Adhi Karya ‘Telikung’ Nazar Pakai Jalur Choel Mallarangeng
Berita

Adhi Karya ‘Telikung’ Nazar Pakai Jalur Choel Mallarangeng

Grup Permai tidak dapat proyek, Nazaruddin minta uang Rp10 miliar dikembalikan.

NOV
Bacaan 2 Menit
Mindo Rosalina Manulang (Kanan). Foto: SGP
Mindo Rosalina Manulang (Kanan). Foto: SGP
Proyek Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) Hambalang sempat diperebutkan sejumlah pihak, termasuk pemilik Grup Permai, M Nazaruddin. Selaku anggota Badan Anggaran DPR, Nazar terlebih dahulu mendapatkan bocoran mengenai anggaran fantastis yang akan dikucurkan untuk proyek Hambalang.

Mantan Direktur Marketing Grup Permai, Mindo Rosalina Manullang mengatakan, sesuai perintah Nazar, proyek Hambalang rencananya akan dikerjakan PT Duta Graha Indah (DGI) bersama PT Adhi Karya (AK). Nazar meminta PT AK menyetorkan fee 18 persen kepada Grup Permai jika ingin diikutsertakan dalam proyek Hambalang.

Nazar bahkan sudah mengeluarkan dana Rp10 miliar untuk pengurusan proyek Hambalang. Namun, Rosa dibuat kecele oleh PT AK. BUMN ini malah “bergeriliya” sendiri dengan menggunakan jalur Choel Mallarangeng yang juga merupakan adik dari Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Andi Alifian Mallarangeng.

“Jadi, ternyata dia di belakang saya jalan terus. Maju sendiri. Manajer Marketing PT AK, Pak Arief bilang sebenarnya PT AK sudah punya jalur sendiri. Dia pakai jalur orang nomor satu di Kemenpora, lewat Choel,” kata Rosa saat bersaksi di sidang perkara korupsi Teuku Bagus Mokhammad Noor di Pengadilan Tipikor Jakarta, Selasa (22/4).

Rosa menjelaskan, semula, Nazar meminta M Nasir mengajak Rosa bertemu Kepala Divisi Konstruksi I PT AK, Teuku Bagus. Rosa lalu mengirimkan pesan blackberry (BBM) ke anak buah Teuku Bagus, Manajer Marketing PT AK, M Arief Taufiqurrahman.  Rosa meminta Arief mempertemukannya dengan Teuku Bagus.

Ternyata, Teuku Bagus sedang berada di luar kota, sehingga Arief mempersilakan Rosa untuk bertemu dirinya sebagai perwakilan PT AK. Ketika bertemu Arief, Rosa menyampaikan bahwa akan ada anggaran untuk dua proyek di Kemenpora. Pertama, untuk proyek P3SON Hambalang. Kedua, wisma atlet SEA Games.

Untuk proyek Hambalang, Nazar meminta PT AK bekerja sama (joint operation) dengan PT Duta Graha Indah dari Grup Permai. Menurut Rosa, saat itu, Arief tak menolak permintaan Nazar. Setelah pertemuan itu, Rosa membawa Arief untuk diperkenalkan dengan Sesmenpora Wafid Muharam melalui stafnya, Poniran.

Pertemuan tersebut sebenarnya hanya menindaklanjuti pertemuan sebelumnya antara Nazar, Rosa, dan Wafid di Arcadia. Rosa menyampaikan kepada Wafid bahwa PT AK yang akan dikoordinasikan untuk pekerjaan proyek Hambalang. Pasca pertemuan dengan Wafid, Rosa dan Arief mulai sering berkomunikasi terkait Hambalang.

“Pak Arief setuju. Begitu Pak Arief bilang setuju, saya lapor ke Pak Nazar. Kata Pak Nazar, komitmen (fee) seperti biasa 18 persen. Biasanya, kalau Grup Permai menurunkan anggaran, terus menjual ke perusahaan atau BUMN. Kalau BUMN ditagih fee-nya 18 persen dari nilai kontrak setelah dipotong PPN dan PPh,” ujar Rosa. 

Kemudian, Rosa menyampaikan permintaan Nazar kepada Arief. Rosa menyatakan, Arief mengaku sudah membahas permintaan tersebut di kantornya dan  PT AK menyetujui. Permintaan fee dianggap sudah biasa karena PT AK telah beberapa kali bekerja sama dengan Grup Permai dalam mengerjakan proyek.

Pada April 2010, Rosa bersama Arief dan stafnya, Ida Bagus Wirahadi mulai sering mengikuti rapat di ruang kerja Sesmenpora Wafid Muharam. Rapat yang juga dihadiri tim asistensi, Lisa Lukitawati Isa dan Paul Nelwan itu membahas perencanaan proyek Hambalang. Rosa juga sempat sebentar melihat Teuku Bagus.

Rosa mengungkapkan, sekitar Agustus 2010, mereka kembali melakukan pertemuan di Hotel Dharmawangsa. Pembahasan mengenai proyek Hambalang membuat komunikasi Rosa dan Arief semakin intens. Sampai suatu ketika Arief dan Bagus sulit ditemui. Arief dan Bagus selalu beralasan sibuk atau sedang pergi ke luar kota.

Padahal, Rosa ingin menanyakan tentang perkembangan proyek Hambalang. Rosa lalu memutuskan untuk menemui Wafid seorang diri. Rosa merasa terkejut ketika mendapati Arief dan Bagus ternyata sedang berada di ruang Wafid. Selanjutnya, Arief meminta maaf kepada Rosa dan mengaku PT AK menggunakan jalur Choel.

Belakangan, Rosa mengetahui bahwa Lisa juga merupakan utusan Choel. Akhirnya, Grup Permai tidak jadi mendapatkan proyek Hambalang. Pengadaan jasa konstruksi Hambalang dimenangkan KSO Adhi-Wika (konsorsium PT AK dan PT Wijaya Karya). Padahal, Wafid mengetahui Nazar sudah mengeluarkan banyak dana.

“Waktu itu, untuk pengurusan-pengurusan agar kegiatan Hambalang bisa jalan dan dikerjakan Grup Permai, Pak Nazar keluarkan Rp10 miliar. Termasuk untuk pengurusan sertifikat dan ke Komisi X. Tapi, karena tidak jadi dapat, Pak Nazar minta uang yang sudah dimasukan untuk urus Hambalang dikembalikan,” tuturnya.

Rosa menyebutkan, uang Rp10 miliar itu dikembalikan dalam dua tahap melalui Lisa Lukitawati Isa. Rosa tidak mengetahui dari mana sumber uang tersebut. Walau begitu, Muhammad Arifin yang bersaksi bersamaan dengan Rosa menyatakan dirinya pernah menyampaikan realisasi fee 18 persen kepada Wafid, Paul, dan Lisa.

Selain itu, Arifin pernah mengantarkan Direktur Utama PT Dutasari Citra Laras Machfud Suroso ke rumah Lisa untuk menyerahkan uang Rp2,5 miliar. Atas keterangan Rosa dan Arifin, Lisa membantah. Lisa mengaku tidak pernah menyerahkan uang. Ia hanya pernah diminta Wafid menyerahkan sejumlah berkas kepada Rosa.

Lisa baru mengetahui bahwa titipan Wafid itu ternyata berisi uang saat dikonfrontasi di KPK. Namun, bukti percakapan BBM antara Lisa dan Rosa yang dimiliki penuntut umum KPK justru menunjukan sebaliknya. Ketika Rosa menagih pengembalian uang Rp10 miliar, Lisa meminta Rosa bersabar karena uang belum cair.
Tags:

Berita Terkait