Menakar Tantangan dan Peluang Menghadapi Dunia Kerja
Terbaru

Menakar Tantangan dan Peluang Menghadapi Dunia Kerja

Setiap sarjana harus terus mempelajari perkembangan terbaru dan mampu adaptif dengan perubahan.

Ady Thea DA
Bacaan 4 Menit

Ketua Umum Kahgama, Prof Paripurna Sugarda mengingatkan pentingnya melakukan persiapan untuk mampu menghadapi tantangan bonus demografi di Indonesia. Ketika tidak mampu memanfaatkan peluang tersebut Indonesia akan sulit melangkah menjadi negara maju. “Akan terjebak dalam the middle income trap,” urainya.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Ketenagakerjaan, Prof Anwar Sanusi menjelaskan, Indonesia masih menghadapi tantangan soal kualitas tenaga kerja, di mana angkatan kerja didominasi oleh pendidikan tingkat SMP ke bawah. Ditambah lagi tak sedikit yang bekerja di sektor informal yang posisinya minim perlindungan jaminan sosial ketenagakerjaan. Sementara pengangguran kebanyakan dari tingkat pendidikan SMA/SMK yang tinggal di perkotaan.

“Begitu kondisi makro tantangan yang dihadapi terkait angkatan kerja kita,” paparnya.

Prof Anwar menyebut Indonesia memiliki peluang yakni penduduk usia produktif jumlahnya mayoritas. Oleh karena itu bonus demografi yang berlangsung sampai 2045 harus dimanfaatkan semaksimal mungkin, sehingga mampu mengubah perekonomian Indonesia menjadi negara maju.

Kepala Divisi Human Capital Bank BRI, Issuhersatyo, mengatakan dalam proses rekrutmen BUMN pasti memilih talenta yang terbaik. Salah satu yang penting dalam proses rekrutmen adalah memahami nilai inti yang telah ditetapkan Kementerian BUMN yakni Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif (Akhlak).

“Nilai itu yang ditanamkan kepada seluruh pekerja BUMN ketika menjalankan tugas dan tanggungjawabnya,” paparnya.

Dia mengatakan, sedari di bangku kuliah para calon sarjana harus mengembangkan kompetensinya untuk menghadapi perubahan industri yang terus terjadi. Kompetensi dan keterampilan harus terus diasah karena menjadi bagian penting untuk melakukan kolaborasi. “Belajar itu tidak hanya dilakukan ketika di perguruan tinggi. Dalam dunia kerja juga dituntut untuk terus belajar karena zaman terus berubah,” imbuhnya.

Pisau serbaguna

Vice President Indonesian Corporate Counsel Association (ICCA) sekaligus In House Councel PT Kideco Jaya Agung, Erlangga D.A Gaffar, menyebut profesi in house counsel seperti pisau serbaguna yang dituntut memiliki spesialisasi di berbagai bidang. Bedanya in house counsel dengan advokat di kantor hukum yakni in house counsel mengenal langsung klien karena internal perusahaan tapi mengerjakan pekerjaan yang bersifat eksternal.

Halaman Selanjutnya:
Tags:

Berita Terkait