Legal Editor Klinik Hukumonline Bernadetha Aurelia Oktavira saat menyampaikan materi konten hukum platform digital di hadapan civitas akademika FH Unnes.
Poin pertama ini menjadi krusial lantaran hal tersebut pijakan utama seseorang akan berlanjut membuat konten hukum ke depannya. Untuk mengetahui isu-isu hukum terkini pun bisa diketahui lewat berita yang sedang viral di media massa (online), sehingga tidak sulit untuk memulainya.
“Kedua, mulai aja dulu. Ketika sudah selesai memahami apa yang sedang trending di media sosial, kemudian kita level up menjadi pembuat konten dari apa yang sudah diamati tadi. Isu viral itu bisa digabungkan dengan template video atau sound yang sedang viral juga di media sosial, lalu mulailah membuat video pendek seperti reels atau tiktok yang berisi konten edukasi itu,’’ ujarnya.
Ia mengingatkan agar pembuat konten hukum memperhatikan bahasa yang digunakan. Tujuannya untuk membuat audiens lebih memahami, maka sebisa mungkin untuk menyederhanakan bahasa hukum menjadi bahasa orang awam hukum.
“Terdengar mudah ya, tapi perlu ada proses pengamatan disana. Lalu poin ketiga yang tidak kalah penting adalah melakukan evaluasi konten yang sudah dibuat,’’ lanjutnya.
Aurel memberikan cara agar evaluasi tersebut efisien dan menghasilkan sesuatu yang diinginkan. Ia mengurutkan 3 daftar pertanyaan yaitu apakah konten itu disukai, mengapa konten disukai, dan bagaimana membuat konten yang disukai.
“Intinya para calon konten kreator edukasi hukum, harus punya pengamatan dan keadaan seperti apa. Lalu ide hanyalah akan tetap menjadi ide jika tidak dieksekusi, alias mulai saja dulu untuk membuat konten agar konsisten, serta tidak lupa lakukan evaluasi secara berkala,’’ katanya.