Cara Rekrut Pengacara Pakai Reality Show
Jeda

Cara Rekrut Pengacara Pakai Reality Show

Metode rekrutmen seperti ini diklaim berhasil menghasilkan pegawai berkualitas.

RZK
Bacaan 2 Menit
Cara Rekrut Pengacara Pakai <i>Reality Show</i>
Hukumonline

Beberapa tahun belakangan ini, acara reality show banyak bermuncul di layar kaca. Sesuai namanya, reality show adalah acara yang mengangkat kisah atau peristiwa nyata dari kehidupan manusia. Kisahnya bisa seputar kompetisi keahlian tertentu seperti memasak atau bisa juga kisah asmara beserta intrik-intriknya seperti perselingkuhan, dan lain-lain.

Acara reality show digandrungi banyak orang, dan salah satu orang itu adalah Matthew Mellen. Warga California, Amerika Serikat berprofesi pengacara ini mengaku suka acara reality show seperti Project Runaway, Top Chef, dan Top Shot. Uniknya, mungkin saking gandrungnya, Matthew menyalin konsep acara reality show untuk kehidupan pribadinya.

Sebagaimana dilansir laman www.abajournal.com, Matthew, selaku pemilik kantor pengacara Mellen Law Firm, menggunakan konsep reality show dalam merekrut karyawan. Proses rekrutmen dikemas sedemikian rupa menjadi seperti acara kompetisi reality show. Aturan main kompetisi itu biasanya diumumkan bersamaan dengan pengumuman lowongan.

Awal Oktober 2012, misalnya, Matthew memasang iklan lowongan di laman komunitas www.craigslist.org. Iklan itu menyebutkan bahwa setiap pelamar memiliki kesempatan untuk menjadi kandidat pegawai sementara dengan ikatan kontrak senilai AS$20 per jam. Nantinya, dari kandidat-kandidat pegawai itu, yang terlemah dari segi performa akan dieliminasi sehingga akhirnya tersisa satu orang terbaik yang akan diangkat sebagai pegawai.

“Jika anda pernah melihat acara reality show di televisi seperti Top Chef, Top Shot, dan Project Runaway, dimana satu demi satu kandidat akan dileminasi, rekrutmen ini akan seperti itu,” demikian bunyi iklan lowongan Mellen Law Firm.

Praktiknya, memang seperti apa yang disebutkan di iklan. Ketika 5-10 sarjana hukum melamar, Matthew akan menggelar proses audisi selama 1-2 minggu. Dalam periode itu, para kandidat akan menjalankan sejumlah tugas laiknya seorang pengacara. Ada kalanya mereka bekerja sendiri, namun ada kalanya mereka juga diminta bekerja secara berkelompok.

“Prosesnya akan sangat ‘brutal’, tetapi setiap kandidat sadar bahwa kondisinya akan seperti ini, makanya tidak ada yang merasa sakit hati,” tutur Matthew.

Dia mengklaim metode rekrutmen seperti ini terbukti membawa manfaat yang banyak. Salah satu manfaat itu, Mellen Law Firm telah berhasil membentuk tim pengacara yang tangguh dan produktif.

Manfaat, kata Matthew, juga dirasakan oleh para kandidat yang gagal. Mereka memiliki pengalaman praktik yang sangat berharga, meskipun singkat, dan dibayar pula.

Matthew sangat membangga-banggakan metode rekrutmen ala reality show ini. Dia meyakini metode seperti ini akan mampu menghasilkan pegawai berkualitas. Saking yakinnya, Matthew bahkan mengaku tidak terlalu peduli dari mana asal kampus si kandidat, atau resume dan lamaran yang diajukan.

“Yang saya lihat bukan seberapa bagus resume yang dibuat, tetapi antusiasme dari kandidat tersebut untuk segera bekerja,” ujar Matthew.

Bagaimana para bos pengacara Indonesia, tertarik meniru metode Matthew Melvin?

Sumber:
www.abajournal.com

Tags: