan begitu turut pula menyumbang pertumbuhan ekonomi nasional,” imbuhnya.

Sofjan menilai, secara keseluruhan infrastruktur merupakan prioritas utama yang harus dikerjakan oleh pemerintah. Lantaran, permasalahan infrastruktur ini menimbulkan berbagai masalah bagi Indonesia. Ia juga meminta kepada para Menteri terkait untuk mengubah pola pikir dalam pembangunan nasional. Salah satu caranya adalah dengan mempercepat proses perizinan agar para investor mau membantu pemerintah dalam membangun infrastruktur dalam negeri. "Ini urgen untuk pembangunan," tuturnya.

Kepala  Badan  Koordinasi  Penanaman  Modal  (BKPM) Franky  Sibarani  mengungkapkan bahwa arus  investasi  asing  yang  masuk  ke  Indonesia sepanjang Semester I 2015 adalah yang tertinggi di ASEAN. Dia merujuk data pihak ketiga, Financial  Times, di mana sepanjang Semester I 2015 arus investasi yang  masuk  ke  Indonesia  sebesar  AS$13,66  miliar  atau  31% dari  seluruh  investasi asing  yang  masuk  ke  ASEAN.  Angka  tersebut  lebih  tinggi  dibandingkan  Vietnam sebesar AS$7,53 miliar (17%)  dan Malaysia sebesar AS$7,01 miliar  (16%).

Data  ini  memberikan  gambaran  bahwa  di  tengah  kondisi  ekonomi  global  yang melambat,  Indonesia  masih  potensial  sebagai  negara  tujuan  investasi  utama  di ASEAN.  “Data  ini  juga  mengonfirmasi  penurunan  nilai  tukar  rupiah  dan  pelambatan ekonomi  Indonesia  belum  mempengaruhi  arus  investasi  asing  yang  masuk  ke Indonesia,” kata Franky.

Dia menambahkan  secara  global  arus  investasi  sepanjang  Semester  I  2015  sebesar AS$ 311  miliar,  menurun  15,8%  dibandingkan  Semester  I  2014  sebesar  UA$ 369,5 miliar.  Meski  pun  demikian,  Asia-Pasifik  menjadi  satu-satunya  wilayah  yang  masih mencatatkan pertumbuhan arus investasi positif. Arus investasi yang masuk ke Asia Pasifik Semester I 2015 naik 9,2% sebesar AS$137,3  miliar  dibandingkan Semester I 2014 AS$125,8 miliar.

Menurutnya, ada dua catatan yang bisa digarisbawahi dari negara asal investasi yang masuk ke ASEAN.  Pertama,  negara  sepuluh  besar  asal  investasi  ke  ASEAN,  sudah  sejalan dengan  negara  fokus  pemasaran  investasi  yang  ditetapkan  BKPM. 
Kedua,  investasi intra ASEAN  yang semakin meningkat, di mana ada  tiga negara ASEAN yang masuk sepuluh  besar  sumber  investasi  ke  ASEAN.  “BKPM  melalui  perwakilan  di Singapura, sudah mengarahkan upaya menarik investasi dari intra ASEAN, khususnya Singapura dan Malaysia,” jelas Franky.

Selanjutnya, Franky  menegaskan tantangan  BKPM  ke  depan  adalah  mengonversi  minat  yang cukup  tinggi  arus  investasi  asing  yang  masuk  ke  ASEAN  ini  dapat  terealisasi secepatnya.  Pada tahun ini BKPM  menargetkan realisasi  investasi sebesar Rp519,5 triliun. Hingga semester I 2015, tercatat realisasi investasi sebesar Rp259,7 triliun  atau 50% dari target 2015.
Tags:

Berita Terkait