Gedung-Gedung di Jakarta Punya Cerita
Resensi

Gedung-Gedung di Jakarta Punya Cerita

Dari gedung yang dijadikan cagar budaya, hingga gedung yang dijadikan tempat penyiksaan.

YOZ
Bacaan 2 Menit

Meski Belanda berkuasa pada zaman kolonial, tidak berarti semua tempat bersejarah berhubungan dengan kekuasaan kolonial. Kita masih dapat melihat beberapa monumen yang berhubungan dengan aktivitas para imigran dari Cina dan Arab.

Mungkin kita harus berterima kasih kepada Gubernur Jendral Jan Pieterszoon Coen, walaupun dieranya dihiasi dengan pola-pola penjajahan tak manusiawi namun di balik itu "zoon coen" juga membuat kita sebagai masyarakat Jakarta bisa melihat bagaimana perkembangan arsitektur Eropa yang dipuji sepanjang zaman. Ya, Museum Fatahillah merupakan karyanya yang bisa kita nikmati sampai sekarang.

Gedung yang terletak di Jl. Fatahillah No. 2 ini adalah bekas balai kota yang dibangun 1620. Bangunan ini menyerupai arsitektur Belanda istana DAM di Amsterdam, seperti bangunan utama yang terdiri dari dua sayap yang memanjang ke barat dan timur serta bangunan sanding yang digunakan sebagai kantor, ruang pengadilan dan ruang-ruang bawah tanah sebagai penjara.

Salah satu bab dalam buku ini juga menceritakan tentang makam orang-orang Cina, seperti kapten So Bing Kong atau kuil-kuil besar yang salah satunya ada di glodok. Tentang masjid-masjid tua juga dibahas dalam buku ini, seperti Masjid As-Shalafiah di Jl. Jatinegara Kaum, Masjid Al Anwar di Kampung Bali, Masjid Al-Anshor di Jl. Pengukiran II, dan lainnya.

Buku ini juga sepintas mengulas tentang keberadaan sebuah gereja yang ditempatkan di sisi Balai Kota (sekarang Museum Sejarah Jakarta). Saat itu, keberadaan Balai Kota digunakan sebagai tempat berkumpul masyarakat kota pada masa tersebut.

Peletakan gereja berdampingan dengan pusat kota jelas mengindikasikan gereja sebagai hal yang erat hubungannya dengan masyarakat. Gereja yang disebutkan dulunya berdiri di tanah yang sekarang menjadi dasar Museum Wayang. Dua kali gereja dibangun di tanah ini. Sayangnya, gempa bumi membuat bangunan gereja rusak parah sehingga diratakan dengan tanah oleh Daendels pada 1808.

Dalam penjabaran tentang bangunan bersejarah, Jakarta dibagi menjadi beberapa wilayah. Dari wilayah-wilayah tersebut, penulis kemudian membagi lagi ke kelompok-kelompok yang lebih kecil. Dari pembagian ke kelompok wilayah ini, penulis menjelaskan mulai dari sejarah wilayah, pemilik wilayah, pergeseran fungsi wilayah dan keadaan di sekitarnya.

Tags: